Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Setelah hampir 6 bulan #stayathome, akhirnya aku cuti ygy 😁. Awalnya Pici berinisiatif merencanakan halal bihalal di Garut karena tahun ini kita nggak ada bukber dan WAG terpantau sepi. Iya sih... prioritas buibu saat ini adalah para bocil yang udah nggak bocil lagi dan seabrek kegiatan sekolah. Pun kita yang masih single, sibuk luar biasa mengurusi negara yang main gila 😉.

Dipikir-pikir sayang banget kalau beres halal bihalal langsung pulang ke rumah, mumpung masih di Garut yekan. Deya request yang ijo-ijo *lagi karena ingin grounding, sedang aku dan Icunk mah yes wae da lagi di masa tanggang. Tadinya Pici ngajak ke Gunung Sagara yang lagi hype di TikTok, namun menimbang track-nya yang sulit dan cuaca yang kurang coy kita memilih ke Gunung Papandayan.

parking with a view 😍 jangan coba-coba meninggalkan cokelat karena pasti meleleh

Kalau sebelumnya kita ke Gunung Papandayan untuk hiking tipis-tipis dan camping di pinggir tempat sampah, kali ini hiking beneran 😂. Tadinya kita mau camping karena Pici ingin barbeque-an, tapi nggak jadi karena prakiraan cuacanya hujan mulu. Jadilah kita memutuskan untuk tektok (pergi pulang) aja, dan yang pertama kali kubayangkan adalah... menyala kakiku 🦶🔥.

Sejujurnya aku sempat ragu karena nggak yakin mampu, terakhir kali hiking ke Gunung Papandayan kakiku pegal selama hampir seminggu. Sadar udah pada tuwir, kita mempersiapkan diri dengan jalan kaki 30-45 menit setiap hari selama 2-3 minggu. So far it works 😉, alhamdulillah kita semua sehat wal afiat, kakiku nggak pegal macem hiking yang lalu-lalu, cukup pake Salonpas semalam besoknya udah normal.

tanpa bermaksud pick me, ini tanaman apa sih? 

Kita pergi ke Gunung Papandayan berempat, + Intan yang memutuskan untuk join di last minute. Seperti byasa... niat suci berangkat shubuh, namun mandi dan beberes pun butuh waktu 😅 akhirnya kita berangkat sekitar jam 8an. Cuaca pagi itu cerah hingga cahaya matahari mampu menelusup di antara pepohonan dan menyilaukan kita yang sarapan darurat di mobil *nggak keburu yaini 😋.

Tiket masuk weekend Rp 40.000
Tiket parkir mobil Rp 40.000

Sebelum mulai kita mampir ke kios yang menyewakan berbagai perlengkapan hiking, cap cip cup aja sih toh isinya mirip-mirip. Untuk hal begini jangan remehkan the power of emak-emak ya, Pici langsung menawar harga sewa bahkan sebelum masuk kios 😂. Saranku, jangan lupa double check karena nggak semua barang yang disewakan kondisinya OK. Oh ya, penyewa wajib menyimpan KTP di kios.

Tracking pole Rp 10.000 (penawaran maksimal)
Vest 15.000 (penawaran maksimal)

ojek offline yang bikin pantat tepos 😅

Just in case ingin menghemat waktu dan tenaga kita bisa naik ojek dari pos 4 sampai pos 5, biayanya sekitar Rp 30.000 (percayalah... ini worth in every penny). Ada 10 pos yang mengelilingi Gunung Papandayan ini, hampir semua posnya dilengkapi toilet dan gazebo untuk beristirahat. Di pos tertentu ada warung-warung yang menjual makanan dan minuman, jadi sebenarnya nggak bawa bekal pun isokay laya, jajan aja di sana.

Dari pos 4 sampai pos 7 dan pos 9 track-nya disusun menggunakan bebatuan yang berasal dari material vulkanik di sekitar gunung. Untuk pejalan kaki track-nya dibikin bertangga-tangga sedang untuk motor trail track-nya dibikin lebih flat. Pada beberapa titik track-nya saling silang, yang mana bikin kita sering salah pilih track, kaget aja gitu lagi susah payah jalan eh tetiba disalip motor trail bawa logistik.

Indomaret di pos 7 yang menjual cuanki, baso dan gorengan
untuk harganya masih pake standar warung 👍

semangka Rp 2.000 aja

POS 1 Gerbang utama TWA Gunung Papandayan (loket)
POS 2 Tempat parkir
POS 3 Tempat lapor camping
POS 4 Pintu gerbang pendakian
POS 5 Area kawah I
POS 6 Area kawah II
POS 7 Persimpangan antara Ghober Hoet dan Hutan Mati
POS 8 Ghober Hoet
POS 9 Hutan mati
POS 10 Pondok Salada

Karena kita tektok, maka rute yang dipilih adalah:
Pos 1 - Pos 2 - Pos 3 - Pos 4 - Pos 5 - Pos 6 - Pos 7 - Pos 9 - Pos 10 - Pos 8 - Pos 7 - Pos 6 - Pos 5 - Pos 4

salah satu barbuk yang kutemukan 😁 

Aku bersyukur setelah beristirahat di Pos 7 kita pilih ke Hutan Mati dulu ketimbang Ghober Hoet karena track Tanjakan Omon sungguh sangat afghan... tsadesss banget. Sepanjang track aku menemukan banyak sole yang nyelip, mostly dari alas kaki yang bukan untuk aktivitas outdoor. Tapi memang edan sih rang-o-rang bisa-bisanya mereka hiking pake Crocs, Hush Puppies dan Air Jordan. Kamana atuh gaya... 😅.

Melihat para orang tua yang menggegendong carrier + bocil itu B aja, yang luar biasa justru melihat para lansia dan pasangannya tetap semangat mendaki meski dengan langkah yang terbata-bata. Pun dengan mb-mb yang pake rok panjang hingga menutup kaki, doi mah sans ya tapi kita yang berpapasan dengannya khawatir nggak sengaja menginjak roknya.

beberapa langkah dari pos 4
di sini kita masih fresh dan berapi-api menuju puncak, pucuk... pucuk... pucuk... 🍃

otw dari pos 4 ke pos 5
sungai air mineral yang menemani perjalanan kita, pemandangannya sungguh aduhai 😍

otw dari pos 4 ke pos 5
aku pake beberapa lapis baju biar nggak masuk angin dan kepanasan 😅 


otw dari pos 4 ke pos 5
bagai ikut rombongan Tong Sam Chong mencari kitab suci ke barat 😁

istirahat di antara pos 5 dan pos 6
jangan percaya review di TikTok yang bilang hiking di Gunung Papandayan cocok untuk pemula 😭

otw dari pos 6 ke pos 7
di beberapa titik kita bisa melihat pori-pori Gunung Papandayan yang mengeluarkan uap panas dan bikin permukaan tanah pasir jadi lembek

istirahat di antara pos 6 dan pos 7
kita jalan begini saat tengah hari, monanges tapi yaudin 😅

view dari pos 7
danau yang tercipta dari letusan Gunung Papandayan, kita nggak mampir kesana karena nggak tahu jalannya lewat mana 😅

view dari pos 7
 gazebo di belakang bukit adalah pos 6, kalau di maps mah deket sih 😅

angle lain dari pos 7
sunscreen
-ku bahkan udah meleleh sejak pos 4 😢

otw dari pos 7 ke pos 9
di tengah perjalanan Pici kasih kuliah singkat tentang Gunung Papandayan, mungkin kalyan pernan nonton di insta story kita 😁

istirahat di antara pos 7 dan pos 9
track paling berat, tekanan udara yang rendah bikin nafas tersengal-sengal, jantung berdebar dan mudah lelah

***

Untuk post yang terkait dengan Gunung Papandayan bisa dicek di link ini:
Camping di Gunung Papandayan
Camping di Gunung Papandayan (lagi)
Kebun bunga Hydrangea di Gunung Papandayan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Setelah makan siang (yang tentcunya kesiangan 😅) kita mencari tempat yang nyaman untuk ngobrol *masih belum puas 😁. Karena masih kenyang kita nge-skip opsi cafe, dan memilih untuk caw ke Ngamplang biar lebih leluasa. Oh ya, Ngamplang yang kumaksud adalah lapangan golf di Cilawu, di Jalan Raya Garut - Tasikmalaya.

Saat tinggal di ma'had kita bisa melihat Ngamplang dengan mata telanjang saat jalan ke asrama, kalau ingin view yang lebih OK bisa naik ke atap aula ✨👌. Aku udah beberapa kali ke Ngamplang dengan manteman, main ke rumah teman yang memang tinggal di sana, jalan kaki menyusuri sungai Cipeujeuh melewati sawah dan kebun.

Ngamplang's tower 

Di masa itu Ngamplang masih aktif dipake golf, nggak tahu deh sekarang mah, melihat fasilitasnya yang udah terbengkalai sepertinya Ngamplang memang butuh pembaharuan. Kupikir salah satu alasan mengapa Lapangan Golf Flamboyan bisa survive karena konturnya yang curam dan lokasinya yang berada agak jauh dari pusat kota.

FYI, di masa lampau alun-alun Subang (dan sekitarnya) adalah lapangan golf, sayangnya doi nggak bisa survive karena alih fungsi lahan. Aku lebih suka alun-alun Subang yang cuma lapangan berumput ketimbang alun-alun Subang kini. Meh. RK lagi banyak pikiran apa gimana sih pas bikin konsep gapura Subang, tiba-tiba ada motif mega mendung Tjerbon #desainergagalfaham. Wadefakmen 😡.

Kita datang agak sore, kebetulan situesyennya nggak begitu ramai. Untuk bisa memasuki area lapangan golf kita mesti membayar tiket masuk Rp 30.000 per orang, mon maap nih jiwa emak-emak Pici meronta-ronta 💪. Tanpa menunggu aba-aba Pici langsung tawar Rp 10.000 per orang dengan alasan udah sore jadi nggak akan lama, mungkin daripada nggak jadi akhirnya bapake menyerah 😂.

kolam air mancur yang udah uzur

club house yang kewren pada masanya

Garut nun jauh di sana

Lapangan golf Ngamplang ini cukup luas dan terbagi menjadi 2 area yang dipisahkan oleh jalan. Seingatku, area lapangan golf yang di depan kantor desa sering dipake sepak bola sedang area lapangan golf yang ada club house-nya dijadikan area komersil *janlup, tadi kita bayar tiket masuk yaini. Kita bisa piknik, pre-wedding photoshoot, guling-gulingan atau sekedar hulang healing.

Aku nggak mau jalan jauh atau turun ke bawah macem Alka dan Sangga karena lagi saving energy mode, kan besok mau hiking ke Gunung Papandayan *alasan 😁. Eh tetiba ada mang cuanki dongs, tapi aku nggak ikut beli siya karena masih kenyang, Salah satu alasan mengapa kalyan mesti main ke Ngampalang adalah biar bisa update story dengan caption: cuanki with a view ✨👌.

BTS insta story 😁

Saat kita kesana masih ada beberapa rumpun manusia yang tersebar di semua penjuru, ada yang datang bersama keluarga, teman bahkan pacar. Slow but sure, satu persatu mulai meninggalkan area lapangan golf, meninggalkan kita yang masih asyik melihat Garut nun jauh di sana. Saking khusyu-nya menikmati momen matahari terbenam *padahal mah mendung 😅 kita sampai lupa waktu.

Sejujurnya, aura club house yang terbengkalai bikin parno apalagi hotel yang di depannya ada kolam kosong. Well... nggak adakah yang tertarik mengelola dan memperbaharui lapangan golf ini? Potensi viral-nya besar, pun dengan potensi penunggunya wkwk. Ada gila-gilanya Deya anteng teleponan di dekat mess kosong yang pohon-pohonnya bikin undur diri 😱.

Pankapan kita piknik di Ngamplang ya.

everyone... ini mantemanku

duo dosen yang kepusingannya kadang nggak kita fahami 🙇

kuartet

healing biar eling 😂
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Apa kabar manteman? Semoga harpitnas minggu lalu nggak kalyan sia-siakan begitu aja 😁. Meski udah nggak kerja 8-5 aku mengunakan harpitnas minggu lalu untuk mengambil jeda dari urusan domestik rumah tangga. Tadinya Pici berinisiatif mengadakan halal bihalal di Garut karena kita melewatkan bukber Ramadan. Sayangnya drama kumbara yang terjadi di balik layar smartphone bikin doi urung melempar wacana ke WAG dan mengajak kita (sapeee lagi?!) naik gunung 😅. Kita mah yes ya, apalagi udah lama kita nggak ketemu.

Biar satset aku pake WB Travel yang Subang - Bandung (Buah Batu) terus turun di Cileunyi jadi Deya bisa bablas dari Kopo, lanjut ke Nagrek untuk nge-pick up Icunk. Rencananya kita langsung ke rumah Pici dan masak untuk makan siang, eh di perjalanan Pici mengabari bahwa ia masih ada kelas tatap muka jadi makan siang di luar aja. Untuk pemilihan tempat tentcunya kita serahkan ke Pici, kan doi warloknya 😁.

Dari semua opsi kita memilih RM. Mang Iki karena lokasinya berada di area Garut Plaza, yunow yekan sesulit apa menemukan spot parkir mobil 😅. FYI, RM. Mang Iki ini viral di TikTok karena menawarkan sensasi makan di pinggir rel kereta api macem cafe di Thailand *cmiiw. Mungkin karena kita datang saat jam makan siang situesyennya rame banget, yang antri, yang makan, yang ngobrol, yang masak, yang cuci piring, semua berkumpul di situ. Melihat propabiitas makan dengan nyaman yang kecil, udalaya... kita undur diri 🙇.

Pici lalu kasih pilihan: mau yang makanannya enak tapi agak jauh atau yang deket tapi makanannya B aja?

Ya Allah Pic, pake nanya, derrr weh langsung 😁.


Dari Garut Plaza kita caw ke Lumbung Padi di daerah Bayongbong, yha~ memang agak jauh siya tapi masih di Garut kok😅. Melihat area parkir yang hampir luber kita sempat khawatir kesulitan mendapatkan meja, untungnya Lumbung Padi ini punya banyak meja jadi meski waiting list nunggunya nggak begitu lama. Kita mendapatkan meja di area belakang berupa gazebo yang dilengkapi dengan stop kontak *penting dan wastafel.

Sebagai family resto kurasa Lumbung Padi ini fasilitasnya OK, apalagi kalau bawa orang tua atau bocil. Di beberapa titik ada jalur khusus untuk pengguna kursi roda dan kolam di samping musholla yang bisa dipergunakan untuk menyedekahkan kulit mati pada ikan-ikan 😅. Selain itu ada mini zoo dan playground di bagian belakang yang bisa bikin bocil sedikit sibuk, hati--hati ya buibu jangan sampai meleng apalagi di area kolam. 


Yang kita order:

Nasi Cikur Komplit Ayam Kampung Rp 42.000
Mungkin karena bikin banyak, rasa cikur (kencur) di nasinya terasa samar macem numpang lewat doang 😅. Porsi nasinya mah biasa ya namun kalau digabung dengan lauknya jadi luar biasa. Aku butuh beberapa kali jeda untuk bisa menghabiskannya, apalagi kita order side dish yang lain. So far makanannya OK dan memuaskan, kalau kalyan yang nggak mau ribet pilih-pilih menu satuan bisa langsung pilih menu paketan. 


Jukut Goreng Rp 12.000
Rasanya mirip-mirip dengan jukut goreng pada umumnya.


Karedok Rp 24.000
Jangan tertipu dengan panampilannya yaini, di bawahnya ada kerupuk putih bundar yang bikin karedoknya tampak lebih tinggi 😁.


Es Kelapa Muda Rp 20.000
Syegarrr... Sesungguhnya akau berharap es kelapa muda ini disajikan pake gelas biar ada embun-embunnya, ternyata pake cup plastik aja, yaudalaya mungkin gelasnya belum pada dicuci 😅.


***

LUMBUNG PADI
@lumbungpadigarut_
📌 Jalan Raya Bayongbong - Garut, Muara Sanding, Kec. Garut Kota. Kab. Garut
📆 Senin-Jumat 10.00-20.30
📆 Sabtu-Minggu 09.00-20.30

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Apa kabar manteman? Udah se-darder-dor apa awal tahun kalyan? wkwk.

Di musim panas yang hot hot pop ini tentcunya godaan untuk minum minuman berasa, berwarna dan berembun makin nggak tertahankan. Aku bahkan break the boundaries dan minum pake es batu saking nggak kuwatnya 🔥. Atas dasar efisiensi energi kita ngide beli es batu di warung, mayan laya seenggaknya kita nggak perlu bolak balik bikin es batu di kulkas. Beberapa hari kemudian aku, Widy dan Mas Bagus kena demam, di antara kita bertiga yang paling parah gejalanya cuma Widy, pas dicek ternyata tipes dan mesti dirawat.

Saat tahu Widy kena tipes tentcunya keluargaku panik dongs, secara doi sedang hamil dan bayinya ikut demam. Hampir seminggu aku bolak-balik rumah dan klinik, dari sekedar rotasi barang, mengantar makanan, beli ini itu sampai menemani doi nonton drakor. Setelah diperbolehkan pulang tentcunya doi mesti bedrest yekan, so... semua pekerjaan domestik rumah tangga dihibahkan kepadaku 😅. Sadar nggak bisa meng-handle semuanya sendiri, aku minta bantuan keluarga besar yaini, nggak sanggup euy~ 😆

situesyen menunggu bis di pool
FYI, pool Rosalia Indah terbesar ada di rest area Pemalang dan exit tol Subang

Jeda seminggu aku kembali on the track mempersiapkan trip ke Solo karena ada kerabat yang akan menikah. Tadinya cuma uwak-uwakku aja yang berangkat namun menimbang kondisi mereka yang wes tuwek dan butuh bantuan anak muda akhirnya aku ikut. Setelah melalui berbagai pertimbangan, kita memutuskan untuk pake bis ketimbang pake kereta api atau kendaraan pribadi. Kita pake Rosalia Indah karena lokasi pool-nya yang mudah diakses.

So far... aku nggak menikmati perjalanannya 😂 mungkin karena bisnya tinggi jadi semua hal terjadi jalanan terasa sampai ke kursi penumpang. Aku cuma tidur tipis-tipis sisanya ngemil biar nggak mual. Sampai di Terminal Solo kita dijemput dan diantarkan ke rumah Mbah Warsini di Karanganyar, yha~ masih satu kelurahan dengan pakde Joko. Uwak-uwakku mah tentcunya langsung ngobrol dongs, sementara aku mempersiapkan diri menghadapi gelombang teh manis yang datang bertubi-tubi *ytta 😅.

yang manis... yang manis...

mam duls ya manteman

Malamnya kita menghadiri acara midodareni, meski nggak faham-faham banget apa yang diobrolin aku sih yes hehe Alhamdulillah aku bisa merasakan lagi hidangan piring terbang, Aku suka semuanya... *katro. Urutannya: snack (kue dan sosis solo) - sop manten - nasi dan lauk - dessert (es krim atau pudding). 

Oh ya, aku adalah PIC untuk trip kali ini jadi semua hal yang berhubungan dengan akomodasi adalah tanggung jawabku. Berhubung acaranya nyempil di long weekend, aku nggak berhasil mendapatkan tiket sesuai request buibu, jadinya delay sehari, tapi isokay laya daripada nggak pulang-pulang 😁. Aku beli tiket bisnya ots beberapa hari sebelum keberangkatan, sebenarnya bisa sih beli via aplikasi namun biar lebih afdhol beli di pool-nya *sekalian keluar rumah.

So, kemana aja kita selama di Solo?

MESJID SYEIKH ZAYED

Sebelum ke Solo aku disuruh untuk cari spot wisata yang lansia friendly, tentcunya aku langsung merekomendasikan Mesjid Syeikh Zayed ini karena uwak-uwakku udah lama nggak ikut wisata religi 😁. Langsung approved yaini. Kita baru bisa ke Mesjid Syeikh Zayed ini malam karena hujan sesorean, busedd... rame banget. Gerimis bikin rang-o-rang melipir ke serambi mesjid, sebagian lalu beribadah, sebagian tetap berteduh. Termasuk kita yang sholat sambil menunggu hujan reda *twist 😁.

di seberang Mesjid Syekh Zayed ada Gereja Sola Gratia

view Mesjid Syekh Zayed dari Gereja Sola Gratia

lantainya bermotif kawung, nggak terbayang panasnya saat siang

di ujung selasar ini ada pintu menuju mushaf besar

menunggu hujan reda

pulang dari Mesjid Syekh Zayed kita makan sotoy di Pasar Legi, rasanya tyda usah ditanya 💖

gorengan yang kurindukan 😍

TAMAN MAKAM PAHLAWAN

Salah satu uwakku memanfaatkan trip ke Solo ini untuk mencari makam kerabatnya yang meninggal saat berperang melawan Belanda. Yha~ kalyan nggak salah baca, sebelum Indonesia merdeka ada banyak peperangan yang terjadi di seluruh negeri, salah satunya terjadi di Solo. Untungnya pengelola Taman Makam Pahlawan masih menyimpan catatan nama 'penghuni' makam yang diurutkan sesuai abjad *penting, alhamdulillah ketemu.

gerbang Taman Makam Pahlawan Surakarta

uwak-uwakku lagi mengecek buku besar 'penghuni' makam

perlu penelusuran nggak? 😁

sejauh mata memandang aku melihat makam

untuk yang penasaran kenapa fotoku nggak ada 😅 panas coy...

KERATON SOLO

Tadinya kita mau ke Keraton Solo, namun menimbang keraton mah gitu-gitu aja akhirnya kita jalan-jalan aja hehe. Uwakku cerita dulu Mbah Uti pernah kesambet di keraton, katanya beliau merasa mau ditombak oleh penjaganya *ceunah. Syitmen. Kebetulan driver kita pernah tinggal di dalam keraton, jadi doi-lah yang menjelaskan ini itu termasuk rahasia dapurnya. Oh ya, ternyata Solo ramenya saat malam hari ya, pantesan siang B aja, yumari bestie... ke Solo lagi.

kalyan familiar nggak dengan bentuk atapnya?

nggak serame Keraton Yogyakarta siya namun okelah

nasi + sop timlo ✨👌

***
Kita sempat ditawari silaturahmi ke rumah pakde Joko karena di long weekend biasanya doi open house. Jujur aku merasa nggak siap memperkenalkan diri sebagai Bendahara Umum Liburan Bareng Bestie 😅, dan membayangkan diri star struck lalu keceplosan nanya: ijazahnya asli atau palsu pak? bikinku overthinking. Untungnya saat kita ke rumah pakde Joko antriannya mengular hingga ke jalan, jadi kita cuma keliling kompleks dan melihat rumah baru anake. 

Satu-satunya hal yang nggak kusuka dari Solo adalah teh manisnya yang maniisss banget. Bayangkan... baru 2 hari di Solo badanku udah gatal-gatal, sekalinya digaruk malah berdarah 😭, saking nggak kukunya aku sampai pake daster (yang seharusnya untuk oleh-oleh) biar adem padahal cuaca dingin. Selama di Solo aku lebih banyak minum air teh manis ketimbang air bening makanya seret mulu, pencernaanku jadi kurang OK dan itu bikinku nggak nyaman.

lapangan dekat rumah yang selalu jadi patokan sebelum kenal GPS

nasi liwet Solo begini ya

***

BTW, pulang dari Solo aku puas-puasin minum air bening 😂.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (23)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Jun (6)
    • ►  Jul (2)
    • ▼  Aug (2)
      • Pirates of the Carribean Movies
      • Diam Itu (C)Emas

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Dinda Puspitasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kae Pratiwi
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Mira Afianti
  • Monster Buaya
  • N Journal
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Check This Too

  • Minimalist Baker
  • Spice The Plate

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Community

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates