Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Kembali lagi di Jalan Jajan volume sekian denganku dan Icunk *yha~ siapa lagi, tak lain dan tak bukan 😆 Mengisi libur Maulid Rasulullah SAW yang jatuh di hari Sabtu, kita berencana untuk jalan jajan ke Hap Seng Kee di daerah Pecinan Andir. Sekali lagi, Tiktok brought us there… ☺️.

Kita memilih Hap Seng Kee karena tertarik dengan Roasted Chicken Rice-nya dan (yang paling penting) masih berada di sekitar rute template jalan-jalan kita 👍🏻. Berdasarkan info dari warga +62 Hap Seng Kee ini cepet banget sold out-nya, jadi disarankan untuk datang lebih awal.

Karenanya kita janjian lebih awal di Halte Alun-Alun, hal yang sebenarnya meragukan karena kita sama-sama magetan (mageran + ngaretan). Oncenya lagi, aku lupa bahwa hari Sabtu adalah hari libur nasional yang berpotensi membuat rang-o-rang keluar rumah dan tumpeh ke jalanan.

Dan benar aja… di hari H aku ngaret gegara nggak dapet bis ke Alun-Alun, bukan karena bisnya nggak ada melainkan karena penumpangnya udah over capacity makanya nggak keangkut 😔. Akhirnya aku pake angkot dan kaget saat berpapasan dengan rombongan buibu yang baru balik dari acara di Mesjid Agung, sama sekali nggak menyangka suasananya akan seramai ini.


Dari Halte Alun-Alun kita naik bis jurusan Baleendah – BEC dan turun di SMK 6, rencananya kita akan jalan kaki ke Hap Seng Kee via Paskal. Sebelum mencapai Paskal kita berinisiatif untuk berbelok ke jalan di samping Hotel Cemerlang, berharap melalui shortcut yang akan mengantarkan kita lebih cepat ke Kap Seng Kee. Syudah bisa ditebak ya… kita akhirnya malah memutar lebih jauh dan terdampar sampai di Pasar Ciroyom 🥲, mau balik lagi udah tanggung, mau naik angkot udah dekat.

Beberapa tahun yang lalu aku dan Widy pernah terjebak hujan dan berteduh di gedung Pasar Andir, tahu sendiri yekan Andir kalau banjir rujit-nya gimana… 😅 sampah sayuran turut hanyut bersatu dengan sampah rumah tangga berakhir entah dimana. Yang membuatku nggak habis pikir adalah bisa-bisanya warga+62 asyik jajan Cuanki dan Cilok sambil nontonin itu semua. Yucks! 🤢.

Sepanjang jalan nyasar kita sempat ngobrolin opsi tempat makan lain kalau Hap Seng Kee udah keburu tutup, beruntung saat kita sampai masih bisa order. Sayangnya, menu yang kita inginkan udah sold out dan diganti dengan menu yang lain. Karena area makan di lantai 1 sedang penuh kita diarahkan ke area makan lantai 2, yang terasa lebih kalem dan bersih.

Yang kita order di Hap Seng Kee:

Steamed Chicken Rice (39K) dan Crispy Chicken Cutlet (34K)
Kedua menu ini udah dilengkapi Nasi Hainan dan Braised Egg, jadi nggak udah order Nasi lagi kecuali ingin nambah 😁, side dish-nya kita dapet Kuah (?!), Acar dan condiments. Untukku Nasi Hainan-nya agak asin namun gurihnya pas dan tampilannya clean, bisa laya diimbangi dengan condiments-nya. Untuk braised egg rasanya B aja selayaknya rasa Telur Pindang, kita suka Acarnya karena ada potongan Nanas dan rasanya mirip dengan Acar di Martabak Telur.

Menurutku rasa Steamed Chicken dan Crispy Chicken-nya so far sih enak ya… tapi nggak yang enak sampai mau meninggal. Kurasa rasa Nasi Hainan-nya lebih mendominasi ketimbang rasa ayamnya, mungkin akan berbeza kalau makannya dipisah ✨👌🏻.



Pakchoy with Homemade Sauce (15K)
Komentar Icunk: yang mahal Minyak Wijen-nya.


Teh-Peng (15K)
Sezuzurnya kita tertarik dengan minuman yang ada butiran kecambah di dalamnya, tapi karena keterbatasan info kita berakhir dengan The-Peng alias Teh Tarik ini. Untukku sih okcey ya karena bisa menetralisir rasa Nasi Hainan yang menempel di lidah, kalau nggak tertarik dengan menu perkopian bisa niya dipertimbangkan si Teh-Peng ini. Later did we know… minuman yang kita kecengin namanya Ice Barley dan isinya bukan butiran kecambah melainkan jelai.


Hap Seng Kee
Jl. Kelenteng no 44 Andir, Kebon Jeruk, Bandung
🥬 7K-35K
🍛 35K-218K
🧋 13K-18K
*harga yang tertera udah termasuk pajak
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Dewasa ini (cieee…) aku *as a human merasa lebih santai dalam menjalani hidup, pada gini juga nggak nih? Salah satunya dengan nggak ngoyo ingin ini itu, berusaha berkompromi dengan diri sendiri dan nggak larut dalam lautan over thinking. Makanya saat rencana-rencana mentok menjadi wacana, aku sans selama nggak merubah konstruksi big picture-nya.

Setelah bulan lalu batal ke ArtJog yang bikin gemas karena begitu dekat begitu nyata, bulan ini (saat draft post ini ditulis) aku juga batal ke Keukeun. FYI. Keukeun adalah event tahunan di Bandung yang udah kunanti-nanti sejak lama, Keukeun terakhir diselenggarakan bertepatan dengan mati lampu nasional di Pulau Jawa, kalau mau membaca ulang post-nya disini ya.

Aku dan Icunk pun udah merencanakan untuk ke Keukeun sejak jauh hari, sayangnya menjelang hari H rencana kita mesti batal. Bukan karena terjadi hal-hal luar byasa macem apalah melainkan karena persentase pertimbangan di bawah ini:

25% - Keukeun diadakan di Kiara Artha Park menjadikannya event berbayar (25K) meski sebelumnya nggak.
25% - Pilihan tenant-nya kurang cucok dengan palette lidah kita.
50% - Imah Babaturan nggak jadi tenant di Keukeun.

Sebagai #sobatbudget kita merasa 25K lebih worthy dijajanin, pasalnya entry fee Kiara Artha Park saat weekend 10K aja. Ketimbang kecewa karena Keukeun nggak sesuai dengan ekspektasi maka kita memutuskan untuk mampir langsung ke Imah Babaturan.

IMAH BABATURAN

Atas nama kangen icunk order Nasi Cumi Cabe Ijo, sedangkan aku order Tongseng Ayam Kampung karena Nasi Liwet Oslo-nya udah keburu sold out. Untuk minumnya kita order Es Jeruk Peras dan Es Jeruk Nipis, nggak tergoda Es Latte karena hari masih panjang dan aku nggak mau mengantuk karenanya. Rasa makanannya masih konsisten dan porsinya ngepas,

Ohya… Imah Babaturan memberlakukan penyesuaian harga, tapi jangan sedih ya guise… kerupuknya masih gratis kok. Post terkait Imah Babaturan bisa dibaca disini ya.

sign baru

Nasi Cumi Cabe Ijo (45K)

Tongseng Ayam Kampung (40K)

Es Jeruk Peras (15K) dan Es Jeruk Nipis (15K)

order-an kita hari ini

***

Tadinya kita ingin ke Babakan Siliwangi tapi urung karena cuacanya mendung dan tanggung udah dekat waktu sholat, kita mampir ke ITB. Kebetulan masih musim penerimaan mahasiswa baru jadi suasananya cukup ramai, biar lebih syahdu kita duduk di area taman di bawah monumen kubus sambil ngemil jajanan: Es Cincau, Basreng dan Tahu Crispy. Mendengarkan senior memaparkan visi misi himpunan membuat kita bernostalgia ke masa-masa awal jadi mahasiswa.


***

Lalu kita caw ke wedding exhibition di Pusdai sekaligus ketemu dengan Widy yang udah sampai duluan, karena bingung udah nggak tahu mau ngapain haha kita jalan-jalan di sekitar Cisangkuy. Sempat nyangkut di Cargo tapi berhasil lolos karena barang yang kita incar nggak diskon dan berakhir di Pasar Cisangkuy. Lawas banget nggak nih? Haha

tyda berubah

teko-teko-teko

rantang kiyut

Mie Aceh Rebus yang bikin keselek, tyda kurekomendasikan bagi yang nggak suka pedas.

sebuah citra

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Hello~

Kusarankan untuk nge-skip post ini karena isinya hanyalah foto-foto postponed yang nggak sempat di-publish sesuai dengan timeline, sekaligus appreciation post untuk smartphone-nya Widy yang pernah keren pada masanya 🥺. Akhirnya aku post sebagai upaya declutter dari folder yang nyempil, foto Widy juga banyak kok tapi yang di-share denganku hanya sedikit 😅.

Lindungi mata kalyan!!! 😎😎😎

*all picture taken without filter by Widy.

wefie

masih ogheyyy

hayu pulang sis... 

tenda aesthetic maylop

(@.@')

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Memasuki musim penghujan ini udah saatnya kita mempersiapkan pancaroba kit, anginnya nggak enak dan hujannya labil banget 🥲. Menuju tengah hari bisa dipastikan cuaca gloomy ala-ala, byasanya hujan tipis-tipis tapi kadang hujan lebat, makanya nggak heran kalau bis terlambat datang gegara banjir 🌊.

So far, aku udah melewatkan banyak film bagus… entah kenapa belakangan ini aku malay ke bioskop, ada aja alasan mengapa aku lebih memilih melewati hari dengan rebahan di kamar ketimbang pergi ke bioskop. Aku juga udah nggak terlalu mantengin drakor, series apalagi, yang kuinginkan hanyalah selimutan sambil menunggu hujan reda 🤭.

Minggu lalu sepulang ngantor aku mampir ke BEC dulu karena ada yang mesti diurus, begitu urusanku kelar eh malah hujan, bukan hujan tipis-tipis ya melainkan hujan lebat. Ketimbang menunggu di bus stop aku memilih untuk menunggu di Gramedia sambil melihat-lihat buku kali aja yang menarique. Bahkan sampai aku bosan pun, bis yang kutunggu masih belum datang dan hujan masih belum reda.

Yha~ kadung udah kesini, kupikir nggak ada salahnya kalau nonton dulu sebelum pulang, toh pada akhirnya aku nggak akan pake bis yekan. Sambil jalan ke BEC aku mengecek film yang jam tayangnya dekat, beruntung masih tersisa 1 seat di row tengah untuk Mencuri Raden Saleh. Kalau nonton di bioskop aku selalu mengusahakan seat yang sejajar dengan screen, biar nggak siwer.

Flashback dikit niya. Saat kuliah aku dan Icunk pernah nonton Harry Potter di BIP karena tiketnya OTS kita kebagian seat pinggir agak depanan dikit. Bukan pengalaman yang menyenangkan ya karena selama nonton kita duduknya mesti miring karena nggak sejajar dengan screen, mana kepalanya mesti nenggak pula. Pulangnya kita pusing dan kompak sakit leher 😂.

Salah satu hal yang menyebalkan dari menonton di bioskop adalah penanyangan trailer sebelum filmnya dimulai. Eh, ini khusus trailer film horor ya. ZBL banget pokoknya kalau jalan lewat screen pas di bagian jump scare, rasanya ingin “hap!” langsung duduk di seat. Berasa dikejar-kejar aja gitu 😂 Sebelum film Mencuri Raden Saleh dimulai hanya ada1 trailer yang ditayangkan yakni Jagat Arwah. Kalau melihat visualisasi lelembutnya yang dibuat beragam aku sih tertarik tapi tetap ya nggak berani nonton sendiri 😱.

lukisan yang dimaksud

Untuk mempersingkat intro, marki-view Mencuri Raden Saleh…

So far, film bertema heist yang menurutku masih okcey untuk ditonton masihlah trilogy Ocean dan Italian Job, sedang untuk series-nya Money Heist. Jadi ya standarku adalah mereka ini. Seingatku, Mencuri Raden Saleh udah di-sounding 1-2 tahun sebelumnya, yang sayangnya karena pandemi mesti tertunda. Sejujurnya aku agak skeptis, khawatir kalau filmnya anyep karena tema heist ini adalah tema pendatang baru.

Mencuri Raden Saleh ini bercerita tentang komplotan amatir yang dipaksa keadaan untuk mencuri lukisan Raden Saleh. Adalah Piko (Iqbaal Ramadhan) dan Ucup (Angga Yunanda) pasangan bromance yang seringkali dicemburui oleh Sarah (Aghniny Haque). Piko adalah seorang mahasiswa semester akhir yang BU karena ingin membuka kembali kasus yang menjerat bapake (Dwi Sasono), ia nyambi dengan menduplikasi lukisan dan menjualnya melalui Ucup seorang so-called hacker.

balap mobil duls

Anggaplah mestakung, suatu hari Ucup dan Piko ditawari oleh Dini (Atiqah Hasiholan) seorang kurator seni untuk menduplikasi lukisan Raden Saleh yang berjudul: Penangkapn Pangeran Diponegoro. Si buyer yang kemudian diketahui sebagai Permadi (Tyo Pakusadewo) yakni mantan presiden Indonesia memberikan tantangan untuk menukarkan lukisannya Piko dengan lukisan aslinya.

Tenang pemirsa… Ucup cs hanya diminta merekrut member dan menyusun rencana cangkangnya aja, master plan-nya mah udah disiapkan oleh Permadi. Beliau sadar yaini eksekutornya adalah krucils tanpa pengalaman. Maka dimulailah sesi belanja member… *sesi penting-nggak-penting sekaligus sesi pengenalan skill. Ada Sarah pacarnya Piko, Gofar (Umay Shahab) dan Tuktuk (Ari Irham) kakak beradik beda emak dan Fella (Rachel Amanda).

Gofar dan TukTuk

Yang kurasakan saat menonton film bertema heist, kebanyakan film lebih memperlihatkan betapa ‘wah’nya cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, kadang objek yang dicurinya malah tampak B aja alias yagitu weh. Kita disibukkan dengan detail remeh-temeh hingga mengesampingkan esensi dari filmnya sendiri. Sebagai penonton, aku cukup mendapatkan informasi mengenai lukisan Raden Saleh dari narasinya Piko.

Kupikir keputusan membuat eksekusi rencana mereka berantakan sangatlah tepat, sebagai newbie yang baru nyemplung rasanya too good to be true kalau rencana mereka sampai berhasil. Memang, nothing is impossible tapi ya nggak realistis. Selalu ada kali pertama untuk semua hal bukan? Dan komplotan pencuri amatir ini mesti belajar dari kesalahan mereka.

Piko dan Sarah, pasangan BU

Kalau ada yang kusuka dari Mencuri Raden Saleh itu adalah keputusan Angga Sasongko mengoptimalkan cast yang segitu-gitunya. Kubilang begini karena di film bertema heist yang pernah kutonton, rerata dalam satu komplotan hanya 2-3 orang yang benar-benar dipake sisanya hanya cameo belaka yang membuat pembagian porsinya jadi nggak balance.

Kita semua faham bahwa Serabi original dengan topping oncom dan telur itu udah nikmeh dari kodrat, namun saat ditambah topping lainnya macem abon, mayones, ayam rica atau ayam teriyaki rasanya malah bikin bingung. Too much dan kehilangan esensinya. Inilah yang kurasakan ketika menoton Mencuri Raden Saleh, paruh pertama memang mengasyikkan, namun di paruh kedua aku merasa ada tekanan untuk memasukkan sub-cerita lain yang membuatnya bercabang 🌴.

Piko tanpa Pikopi

Paruh kedua kutandai dengan bebasnya Tuktuk dari penjara, momen dimana mereka menyusun rencana balasan atas kekalahannya. Semuanya terasa begitu cepat sampai aku nggak yakin Piko sempat mengajukan perpanjangan cuti kuliah.

Kalau ada yang membuatku ZBL itu adalah flirting-nya Ucup ke Fella, cringe cringe hadeh gimana gitu, mana konsisten dari awal sampai akhir. Aku nggak tahu apakah karakter Ucup memang dibuat flirty, tapi ya… jangankan merasa tergugah yang ada aku il-feel duluan. Yha~ aku bukan market-nya Ucup 🤣. Yang kukecengin di film Mencuri Raden Saleh hanyalah Aghniny Haque.

ishhh... 


Ohya, sejauh yang kurasakan product placement-nya film mencuri Raden Saleh cukup matang, sponsor-nya reliable dan nyambung dengan kebutuhan cerita. Kecuali… Fullo 🤔. Kurasa scene Gofur dan Fella rebutan Fullo udah cukup mewakili product placement-nya, namun scene Gofur ngemil Fullo berkardus-kardus sukses membuat iman teguncang. Macem… Gofur tuh faham nggak sih kalau ingin kenyang mah makan nasi bukan ngemil Fullo? Yakin ngga ‘kan spaneng? 🤣.

Di pestanya Permadi, Sarah tetiba coy dengan cowok yang nggak jelas juntrungannya namun mau-maunya ikutan gelut. Yang ada di otakku: Hey… dia siapaaa? Asli, nggak ada intro tetiba coy begini bikin aku KZL, tapi lalu kusadar apakah ada rencana terselubung untuk membuat sekuel film Mencuri Raden Saleh? Tapi kalau boleh menyarankan mending dibikin series-nya aja, biar writer-nya ada kesempatan untuk mengeksplorasi karakter dan membenahi naskah.

yu cakep banget

To be honest, kurasa akan lebih baik kalau Permadi menjadi mantan pejabat ketimbang mantan presiden. Toh, pejabat masa kini bisa mengoleksi barang antique bahkan memindahakan gapura taman safari ke ruang kerja adalah mungkin. Untuk ending-nya terasa kurang nendang siya dan aku khawatir mereka ketabrak lagi karena berhenti di tengah jalan.

Mencuri Raden Saleh adalah film yang menyenangkan dan menarik untuk didiskusikan dengan teman, untuk kekurangannya mungkin bisa ditambal di sekuelnya tahun depan *yamasa nggak ada sekuel 😉.

***

Pictures were taken from the Watchmen ID.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

3 bulan menuju akhir tahun, menuju review resolusi tahunan 🤭 Salah satu yang kulakukan demi menyambut pergantian tahun adalah beberes folder yang nggak berkesudahan, kayanya ada aja yang mesti diberesin 🥺. Sambil beberes itu aku jadi flashback tipis-tipis ke tahun-tahun sebelum pandemi, tahun-tahun menyenangkan yang isinya: akhir pekan ini mau ngapain ya?

Karena aku nggak mau flashback sendirian, kan kuajak kalyan ber-flashback ria, kali ini temanya adalah tempat berakhir pekan sebelum pandemi ✨👌🏻. Jadi, mohon pengertiannya ya yorobun kalau ternyata tempatnya sekarang udah berbeza atau udah nggak ada lagi.

Yuks… 

PENDOPO

Sebelumnya aku nggak pernah mengira Pendopo bisa diakses oleh publik, kukira hanya bangunan kantor dan cagar budaya. Aku tahu Pendopo ini karena diajak Icunk yang udah lebih dulu kesini dengan temannya, kita udah beberapa kali menghabiskan sore di Pendopo. Suasananya sejuk dan tenang 🍃. Kalau udah nggak tahu mesti kemana byasanya kita mampir di Pendopo, sengaja bekal cemilan atau buku meski ujung-ujungnya mah so pasti rebahan 😂.

Sebelum pandemi, untuk memasuki area Pendopo kita diminta untuk menyimpan kartu identitas (KTP/ATM) di pos satpam yang berjaga di gerbang. Saat pandemi Pendopo ditutup, well… aku nggak tahu apakah sekarang kita bisa mampir seperti dulu atau nggak karena setiap kali lewat kebetulan gerbangnya tertutup. Sebagai hidden gems nomor 1 di Bandung versiku, aku berharap Pendopo bisa segera diakses oleh publik, kangen ngadem 🥺.

Adem kan?

Loncengnya beneran bunyi

Aku baru sadar outfit-ku tabrak lari saat meng-edit foto 😂

Wefie di Central Park 🥲

Selfie pake kacamata baru 🤫

BALAI KOTA (BALKOT)

Meski lokasinya strategis Balkot hampir nggak pernah menjadi tujuan utama, namun sering dilewati kalau aku jalan ke BIP atau Gramedia. Eh, tapi pernah deng aku dan Icunk sengaja janjian di Balkot gegera ingin naik Bandros, sayangnya saat itu kita belum berhasil karena sistem ticketing-nya masih belum rapi. Nggak kecewa siya Cuma ZBL aja udah nunggu-nunggu tahunya udah ditungguin juga oleh rombongan buibu, kalau lawannya begini mah yumari kita undur diri 🙏🏻.

Sebelum pandemi, di Balkot sering ada acara komunitas jadi sambil lewat kita bisa sambil nonton, kalau weekend byasanya pada gelar lapak disana. Sejak pandemi Balkot ditutup, saat aku ikutan Cerita Bandung yang Freemason pun Balkot masih ditutup, nggak tahu kapan bisa diakses oleh publik lagi. Semoga aja bisa segera dibuka ya 😉.

Coba tebak, ini burung apa? Jangan bilang ini jalan masuk ke kantornya Dumbledore 🤭

Dedalu Perkasa 🌳

Wefie sambil menonton Quidditch

Bandros tersangka

Ada PKL yaini

TAMAN LALU LINTAS

Yuuhuu… Inilah taman favoritos kita semua, bukan karena tamannya bagus dan bersih ya melainkan karena Taman Lalu Lintas ini pernah mengisi masa kecil dan kuliah kita. Iya guise… aku dan temanku kurang suka nge-mall jadi kita mainnya ke Taman Lalu Lintas atau Kebun Binatang. Murce iya. Happy iya. Mandatory activity kita selain piknik adalah naik kereta apinya, berasa ada yang kurang aja gitu kalau nggak melakukannya 😁.

Saat pandemi Taman Lalu Lintas ditutup, nggak tahu niya kalau sekarang udah diakses oleh publik lagi apa belum. Terakhir kali ke Taman Lalu Lintas saat piknik dengan barudak, itu pun sebelum pandemi. Sekarang bocil yang ikutan piknik udah gede dan bertambah, kuy piknik lagi guise… 🥺

Yang ke Taman Lalu Lintas sejak kuliah

Kereta api yang udah terasa "mini"nya

Cucuraks :)

Yang difotoin balik

Aku. 20 kg yang lalu?!

ALUN-ALUN BANDUNG

Sebagai meeting point favoritos kita semua, alun-alun Bandung ini adalah tempat yang paling strategis untuk janjian. Apalagi kalau rute jalan-jajannya masih template ke daerah Kalapa, Pasar Baru, Braga dan sekitarnya. Aku jarang menghabiskan waktu di alun-alun-nya paling cuma lewat atau menyebrang dari satu sisi ke sisi yang lain.

Sebelum pandemi alun-alun Bandung byasanya ramai bahkan sampai malam sekali pun, selain menghabiskan waktu di rumput sintetisnya kita bisa naik ke tower-nya. Selama pandemi alun-alun Bandung ditutup, pernah dibuka tapi kembali ditutup karena warga +62 yang butuh healing menciptakan kerumunan disini. Sampai sekarang belum ada pertanda kapan alun-alun Bandung dibuka.

Kalau sampai sepi begini, artinya cuacanya puanasss polll

Foto template buibu di Alun-alun Bandung *lupa copot sandal

Warga +62 udah hideng menjaga jarak, yang berkerumun malah satpol PP-nya

***

Sebagai rakdjat djelita kita tentcu berharap area publik seperti  yang ada list ini bisa kembali dibuka untuk umum, kadang suka bingung aja gitu mencari tempat berakhir pekan yang hemat dan nyaman hehe

Well… Adakah yang mau spill tempat favoritos sebelum pandemi?
Let me know ya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates