Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
kupersembahkan foto peuyeum keju yang membuatku mengitari pasar baru di sore hari nan gerismis, lalu membelinya via e-commerce karena kurang sreg dengan visualisasi peuyeum yang camehong *request ayah

Hello…

Selamat Idul Adha yakawan… selamat mencari resep olahan daging dan memikirkan meal prep ✨👌🏻.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya kupikir tahun ini agak sepi ya… pasalnya yang update statusnya bakar-bakaran (bikin sate) hanya 1-2 orang aja. Di kantor, temanku bercerita kalau di kompleks perumahannya nggak ada yang bakar-bakaran, lebih memilih di-keep untuk masakan. Well… kayanya ini terjadi dimana-mana deh hehe 😁.

Setiap hari raya selalu menyisakan cerita yekan… dan Idul Adha tahun ini pun menyisakan cerita yang ku yakin banget akan diingat di tahun-tahun selanjutnya 🙂.

***

Seperti tahun-tahun yang lalu keluargaku ber-qurban, sambil menunggu sapi datang kita (terutama ciwik-ciwik) akan berkutat dengan urusan dapur. Byasanya sapi akan diantarkan pada malam hari sekitar pukul 21.00-22.00, jadi kita dan tetangga akan menunggu sampai kurirnya datang. Nah, yang membuat kita agak was-was… chat terakhir dengan admin nggak terbaca, bahkan nomornya dinonaktifkan 🤨.

Kalau udah begini siapa juga yang nggak khawatir, sepupuku kemudian berinisiatif menyusul ke peternakan dan ternyata… disana juga chaos🤯. Sumber permasalahannya adalah administrasi peternakan yang nggak rapi, yang berimbas pada kacaunya sistem tracking sapi yang keluar. Jadi ada beberapa sapi yang udah diambil tapi nggak jelas runutannya, termasuk sapi keluargaku yang udah diambil orang lain.

Ternyata kejadian ini bukan hanya menimpa keluargaku, melainkan banyak orang dengan jumlah sapi yang nggak sedikit. Kita aja yang hanya membeli 1 ekor sapi udah nggak bisa tidur, laini 20 ekor sapi cuy… gimana nggak digruduk warga yekan, kasian banget ibunya dari luar kota dari siang pas nyampe sapinya nggak ada. Kalau yang dekat masih bisa menyusul, apa kabar nih yang di luar kota 😱.

hello - goodbye

Sepupuku tentcu ikut mayah-mayah, gimana nggak KZL ya sapi yang udah dipilih, dibayar dan ditunggu-tunggu lenyap begitu aja. Setelah pembicaraan yang alot dan melalui banyak ile akhirnya kita mendapatkan sapi pengganti, secara spesifikasi mungkin berbeda namun secara bobot lebih berat. Mungkin inilah yang dinamakan blessing in disgust… Tapi tetap ye perjalanan menuju kesananya beneran bikin capek 🥲.

Para orang tua macem mama, uwak, pak de dan bude jelas ikutan stress, nggak bisa tidur dan over thinking dengan kemungkinan terburuk. Menjelang shubuh barulah sikon mulai terkendali dan kita bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Idul. FYI. Aku dan Widy udah sholat Idul Adha duluan ya dan kita kesiangan 🥲 saat kita ke lokasi sholat Idul Adha, kita kira sedang rakaat pertama tahunya rakaat kedua dongs 😌.

mendengarkan khutbah

meski terlambat, tyda ada salahnya mam bubur dulu ygy

Seperti tahun-tahun yang lalu kita menyembelih qurban sendiri, nggak menitipkannya di masjid. Setelah sholat Idul Adha tetangga datang ikut membantu, yang cowok byasanya membawa tali tambang dan golok sedang yang cewek byasanya membawa pisau dan asahan dari rumah masing-masing. Alhamdulillah proses penyembelihan berjalan lancar~

Byasanya aku kebagian tugas mencatat timbangan dan memasukkan daging ke plastik, tapi kali ini giliran Widy yang bertugas wkwkwk 🤭. Karena masih kurang sehat aku memutuskan untuk menjadi seksi dokumentasi aja tapi tetap aja ujung-ujungnya aku kebagian tugas memasukkan daging ke plastik. Mau pake masker atau nggak pun bau daging menyeruak kemana-mana, baju mah udah nggak usah ditanya ya 😅.

mengasah pisau dan mendidihkan air adalah persiapan standar warga +62 sebelum menyembelih qurban

mb-mb di sebelah kanan adalah aku di masa lalu 

bapack-bapack memotong daging, serius dan pake tenaga

buibu memotong daging, tak lupa bercanda dan tertawa

Karena mendapatkan bantuan dari tetangga, semua bisa selesai sebelum sholat dzuhur, termasuk distribusi tipis-tipis ke sanak saudara yang rumahnya berjauhan. Meski puyeng gegara bau daging hingga ke akar rambut, kita semua bisa lega karena bisa menyelesaikannya secara khidmat haha Semoga tahun depan bisa kembali ber-qurban ya…
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello…

Setelah masuk list selama berbulan-bulan (bahkan bertahun-tahun 😁) akhirnya kita merealisasikan wacana ke Teduh Coffee ✨👌🏻. Bukan tanpa alasan mengapa selama ini kita syelalu gagal kesana. Yang pertama Teduh Coffee lokasinya di Cinambo yang menurut kita akan lebih cucok kalau didatangi setelah jalan santai di pagi hari. Yang kedua pandemi membuatku jarang menginap. Yang ketiga kalau pun menginap kita jarang banget memilih opsi jalan santai di pagi hari 🥲.

Sebelumnya aku dan Icunk pernah jalan santai macem gini, untuk post-nya bisa dibaca disini ya. Kali ini kita berjalan kaki ke arah Cinambo melalui perempatan yang ada pom bensinnya, meski masih pagi rang-o-rang kayanya sibuk banget jalanannya udah rame. Kita sempat berhenti sebentar dan nontonin Bapak / Ibu Tani memanen padi, feels like home.

ini pohonnya, ada yang tahu?

So far perjalanan menuju Teduh Coffee menyenangkan karena ada banyak objek yang bisa dilihat dan dikomentari 😁 Kita menemukan pohon yang buahnya menjuntai dari bagian belakang sebuah pabrik, bentuknya mirip jeruk tapi bukan jeruk, sayangnya nggak ada yang bisa ditanyai jadilah buah itu tetap menjadi misteri hingga saat ini 🤔.

Tapi ya… karena sejak bangun kita belum makan apa pun jadilah kita sarapan bubur dulu sekalian menunggu Teduh Coffee beroperasi. Ohya, lokasi Teduh Coffee ini berada tepat di belakang Polsek Cinambo, di samping Progressif Sport Centre, sebelum Sate DAMRI. Kalau dari jalan Soekarno Hatta mungkin nggak akan terlihat sign-nya karena terhalang bangunan Polsek.

Saat kita sampai di Teduh Coffee suasananya masih sepi karena masih dalam tahap persiapan, (lagi) sambil menunggu kita memutuskan untuk jalan-jalan sebentar ke kompleks perumahan yang ada di belakang polsek. Setelah itu kita langsung menuju Teduh Coffee, sejujurnya aku nggak menyangka mereka akan survive dari pandemi 🥺, kalau Icunk nggak kasih tahu sepertinya aku udah lupa Teduh Coffee pernah eksis 😅.


Kalau melihat foto-foto dan video yang di-tag-kan di akunnya kukira area Teduh Coffee itu luas, begitu kesana ternyata nggak seluas yang kukira, yap, ekspektasiku yang ketinggian 😅. Pohon pinus yang berada di sekelilingnya memberikan kesan teduh macem di Lembang, untuk style-nya sendiri kupikir lebih dekat ke rustic ya karena pake dekorasi lampu pijar dan didominasi warna hitam.

Saat masih sepi kita memilih untuk duduk di bagian belakang yang dekat dengan tembok pembatas, tapi kemudian kita pindah karena ada rombongan keluarga besar yang datang, ketimbang tersisihkan mendingan kita menepi duluan yekan 😁.

tyda lentur karena usya 😂


Meski namanya Teduh Coffee kita nggak meng-order kopinya, masih pagi… dan nggak mau aja 😂 Semalam sebelum tidur kita minum Ice Matcha-nya Point Coffee, jadi pagi ini kita memilih minuman yang berbeda. 

Yang kita order:

Ice Chocolate 25K
Kata Icunk enak karena ada hint pahitnya ✨👌🏻.

Ice Lychee & Aloe Vera 22K
Kukira aku akan mendapatkan topping aloe vera yang dipotong dadu *positive thinking 😇 ternyata aloe vera-nya diserut dongs jadi cuma dapet sari-sarinya aja 🤭.

Udang Kulit Tahu 20K Siomay Udang 20K
So far okcey Cuma makannya agak ribet takut jatuh 😌.


Yha~ beginilah hari-hari tenang pasca pandemi... ☺️.

Teduh Coffee @teduhcoffee.id
📌 Jl. Pinus Raya belakang Polsek Cinambo
⏰ 09.00-22.00
🥟 15K-38K
🍜 20K-38K
🥤 10K-28K

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello…

Ada info penting niya bagi kalyan yang sering membaca post review film ala kadarnya di blog ini, akhirnya… setelah sempat ke-pause selama 2 tahun gegara pandemi, aku kembali nonton di Ubertos haha 😆 Yha~ that’s it. Itulah kabar penting yang ingin kusampaikan kepada kalyan. Dan teruntuk sobi nonton Ubertos yang udah pecah kongsi, yuk nonton di bioskop lagi, nonton via smartphone mah kurang puas 🥲.

Tadinya aku dan Icunk ingin nonton Top Gun: Maverick karena review-nya menjanjikan, tapi mon maap nggak jadi karena setelah kucek di via M-Tix di Ubertos Top Gun: Maverick udah nggak ada. Karena kita mager ke MIM (Metro Indah Mall) jadilah Top Gun: Maverick diganti menjadi Ngeri-Ngeri Sedap karena Opung Luhut menitikkan air mata saat menontonnya 😁. Juwara benget laini reviewer-nya.

Keyword: Opung Luhut - air mata

KKN di Desa Penari nggak masuk list ya karena Icunk udah nonton duluan dan review-nya: nggak rame! Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama 50:50 karena nggak yakin akan suka meski dulu aku suka nonton di TV. Jurassic Worlds: Dominion okcey tapi setelah baca review-nya kita mundur padahal film ini yang menghabiskan layar di Ubertos 😌.

Aku sengaja nggak membaca atau menonton in depth review film Ngeri Ngeri Sedap karena nggak mau terpapar spoiler, kalau review selewat macem testimoni atau rentetan retweet-nya Futih aku juga lihat tapi nggak di-klik. Sebagai netizen BM aku juga ingin dikejutkan, aku ingin menikmati alur ceritanya tanpa mesti berimprovisasi dengan imajinasi yang tercipta karena spoile ✨👌🏻


Film Ngeri Ngeri Sedap ini bercerita tentang sebuah keluarga disfungsional (well… most of family were dysfunctional isn’t? 😉) yang terdiri dari Bapak Domu (Arswendy Beningswara), Mak Domu (Tika Panggabean), Domu (Boris Bokir), Sarma (Ghita Bhebita), Gabe (Lolox) dan Sahat (Indra Jegel). Disfungsional disini maksudnya adalah ketika anggota keluarga nggak berfungsi atau berperan sebagaimana mestinya.

Cerita dibuka dengan scene Pak Domu dan Mak Domu yang kangen dengan anak-anaknya yang merantau, entah apa pertimbangannya namun Pak Domu dan Mak Domu ini nggak pake smartphone, makanya suaranya di loudspeaker mulu. Dari scene tersebut kita jadi tahu bahwa 3 anak Pak Domu dan Mak Domu merantau ke Pulau Jawa yang bahkan sejak sebelum pandemi pun udah nggak pulang kampung lagi.

Kemudian cerita berpindah pada pertemuan keluarga Pak Domu, keluarganya berencana mengadakan pesta adat dan neneknya (ibunya) berharap cucu-cucunya bisa datang. Pak Domu dan Mak Domu bersepakat untuk berakting akan bercerai dengan harapan Sarma akan menyampaikan situesyen maha darurat ini kepada anak-anaknya yang lain, yha~ Pak Domu dan mak Domu hanya ingin anak-anaknya pulang 😂.

Orang tua mana yekan yang nggak kangen anaknya? Mak Domu jelas-jelas kangen, berkali-kali menyatakan namun berkali-kali dikecewakan. Scene yang lekat karena dalam keseharian kita bisa dengan mudahnya menemukan bapak yang mendikte ibu saat bertelponan. Pak Domu juga kangen, tapi yagitu… kepalang gengsi macem tipikalan bapack-bapack pada umumnya.


Yang kurasakan, sebagai orang Asia kita terbiasa dengan konsep keluarga dimana ayah adalah seorang bread winner sehingga hal-hal diluar hal tersebut adalah urusan ibu. Kupikir itulah mengapa kita selalu memiliki gap dengan ayah karena ayah hanya hadir pada saat-saat tertentu, nggak stand by mulu macem ibu. Ditambah lagi kita menganut budaya patriarki dimana lelaki berada setingkat diatas wanita.

Kedekatan orang tua dan anak memang nggak bisa diukur dari seberapa banyak interaksi atau seberapa lama bersama, namun entah bagaimana gap itu tercipta. Kebanyakan dari kita akan merasa lebih fleksibel ketika bersama ibu ketimbang bersama ayah? Yha~ karena ibulah yang mengisi gap yang nggak mampu diisi ayah, dengan kata lain ibu lebih banyak bersama anak-anaknya sehingga bonding-nya pun lebih luwes.

Nah, anak-anak Pak Domu dan Mak Domu ini enggan pulang karena Pak Domu kerap me-review pilihan hidup mereka yang dianggap melenceng dari pakem. Domu yang menjalin kasih dengan orang Sunda, Gabe yang menjadi entertainer dan Sahat yang mengabdikan diri di Jawa. Sebagai orang tua tentu Pak Domu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak dan keluarganya, sayangnya Pak Domu kurang luwes dalam mem-bridging cita-cita luhurnya, makanya yang ada pada nasteung duluan 😅.


Di paruh pertama kita akan melihat kekocakan Pak Domu dan Mak Domu saat meyakinkan Sarma bahwa mereka akan bercerai, yap, Sarma adalah perantara di keluarga mereka. Scene favorite-ku tentcu adalah scene Mak Domu berakting mau kabur sambil membawa tas, untungnya Sarma datang kalau nggak mati gaya nih ditanya Pak Pendeta 🤣. Di awal sampai pertengahan kita akan dibuat tertawa-tawa menyaksikan senyum simpul Tika Panggaben terkembang saat goals-nya tercapai 🤭.

Mengawali paruh kedua kita akan merasakan tensi ketegangan mulai naik, terutama saat Gabe diciutkan Pak Domu di pesta adat. Puncaknya… otentcu… long take-nya Sarma yang kewren itu 💯. Sejujurnya aku kurang sreg dengan rotasi lakon di long take ini karena menurutku too teatrikal: Pak Domu marah dibalas Domu – jeda – Pak Domu marah dibalas Sahat – jeda – Pak Domu marah dibalas Gabe. Mungkin tujuannya agar adil tapi untukku sih kurang natural, tapi balik lagi ya mungkin style-nya memang begitu 🤔.

Kemudian kurva melandai 😁 dan kita akan dibuat ikutan galau saat Mak Domu memilih pulang ke rumah orang tuanya, tapi disini Sahat berhasil menstabilkan suasana dengan berbicara kepada Pak Domu. Scene ketika Pak Domu tinggal sendirian di rumah mengingatkanku pada scene keluarga piramida di Sky Castle, hampir tiap hari makan mie, cucian menumpuk dan sepi yang mennghampiri.


Menurutku memorable scene di film Ngeri Ngeri Sedap bukanlah scene saat Pak Domu muncul dari balik tirai acaranya 🎪 Gabe melainkan saat Pak Domu datang ke rumah ibunya dan diberi makan. Mengingatkan bahwa kita akan selalu menjadi anak-anak di hadapan orang tua 🥺. A little gesture that matters. Seperti saat Mak Domu membelikan sandal dan kaos di pasar, dan keukeuh membagi satu porsi untuk semua. Waktu seakan terhenti di mana memori itu tinggal.

Menuju akhir aku merasa sedang fast forward video YouTube, saking cepetnya jadi bingung dan bertanya-tanya. Pak Domu tahu dari mana alamat calon istrinya Domu, tempat kerjanya Gabe dan tempat tinggalnya Sahat? Begitu pun dengan Sarma, aku penasaran banget apa yang dilakukan Sarma pasca udah nggak lagi jadi pi-en-eis? Sampai bisa menjawab “udah nggak lagi” saat Pak Domu menanyakan pekerjaannya.

Aku tahu tuak yang diminum gengannya Pak Domu hanyalah properti belaka, tapi why warnanya mirip dengan sari lemon yang kuminum hampir tiap hari, kan aku jadi tersugesti niya~ 😌 Meski ending-nya bisa ditebak, aku suka bagaimana film Ngeri Ngeri Sedap ini menjaga mood audience dengan damai, at least kita diberikan jeda pasca long take-nya Sarma 😊.

Kalau Opung Luhut menitikkan air mata, kita mah kebanjiran 🌊, air matanya menggenang karena masker-nya tearss resistant. Sialnya, aku hanya membawa tissue basah huhu ~ Bukannya kering yang ada wajahku jadi makin basah karena kuseka sekalian 🤣 Saking fokusnya nonton + berseka aku nggak ngeh Icunk membawa tissue kering 😅.

Aku nggak akan membahas tentang gimana Bataknya film Ngeri Ngeri Sedap ini karena yaudalaya… khatam. Namun aku mesti bilang bahwa film Ngeri Ngeri Sedap ini kualitas gambarnya okcey, saking jernihnya jadi berasa pake green screen. View Danau Toba bagus banget kek ads-nya Traveloka. Kontur alamnya keren dan bikinku ingin kesana 😊.

Anyway… film Ngeri Ngeri Sedap ini okcey ya, layak ditonton apalagi dengan keluarga, dan please jangan lupa bawa tissue *kering.

in Pecel Lele I trust 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello

Selamat weekend ya guise… semoga kalyan bisa rebahan dengan lantjar djaya dan dijauhkan dari tetangga yang potong keramik 😌.

Weekend-ku so far not so good karena tadi malam aku baru aja mematahkan kacamataku, ini bukan kali pertama kacamataku kena abuse 😅 Udah sering jatuh atau ketindihan, tapi kali ini aku tanpa sengaja menendangnya tepat di joint antara frame dan tangkainya. Langsung puyenglah daku… memikirkan gimana caranya survive tanpa kaca mata 🥲.

Well… permasalahannya, kacamataku yang sebelum ini udah kubuang dan aku sama sekali nggak punya cadangan frame kacamata yang bisa kuganti lensanya. Saat mencari-cari itulah aku menemukan nota pembayaran dari RS. Mata Cicendo tahun lalu dan catatan bahwa aku mesti kontrol 6-12 bulan kemudian. Yha~ memang udah waktunya aku kontrol lagi, siapa tahu yekan ada perubahan minus.

Layanan umum dan BPJS lurus terus, layanan VIP belok kiri

Karena udah malam aku gercep daftar online via website-nya siapa tahu masih bisa mendapatkan nomor antrian. Tahun lalu aku pun daftar online dan kaget sendiri saat melihat antriannya yang padat padahal masih jam 07.00 pagi. Biar cepat aku mendaftar di opsi non BPJS, nggak kuwat euy membayangkan antriannya dan yang paling penting aku nggak punya surat rujukan 😅.

Kebetulan RS. Mata Cicendo masuk rute TMP Bale Endah – BEC, nggak berhenti tepat di depannya sih melainkan di Halte Stasion Utara jadi mesti agak jalan. Kupikir berjalan kaki adalah pilihan yang tepat ya karena Bandung di Sabtu pagi sungguh enakeun, cuacanya cerah dan mataharinya masih pas untuk jemuran 😍. Aku juga melewati Gedung Pakuan yang karangan bunganya tumpah sampai ke trotoar, sad banget laini.




Wisma Teuku Umar, baru lihat kan? sama aku juga :) 

Saat aku sampai ke RS. Mata Cicendo, surprise... kosong dong 😁 hanya ada seorang buibu yang duduk di bangku tunggunya. Saat kutanyakan ke security yang berjaga katanya untuk weekend pemeriksaan mata hanya tersedia layanan VIP aja, untuk layanan umum dan BPJS hanya buka saat weekdays.

Kepalang tanggung akhirnya aku berpindah gedung dan mendaftar di layanan VIP, 300K aja guise… hahahahaha *tertawa dalam kubangan air mata 🥺😭💦 Seingatku, tahun lalu aku mendaftarkan mama di layanan VIP nggak segini 🤔 dan pemeriksaan mata untuk layanan umum kurang dari 30K. Tambahan kurang penting lainnya: operasi lasik untuk 1 bola mata 16000K , kebayang kan kalau sepasang 🤑.

Dibandingkan dengan tahun lalu aku mesti mengakui bahwa ruangan untuk layanan VIP-nya lebih nyaman, sofanya udah diganti, layout-nya lebih enak dan banyak tanda illuminati 👁️. Nggak deng… banyak artwork yang menjadikan mata sebagai objeknya, kubilang illuminati karena matanya hanya satu bukan sepasang dan artwork macem begini tersebar bahkan di belakang meja kasir.






Ternyata setelah dicek minus mataku nggak berubah dan kondisi lensaku masih bagus, hal yang melegakan karena memikirkan harga lensa udah bikin aku pening. Oleh Mas-nya aku disarankan untuk mengganti frame kacamatanya aja, untuk kodenya bisa dicek di tangkai frame-nya. Kalau nggak bisa mendapatkan yang sama persis pun nggak apa-apa asalkan bentuknya mirip jadi bisa minta disesuaikan ke optik.

Saat kucek di e-commerce frame kacamata yang kupake udah sold out, tapi Mas-nya optimis menyarankanku mengontak Optik Melawai dan mencari tahu cabang mana yang masih punya stok frame kacamata yang kupake. Di website ada tapi statusnya pre order saat kutanya via chat ke CSnya katanya butuh waktu 7 hari kerja untuk mempersiapkan order. Yha~ ini adalah opsi terbaik ketimbang cari frame baru + lensa yekan *puk *puk *puk pada diri sendiri 🥲.

before - after

Beruntungnya, meski kacamataku pincang tetap masih bisa dipake asalkan wajah nggak hinyai, karena kalau hinyai nanti kacamatanya melorot haha Alhamdulillah aku bisa survive melewati 7 hari pre order dan kembali pake kaca mata yang utuh. Hari-hari yang nggak mengenakkan itu akhirnya berakhir ya guise… happy to see “normally”.

Wish you all have a good weekend, biar hari Senin bisa update story dengan caption: weekend well spent 😉.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello

Mengisi libur hari kejepit (sekaligus hari libur weekday terakhir di tahun ini) aku dan Icunk memutuskan untuk jalan jajan ke Bandung Barat, sebagai upaya penyeimbangan antara blok Barat dan blok Timur *halah 😁.

Oh ya karena belakangan ini aku sering naik bis TMP, maka tujuannya pun disesuaikan dengan rute yang ada di TMP, kemana lagi kalau bukan ke IKEA. Kita sengaja meluangkan waktu seharian karena sadar IKEA teh jauh 😌, meski secara geografis masih berada di area Bandung *tapi Baratt 😅 Deya nggak ikut karena mesti beberes sisa wisudaan, inysa allah calon rektor 🤲🏻✨.

HOW TO GET IN THERE?

Selain menggunakan kendaraan pribadi macem mobil atau motor, opsi lain yang bisa dipertimbangkan kalau kita ingin ke IKEA Kota Baru Parahyangan dari Alun-Alun Bandung adalah bis. Angkot ada, tapi hanya sampai depan Kota Baru Parahyangan, ke dalamnya tetap mesti pake bis. Nggak menyarankan jalan kaki ya karena jauh, tapi gpp sih kalau mau uji nyali mah 😅.


Ada 2 opsi bis yang bisa dipilih: 

1. DAMRI rute Halte Alun-Alun Bandung – Halte Kota Baru Parahyangan
- 3-4 tahun yang lalu 10K *belum update 😅
- cash only
- kursinya menghadap ke depan
- bis DAMRI ini melewati IKEA tapi nggak berhenti di haltenya, jadi kalau kita pake bis ini mesti jalan dulu sebentar dari samping Yomart di sebrang IKEA. Meski agak PR jalan ke haltenya tapi sangat kurekomendasikan bagi kalyan yang nggak ingin menunggu lama di halte IKEA atau ingin jajan dulu di ruko-rukonya.
Note: view dari halte-nya juga bagus 😍.

2. TMP rute Halte Alun-Alun Bandung – Halte Kota Baru Parahyangan (IKEA)
- masih gratis *tapi belum tahu sampai kapan
- E-Money / Brizzi / Flazz / scan barcode dari aplikasi TMP *brightness smartphone-nya mesti maksimal biar langsung ke-detect.
- kursinya saling berhadapan, kalau nggak kebagian bisa ngemper di di belakang.
- bisnya berhenti di Halte IKEA, setelah kita turun bisnya nggak langsung cabs lagi bawa penumpang melainkan stay dulu selama ± 30-40 menit. Waktu tersebut dipergunakan driver untuk beristirahat, bisa dibilang Halte IKEA ini adalah pool-nya TMP di Bandung Barat.
Kalau ingin duduk nyaman kita bisa menunggu di dalam bis, tapi kalau nggak keberatan mesti berdiri mending naik bisnya saat udah mau jalan. Asli lama banget 🥲 Tadi kita sempat heran kok bisnya udah penuh tapi nggak pergi-pergi. Ternyata pada nge-tag kursi hehe Yasama kita juga *eh 😆.

Pada dasarnya kita bisa naik kedua bis ini di sepanjang rute / halte yang dilaluinya, jadi ya nggak mesti plek starting point-nya di Halte Alun-Alun Bandung.

WHAT IS INTERESTING?

Untuk pertanyaan ini aku nggak punya jawaban lain user experience, favorite-ku tentcu adalah show room-nya yang dibuat sesuai brief kebutuhan user. Kalau byasanya toko furniture hanya mengelompokkan barang sesuai jenis dan fungsinya, IKEA memberikan kita gambaran bagaimana seharusnya suatu ruangan tercipta. Ditambah lagi range produknya yang luas menjadikannya lebih mudah dikombinasikan.

Saat kuliah aku sering mampir ke Ace Hardware, awalnya disuruh dosen lama-lama mah hideng sendiri. Tujuanku ke Ace Hardware adalah untuk merasakan feel dari suatu produk, yha~ gimana mau mendesain kalau produknya aja nggak tahu yekan. Kupikir user experience ini penting ya karena kita bisa lebih menimbang-nimbang sebelum memutuskan untuk membeli suatu barang.

Eh iya, pulang dari Ace Hardware aku byasanya bawa sample catnya, mayan untuk bikin palette. Mungkin gegara banyak dibawa mahasiswa sekarang sample catnya berbayar 😉.



Meski belum ada rencana mengisi rumah dalam waktu dekat, aku udah punya list barang-barang yang dipertimbangkan untuk dibeli, jadi ya sekalian aja ngecek 😁. Barangnya beneran OK apa mending nanti cari di e-commerce? Kubilang begini karena ada beberapa barang yang menurutku kurang worth to buy, sayang aja gitu kalau beli disini… 

Byasanya aku belanja di IKEA via jastip atau website-nya, menurutku lebih nyaman pake jastip ya selain bisa memberdayakan usaha seller, ongkir via website lebih mahal dan nggak ada free ongkir *penting *hello sobat budget ✋🏻.

mandatory picture ceunah

Begitu sampai ke IKEA, yang pertama kita lakukan adalah… makan, khawatir nanti nggak bisa fokus ☺️ Tadinya kita udah mengambil menu pilihan sendiri (udah ambil dessert malah), tapi kemudian Mas-nya menawarkan menu Family Combo, yagimana ya… ini opsi yang sulit ditolak sih 🤔 Sayangnya kita lupa bahwa menu Family Combo diperuntukkan bagi keluarga muda.

Untukku Swedish Meatball-nya terlalu gurih dan kurang cucok aja dilidah, aku malah lebih suka saus strawberry-nya. Sedang untuk mashed potato-nya aku lebih suka mashed potato di menu Fish and Chips, rasanya lebih nikmeh karena pake jeruk. Gegara udah kenyang dessert-nya jadi terasa B aja, mungkin akan lebih nikmeh kalau didinginkan terlebih dulu ✨👌🏻.




IKEA date yang bukan dengan pacar~

Sambil makan kita mempertimbangkan opsi membeli food container untuk dessert-nya, slow but sure… kita habisin kok cuma lama aja makannya 😁 Yagimana, kita udah punya banyak food container, kalau sekarang beli jadinya nimbun. Tadinya aku mau bawa food container untuk roti biar nggak kegencet di perjalanan, tapi kelupaan…

Kali ini kita nggak belanja macem-macem ya, hanya printilan yang nantinya bisa dibagi 2 macem lilin aromatherapy yang wanginya menguar saat didiamkan tapi nggak ada wanginya saat dinyalakan 🥺, plastic ziplock dan container kecil. Eh, aku beli sendok deng karena di kosan udah krisis, yha~ kalau abis makan makanan yang berbungkus kadang suka lupa “menyelamatkan” sendoknya.




Sebelum kembali ke Bandung hahaha kita sempat berjalan-jalan dulu ke belakang IKEA, beli minum dan duduk ngobrol di haltenya. Perjalanan pulang memang lebih cepat namun melelahkan, ingin ber-apparate langsung ke kosan rebahan meng-edit foto 😂 Untuk menutup Jalan Jajan ke Bandung Barat ini kita merayakannya dengan... Ayam SPG maylop 😍.

Sampai ketemu di post jalan jajan selanjutnya yaw...

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates