How I Spent Weekend: Jalan Nyasar Sampai Fanatisme Buta

by - November 16, 2020


Hay... apa kabar?

Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin ya... 😊

Selama bulan Agustus-September-Oktober akun Instagramku berkali-kali mengingatkan momen on this day di tahun-tahun lalu. Yang mana menyadarkan kita bahwa tahun ini liburan mesti di-cancel gegara pandemi, di satu sisi aku merasa kecewa namun di sisi lain aku merasa lega, sadar diri aja belum siap lahir batin haha 😂

Yha~ seperti yang kita tahu, liburan Napak Tilas AADC di tahun menyisakan kejompoan yang HQQ. Bisa dibayangkan ya H+7 (bahkan H+10) kita masih lungse, capek pisan guise... Lebih dari seminggu kerja udah macem zombie. Boro-boro update insto atau upload foto, yang ada kita bolak balik ngebalurin kaki pake Hot Cream sambil sesekali minumin Tolak Angin.

Teu kiat eteh mah... 😌.


Tahun ini kita berencana untuk berlibur ke Ijen dan Baluran, tahun lalu nggak jadi karena Baluran sedang direnovasi. Semoga tahun depan kita bisa (benar-benar) berlibur ke Ijen dan Baluran, bukan berlibur virtual lagi via Zoom 🙇🏻‍♀️. Sebagai netyzen +62 aku khawatir (Ijen dan Baluran) keburu dikomersilin macem Komodo, merasa siya-siya aja dulu ikut vote Komodo jadi seven wonder eh sekarang malah diawur-awur 😅.

Nah, berhubung track menuju Ijen sangat menantang bagi rebahaners, apalagi kita yang magernya nggak tanggung-tanggung haha 😁 Kita pikir nggak ada salahnya untuk mulai bangun dan bergerak sejak dini, maksudnya biar badannya nggak terlalu kaget macem sebelumnya. Berbulan-bulan jadi wacana, akhirnya Deya nyuri start 😝.


Sebagai bakal calon teman seperjalanan, tentcunya aku dan Icunk langsung terbangun dari mimpi dan memutuskan untuk mulai bergerak. Alhamdulillah... kali ini kita nggak omdo 😝. Aku dan Icunk berencana untuk jalan shantay + lari (ini Icunk ya bukan aku 😌) di suatu tempat di Uber (Ujung Berung) yang katanya sepi dan cocok untuk bagi yang ingin berolahraga tanpa mesti terdistraksi ini itu.

Begitu sampai di tempat yang dimaksud, kita spechless karena ternyata udah banyak orang yang berkumpul bahkan menciptakan pasar dadakan. Termasuk di dalamnya ibuk-ibuk senam dresscode warna kuning, remaja tanggung yang lari-larian dan selfie-selfie-an, stand Bobba (demi apa padahal masih pagi 😒), stand sosis Bratwurst tapinya no-brand, Mang Cupang, burung Elang Indosiar dan kawan seper-circle-annya.


Karena masih parno berada di kerumunan kita hanya sempat mengitari track sebanyak 2 putaran, itu pun mesti berhati-hati karena banyak yang nggak menggunakan masker. Belum lengkap rasanya hari minggu pagi berjalan-jalan di keramaian tanpa membawa tentengan 😁 jadilah kita membeli kerupuk bantat bertabur daun bawang 😋.

Setelah itu kita caw melalui jalan Soekarno-Hatta, rencananya kita akan berbelok ke jalan yang akhirnya tembus ke Borma Ujung Berung. Well... Karena cuacanya yang nyaman untuk berjalan-jalan sambil berjemur, kita lupa mau berbelok di jalan yang mana alih-alih memutuskan untuk berbelok di jalanan yang memiliki pepohonan yang rimbun.


Bermodalkan insting kita menyusuri jalanan tersebut, awalnya mah enak ya adem, lama-lama jadi pesimis; ini kita lagi dimana sih? Haha Bukannya berhenti dan berbaik arah yang ada kita terus berjalan karena yakin banget bisa keluar di jalan kecil sebelah Borma Ujung Berung.

Untungnya, karena sedari awal niatnya adalah jalan shantay maka kita nggak merasa terbebani dan menikmati meski agak khawatir memilih jalan yang salah. Tapi memang salah beneran sih haha Akhirnya aku menyerah dan membuka GPS, memastikan kita berada di jalur yang benar menuju tujuan kita.


Ada banyak hal menarik yang kita temukan saat jalan-jalan nyasar ini, salah satunya kita baru tahu bahwa ada kawasan industri yang tersembunyi di balik jalan Soekarno-Hatta. Sebelumnya kita hanya tahu pabrik-pabrik yang terlihat aja, nggak berusaha mencari tahu karena memang nggak ada momen yang mengharuskan kita mencari tahu.

Disini aku baru faham bahwa inilah pabrik-pabrik yang dimaksud oleh berita-berita demo Omnibus Law (yang kacawnya nggak banget 😌) hehe Makanya suka heran dengan berita yang menyatakan bahwa salah satu kantung buruh berasal dari daerah Ujung Berung, lha... Ujung Berung darimana, Cileunyi meureun... Tahunya memang ada, hanya letaknya tersembunyi 😅.


Kupikir selama ada motor (apalagi ojol) yang lewat kita berada di jalur yang benar, tahu sendiri kan ya ojol senengnya pake jalan pintas 😅. Tapi beneran sih ini jalanannya sepi banget, mungkin pengaruh hari minggu juga kali ya, dan pandemi. Nggak kebayang gimana ramenya jam bubaran pabrik secara jalannya nggak begitu luas.

Ohya, akhirnya kita berhasil keluar dari kawasan industri ini menemukan jalan besar yang dilalui banyak orang, sumpah lega banget rasanya lihat mobil haha 😁 Karena udah terlanjur lapar maka kita memutuskan untuk makan Gado-Gado (karena Tahu Tek-nya nggak ada) di sebuah ruko di daerah Panghegar.


Saat kita sedang makan, mas-mas dan mb-mb yang sedang bertugas mengobrol dengan cukup keras, kalau udah begini mau nggak mau kita pasti mendengarkan. Jadi saat itu masnya sedang merasa bad mood berjualan gegara ada sedikit cekcok dengan tetangga jualannya perihal kepulangan salah satu tokoh agama beberapa hari yang lalu.

Tetangga jualannya itu mengemukakan pendapatnya (yang kemungkinan besar) berasas dari WAG, nah, masnya ini menuntutnya untuk memberikan video yang membuktikan pendapatnya. Karena nggak mampu memberikan videonya, masnya ini marah-marah, apalagi saat tahu bahwa tetangga jualannya itu pendukung salah satu tokoh politik yang masnya nggak suka. Gils...


Yang membuat kita amaze dengan masnya adalah pernyataannya bahwa ia sedang meminta nomor kantor pusat ormas yang bersangkutan guna mengklarifikasi pernyataan tetangga jualannya itu. Seriously? Mesti banget menelepon kantor pusat untuk hal gini? Nggak habis thinking dengan kelakuan masnya... 🤯.

Sejujurnya kita merasa nggak nyaman dengan apa yang kita dengarkan, merasa nano-nano aja gitu (haha yang seumuran pasti tahu niya 😁) antara heran, malay, terenyuh dan mencelos. Kok bisa ya ada orang macem gini? Kupikir bolehlah kita menyukai sesuatu, tapi nggak usahlah terlalu berlebihan apalagi fanatisme buta, hadehhh...


Saat membayar aku was-was banget ditanyain; waktu pemilu kemarin milih cebong apa kampret?!

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~