Ngeri Ngeri Sedap

by - July 03, 2022


Hello…

Ada info penting niya bagi kalyan yang sering membaca post review film ala kadarnya di blog ini, akhirnya… setelah sempat ke-pause selama 2 tahun gegara pandemi, aku kembali nonton di Ubertos haha 😆 Yha~ that’s it. Itulah kabar penting yang ingin kusampaikan kepada kalyan. Dan teruntuk sobi nonton Ubertos yang udah pecah kongsi, yuk nonton di bioskop lagi, nonton via smartphone mah kurang puas 🥲.

Tadinya aku dan Icunk ingin nonton Top Gun: Maverick karena review-nya menjanjikan, tapi mon maap nggak jadi karena setelah kucek di via M-Tix di Ubertos Top Gun: Maverick udah nggak ada. Karena kita mager ke MIM (Metro Indah Mall) jadilah Top Gun: Maverick diganti menjadi Ngeri-Ngeri Sedap karena Opung Luhut menitikkan air mata saat menontonnya 😁. Juwara benget laini reviewer-nya.

Keyword: Opung Luhut - air mata

KKN di Desa Penari nggak masuk list ya karena Icunk udah nonton duluan dan review-nya: nggak rame! Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama 50:50 karena nggak yakin akan suka meski dulu aku suka nonton di TV. Jurassic Worlds: Dominion okcey tapi setelah baca review-nya kita mundur padahal film ini yang menghabiskan layar di Ubertos 😌.

Aku sengaja nggak membaca atau menonton in depth review film Ngeri Ngeri Sedap karena nggak mau terpapar spoiler, kalau review selewat macem testimoni atau rentetan retweet-nya Futih aku juga lihat tapi nggak di-klik. Sebagai netizen BM aku juga ingin dikejutkan, aku ingin menikmati alur ceritanya tanpa mesti berimprovisasi dengan imajinasi yang tercipta karena spoile ✨👌🏻


Film Ngeri Ngeri Sedap ini bercerita tentang sebuah keluarga disfungsional (well… most of family were dysfunctional isn’t? 😉) yang terdiri dari Bapak Domu (Arswendy Beningswara), Mak Domu (Tika Panggabean), Domu (Boris Bokir), Sarma (Ghita Bhebita), Gabe (Lolox) dan Sahat (Indra Jegel). Disfungsional disini maksudnya adalah ketika anggota keluarga nggak berfungsi atau berperan sebagaimana mestinya.

Cerita dibuka dengan scene Pak Domu dan Mak Domu yang kangen dengan anak-anaknya yang merantau, entah apa pertimbangannya namun Pak Domu dan Mak Domu ini nggak pake smartphone, makanya suaranya di loudspeaker mulu. Dari scene tersebut kita jadi tahu bahwa 3 anak Pak Domu dan Mak Domu merantau ke Pulau Jawa yang bahkan sejak sebelum pandemi pun udah nggak pulang kampung lagi.

Kemudian cerita berpindah pada pertemuan keluarga Pak Domu, keluarganya berencana mengadakan pesta adat dan neneknya (ibunya) berharap cucu-cucunya bisa datang. Pak Domu dan Mak Domu bersepakat untuk berakting akan bercerai dengan harapan Sarma akan menyampaikan situesyen maha darurat ini kepada anak-anaknya yang lain, yha~ Pak Domu dan mak Domu hanya ingin anak-anaknya pulang 😂.

Orang tua mana yekan yang nggak kangen anaknya? Mak Domu jelas-jelas kangen, berkali-kali menyatakan namun berkali-kali dikecewakan. Scene yang lekat karena dalam keseharian kita bisa dengan mudahnya menemukan bapak yang mendikte ibu saat bertelponan. Pak Domu juga kangen, tapi yagitu… kepalang gengsi macem tipikalan bapack-bapack pada umumnya.


Yang kurasakan, sebagai orang Asia kita terbiasa dengan konsep keluarga dimana ayah adalah seorang bread winner sehingga hal-hal diluar hal tersebut adalah urusan ibu. Kupikir itulah mengapa kita selalu memiliki gap dengan ayah karena ayah hanya hadir pada saat-saat tertentu, nggak stand by mulu macem ibu. Ditambah lagi kita menganut budaya patriarki dimana lelaki berada setingkat diatas wanita.

Kedekatan orang tua dan anak memang nggak bisa diukur dari seberapa banyak interaksi atau seberapa lama bersama, namun entah bagaimana gap itu tercipta. Kebanyakan dari kita akan merasa lebih fleksibel ketika bersama ibu ketimbang bersama ayah? Yha~ karena ibulah yang mengisi gap yang nggak mampu diisi ayah, dengan kata lain ibu lebih banyak bersama anak-anaknya sehingga bonding-nya pun lebih luwes.

Nah, anak-anak Pak Domu dan Mak Domu ini enggan pulang karena Pak Domu kerap me-review pilihan hidup mereka yang dianggap melenceng dari pakem. Domu yang menjalin kasih dengan orang Sunda, Gabe yang menjadi entertainer dan Sahat yang mengabdikan diri di Jawa. Sebagai orang tua tentu Pak Domu menginginkan yang terbaik untuk anak-anak dan keluarganya, sayangnya Pak Domu kurang luwes dalam mem-bridging cita-cita luhurnya, makanya yang ada pada nasteung duluan 😅.


Di paruh pertama kita akan melihat kekocakan Pak Domu dan Mak Domu saat meyakinkan Sarma bahwa mereka akan bercerai, yap, Sarma adalah perantara di keluarga mereka. Scene favorite-ku tentcu adalah scene Mak Domu berakting mau kabur sambil membawa tas, untungnya Sarma datang kalau nggak mati gaya nih ditanya Pak Pendeta 🤣. Di awal sampai pertengahan kita akan dibuat tertawa-tawa menyaksikan senyum simpul Tika Panggaben terkembang saat goals-nya tercapai 🤭.

Mengawali paruh kedua kita akan merasakan tensi ketegangan mulai naik, terutama saat Gabe diciutkan Pak Domu di pesta adat. Puncaknya… otentcu… long take-nya Sarma yang kewren itu 💯. Sejujurnya aku kurang sreg dengan rotasi lakon di long take ini karena menurutku too teatrikal: Pak Domu marah dibalas Domu – jeda – Pak Domu marah dibalas Sahat – jeda – Pak Domu marah dibalas Gabe. Mungkin tujuannya agar adil tapi untukku sih kurang natural, tapi balik lagi ya mungkin style-nya memang begitu 🤔.

Kemudian kurva melandai 😁 dan kita akan dibuat ikutan galau saat Mak Domu memilih pulang ke rumah orang tuanya, tapi disini Sahat berhasil menstabilkan suasana dengan berbicara kepada Pak Domu. Scene ketika Pak Domu tinggal sendirian di rumah mengingatkanku pada scene keluarga piramida di Sky Castle, hampir tiap hari makan mie, cucian menumpuk dan sepi yang mennghampiri.


Menurutku memorable scene di film Ngeri Ngeri Sedap bukanlah scene saat Pak Domu muncul dari balik tirai acaranya 🎪 Gabe melainkan saat Pak Domu datang ke rumah ibunya dan diberi makan. Mengingatkan bahwa kita akan selalu menjadi anak-anak di hadapan orang tua 🥺. A little gesture that matters. Seperti saat Mak Domu membelikan sandal dan kaos di pasar, dan keukeuh membagi satu porsi untuk semua. Waktu seakan terhenti di mana memori itu tinggal.

Menuju akhir aku merasa sedang fast forward video YouTube, saking cepetnya jadi bingung dan bertanya-tanya. Pak Domu tahu dari mana alamat calon istrinya Domu, tempat kerjanya Gabe dan tempat tinggalnya Sahat? Begitu pun dengan Sarma, aku penasaran banget apa yang dilakukan Sarma pasca udah nggak lagi jadi pi-en-eis? Sampai bisa menjawab “udah nggak lagi” saat Pak Domu menanyakan pekerjaannya.

Aku tahu tuak yang diminum gengannya Pak Domu hanyalah properti belaka, tapi why warnanya mirip dengan sari lemon yang kuminum hampir tiap hari, kan aku jadi tersugesti niya~ 😌 Meski ending-nya bisa ditebak, aku suka bagaimana film Ngeri Ngeri Sedap ini menjaga mood audience dengan damai, at least kita diberikan jeda pasca long take-nya Sarma 😊.

Kalau Opung Luhut menitikkan air mata, kita mah kebanjiran 🌊, air matanya menggenang karena masker-nya tearss resistant. Sialnya, aku hanya membawa tissue basah huhu ~ Bukannya kering yang ada wajahku jadi makin basah karena kuseka sekalian 🤣 Saking fokusnya nonton + berseka aku nggak ngeh Icunk membawa tissue kering 😅.

Aku nggak akan membahas tentang gimana Bataknya film Ngeri Ngeri Sedap ini karena yaudalaya… khatam. Namun aku mesti bilang bahwa film Ngeri Ngeri Sedap ini kualitas gambarnya okcey, saking jernihnya jadi berasa pake green screen. View Danau Toba bagus banget kek ads-nya Traveloka. Kontur alamnya keren dan bikinku ingin kesana 😊.

Anyway… film Ngeri Ngeri Sedap ini okcey ya, layak ditonton apalagi dengan keluarga, dan please jangan lupa bawa tissue *kering.

in Pecel Lele I trust 

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~