Hello…
Gimana cicilan PPKMnya? Masih lancar apa udah bablas aja? 😂 Belakangan ini perhatian kita lebih tertuju pada KPI yang tenyata nggak capable dalam menangani berbagai masalah, terutama internal-nya. Tapi yasuda laya aku juga nggak ingin membahas tentang KPI di post-ku ini karena terlanjur il-feel dan malay.
Minggu lalu aku sempat menonton video pantry organizing dan food refill dari salah satu YouTuber, kalau biasanya setelah menonton video semacam itu aku merasa happy dan terinspirasi, kali ini yang ada aku malah merasa hampa. Speechless aja gitu, kaya; jirrr… ngontennya niat banget ya 🥲🥲🥲.
Sejak adanya Tiktok kita jadi memiliki kosakata baru yakni; aesthetic, yha~ aesthetic kini resmi menjadi kata padanan hampir di setiap judul ber-genre life style. Apa-apa ada embel-embel aesthetic-nya, dekor aesthetic ✨, dapur aesthetic✨, kamar aesthetic✨, foto aesthetic✨, video aesthetic✨ sampai makanan minuman pun aesthetic ✨. Isn’t this too much? 🥺.
Well… apa itu aesthetic?
Aesthetic dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai estetis yang erat kaitannya dengan seni dan keindahan, yakni sebuah penilaian personal yang dirasakan saat melihat sebuah objek. Karena setiap orang memiliki taste yang berbeda maka definisi aesthetic setiap orang pun dipastikan akan berbeda. Aesthetic yang digunakan oleh warga +62 adalah penafsiran (estetis) secara luas makanya bisa dipadu padankan dengan segala hal.
Untukku sendiri aesthetic adalah menempatkan segala sesuatu ‘sesuai’ dengan ‘tempatnya’, nggak masalah kalau objeknya sendiri nggak memiliki dimensi yang sama, toh perpect is imperfection ✨. Kalau pernah tinggal denganku pasti faham ya kalau barang-barangku banyak dan random, makanya aku berusaha menatanya sebaik mungkin agar mudah ditemukan bahkan oleh orang lain.
Nah, kembali ke aesthetic.
Ada banyak mazhab dari konten aesthetic, namun yang belakangan ini sering muncul di timeline-ku adalah pantry organizing dan food refill. Rasanya menyenangkan melihat toples berwarna senada berjejer rapi dan isinya yang bermacam-macam. Apalagi kalau dapurnya masih minimalis (belum banyak barang) khas rumah baru 🏡.
Selama menonton kadang aku berpikir agak liar, kalau misalnya kebetulan rumahnya rumah lama toples-toples sebelumnya dikemanakan? Apakah disimpan di gudang? Apakah di-hibah-kan ke sanak saudara? Apakah dibuang begitu aja? Apakah digunakan untuk hal lain? Who knows yekan apa yang terjadi di belakang konten 😶.
Ke-aesthetic-an ini membutuhkan banyak effort ya… Mau itu mazhab minimalis, less waste menuju zero waste, Korea-Korea-an atau artsy tumblr, selama membutuhkan printilan sekunder untuk mendukung konsepnya berarti perlu disiapkan juga budget-nya 💸. Bagi mazhab less waste menuju zero waste tentcu ini sangat bertentangan, karena sebaik-baiknya zero waste adalah yang zero cost ✨.
Di luar fungsi utamanya sebagai wadah penyimpanan, penggunaan container yang seragam memanglah memberikan aesthetic pleasure. Aku pun mengakuinya. Karena sering menonton konten kitchen organizing mulai timbul keinginan untuk meng-organize mengadaptasi konten yang kutonton. Yha~ ujung-ujungnya jadi scroll printilan nggak-penting-tapi-ingin-punya di e-commerce 😅.
Gegara keseringan nonton konten aesthetic akhirnya aku malah eneg sendiri 🤣🤣🤣. Kurasa makin kesini makin ngadi-ngadi dan nggak realistis, too good to be true.
Ini post lama ya… yang kutulis gegara jengah dengan konten kitchen organizing dan food refill. Sekarang udah B aja kok 😅.
Credits: Pinterest