Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello…

Apa kabar jamaah flash sale? Udah pada checkout apa udah di-unistall aplikasinya? Heuheu Sebagai netizen yang gabutnya scroll e-commerce kali ini aku cukup bimbang ya guise gegara coaster 😅.

Setelah kuperhatikan, salah satu alasan mengapa belakangan ini credenza-ku bocel-bocel adalah karena aku sering menyimpan gelas berisi air hangat di atasnya. Panas dari gelas dan tetesan airnya lambat laun membuat lapisan vinyl-nya lapuk sehingga particle board-nya berhamburan, secara visual hal ini menggangguku 🥲.

Untuk menyelamatkan visualku aku menutupi bagian atas credenza menggunakan taplak ala-ala, tapi tetep siya aku butuh coaster untuk menyekat panas dari gelas. Karena nggak mungkin aku terus-terusan menyimpan gelas di atas netbook dan mengalasinya pake kitchen towel, yang ada malah netbook-ku yang jadi tumbal 😂.

Maka dimulailah wisata screen shopping-ku mencari coaster di e-commerce kesayangan jamaah…

As we all know, e-commerce menawarkan banyak opsi menarik yang malah mengelabui fungsi dari barang itu sendiri. Jangakan kalyan, aku pun sering tersepona oleh visual barang yang nggak-penting-tapi-ingin-punya atas nama inner satisfaction 🥺. Untuk mempermudah screen shopping, kali ini aku membuat kriteria screening-ku yakni:

- Function
- Safety
- Aesthetic
- Value

Pada dasarnya coaster adalah alas yang menyekat sekaligus melepaskan temperatur (panas atau dingin) biasanya dibuat menggunakan mass production material macem plastik dan stainless. Karena opsi material kini udah semakin beragam, maka berkembang pula material dan bentuknya, bahkan nggak jarang materialnya di-mix.

Inilah list coaster beserta pertimbangannya yang kutemukan saat screen shopping, yang kususun berdasarkan abjad materialnya, semoga kalyan bisa merasakan kebimbanganku 😁 Perlu diingat, list ini disusun berdasarkan preferensiku jadi mungkin akan berbeda dengan preferensi kalyan 😉.

ACRYLIC COASTER
Sorry to say… Menurutku acrylic coaster adalah project ngadi-ngadi berbasis estetika 😌. Secara visual acrylic coaster memang kiyut dan keren tapi agak kurang memenuhi fungsinya sebagai coaster. Menurutku yaini… 

Function ⭐⭐
Safety ⭐
Aesthetic ⭐⭐⭐
Value ⭐⭐⭐


CONCRETE COASTER (link beli)
Secara visual concrete coaster ini cantik ya ☺️, simple dan compact, pokoknya cocoklah untuk rumah masa kini yang pada punya IG sendiri. Aku suka pattern-nya, apalagi yang terrazzo… wuihhh mantips. Tapi karena kusadar sering banget menjatuhkan barang concrete coaster mesti tersisih, maap maap aja ya bund… itu concrete artinya semen, kalau nggak sengaja jatuh kena kaki tahu sendirilah sakitnya kek gimana 😅.

Function ⭐⭐⭐
Safety ⭐
Aesthetic ⭐⭐⭐
Value ⭐⭐⭐


CORK COASTER (link beli)
Mungkin mainku kurang jauh, tapi sejauh yang kuingat belum pernah rasanya menemukan cork coaster saat mampir di café, lebih banyak digunakan di rumah siya. Ohya, cork adalah gabus jadi bisa dipastikan coaster-nya ringan dan sangat form follow function alias nggak neko-neko. Aku sih yes!!! ✨👌🏻.

Function ⭐⭐⭐
Safety ⭐⭐⭐
Aesthetic ⭐⭐⭐
Value ⭐⭐⭐


CROCHET COASTER
Meski kadang suka naksir dengan rajutan, I’m not a fan on it. Gimana ya… terkesan tua dan kurang flexible aja, okaylah, kesan vintage-nya dapet tapi mungkin fungsinya agak kurang. Sejauh yang kutemukan, benang rajutan yang biasa digunakan adalah benang kasur dan polyester yang karena dirajut agak sulit untuk dicuci.

Function ⭐⭐
Safety ⭐⭐
Aesthetic ⭐⭐
Value ⭐⭐


FABRIC COASTER (link beli)
Saat ini fabric coaster adalah salah satu printilan dapur yang paling diincar oleh jamaah flash sale sekalyan, apalagi kalau bukan gegara konten homebody-nya eonni-eonni Korea. Secara visual, fabric coaster ini motifnya manits ya dan cocok digunakan di meja kayu solid, credenza particle board macem punyaku mah lewat yhahaha 😂😂😂 Ohya, kekurangan fabric coaster adalah terlalu tipis.

Function ⭐⭐
Safety ⭐⭐
Aesthetic ⭐⭐⭐
Value ⭐⭐⭐


MARBLE COASTER (link beli)
Sejujurnya aku nggak tahu dan masih belum mengecek apakah marble coaster yang ada di e-commerce adalah sebenar-benarnya marble ataukah hanya substitusi. Karena yang kutahu marble agak pricey dan yang pasti sih berat, jelas nggak masuk kriteriaku ya meski menarik secara visual.

Function ⭐⭐
Safety ⭐
Aesthetic ⭐⭐⭐
Value ⭐⭐


PLASTIC COASTER
Meski impact-nya (menyekat dan menyerap panas) minim, plastic coaster adalah coaster yang paling lazim ditemukan ya, apalagi kalau bukan gegara materialnya murce. Aku juga nggak merekomendasikan plastic coaster untuk digunakan dalam keseharian karena (lagi-lagi) kalau nyucinya nggak bersih sisa sabunnya bakal nempel dan mempengaruhi aroma minuman.

Function ⭐⭐
Safety ⭐
Aesthetic ⭐
Value ⭐⭐


RESIN COASTER (link beli)
Diantara semua coaster yang kutemukan, resin coaster ini sungguh sangat menggoda iman, gimana nggak ya… bentuk dan teksturnya aesthetic banget. Saat melihat gambar coaster-nya seketika jiwa studio-ku terpanggil, apakah kuharus turun tangan? Maunya sih gitu, tapi nggak dulu ya 😁. Menurutku resin coaster ini adalah printilan yang gorjes terutama untuk jewelry photoshoot. Grab it fast dear… 😉✨.

Function ⭐⭐
Safety ⭐
Aesthetic ⭐⭐⭐
Value ⭐⭐


SILICON COASTER
Aku nggak ngerti, apakah semua hal mesti ada versi silicon-nya? 🤔 Kubilang begini karena sejauh yang kutahu silicon terbuat dari rubber yang akan memuai ketika terkena panas. Kelebihan silicon memang mudah dibentuk makanya bisa dibuat menjadi berbagai karakter yang kiyut. Sayangnya, silicon lembaran macem coaster ini cenderung melenting sendiri.

Function ⭐⭐
Safety ⭐⭐
Aesthetic ⭐⭐⭐
Value ⭐⭐⭐


STAINLESS COASTER

Tipikal coaster yang akan selalu bisa ditemukan di kantor-kantor instansi pemerintah, sungguh terlalu kalau sampai nggak tahu 😂 Kupikir coaster macem ini agak kurang berguna ya, karena biasanya tipis dan menghantarkan panas cengan cepat selain itu kalau nyucinya nggak bersih noda teh bakalan sulit hilang.

Function ⭐⭐
Safety ⭐⭐
Aesthetic ⭐
Value ⭐⭐⭐


WOODEN COASTER (link beli)
Sejauh ini wooden coaster masihlah menjadi favorite, kesan natural-nya dapet, aesthetic-nya dapet dan harganya terjangkau. Kalau sering nonton konten homebody, wooden coaster udah pasti sepaket dengan printilan dapur. Tapi… (lagi-lagi) karena aku sering menjatuhkan barang, wooden coaster mesti tersisih, mungkin nanti kalau aku udah punya rumah sendiri ☺️.

Function ⭐⭐⭐
Safety ⭐⭐
Aesthetic ⭐⭐⭐
Value ⭐⭐⭐


Meski sebenarnya ingin banget memilih resin coaster atas dasar visual pleasure, kupikir ini adalah saat yang tepat untuk menyadari bahwa nggak semua yang kusukai mesti kumiliki hahaha 😂 Tapi serius deh ini, resin coaster cantik banget, yakin banget sebentar lagi akan wara wiri jadi properti foto.

Eh iya, berdasarkan list di atas udah bisa ditebak ya aku akan memilih coaster yang mana 😁.

Credits: Pinterest & Shopee
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Hellooo…

Beberapa hari ini aku agak uring-uringan ya gegara Money Manager (aplikasi pencatatan pengeluaran / keuangan) yang nggak sengaja ke re-install 😭. Aku juga nggak faham mengapa developer Money Manager melakukan perubahan besar-besaran pada aplikasinya, kemungkinan sih biar lebih user friendly macem aplikasi sejenis lainnya, well… untukku pribadi malah downgrade 😭😭😭.

Aku udah menggunakan Money Manager sekitar 3 tahun, so far merasa terbantu dan puas dengan aplikasinya ✨👌🏻. Salah satu kelebihan Money Manager ketimbang aplikasi sejenis lainnya adalah karena UI/UX nya nggak ribet, enak dilihat dan logonya yang kupikir sesuai dengan filosofi freelancer ngepet 😂.

Dalam Bahasa Indonesia tempat anak-anak menabung uang disebut celengan yang berasal dari kata celeng / babi 🐗. Dalam Bahasa Inggris celengan disebut piggy bank yang mana bisa diartikan sebagai bank babi 🐷. Apakah ini cocoklogi? Tentcu tydac… 😌 Karena sejauh yang kutahu nggak ada ceritanya orang Indonesia dan orang Inggris janjian menamakan tempat anak-anak menabung pake babi 🐷.

Jadi, moral of the story-nya adalah… sejak kecil kita memang diajarkan untuk ngepet 🥲.

Dear netizen, sudikah kiranya diantara kalyan memberikan pencerahan mengenai korelasi antara celengan dan piggy bank? 🙃 Berdasakan penelusuranku babi merupakan simbol kemakmuran, yang menjadi masalah disini; Indonesia dan Inggris terpisah jutaan kilometer (lagi-lagi) nggak ada ceritanya orang Indonesia dan orang Inggris janjian menamakan tempat anak-anak menabung pake babi 🐷.

Yaelah… dari aplikasi malah jadi ngomongin babi 🐷🐷🐷.

Kembali ke Money Manager…

Salah satu fitur favorite-ku di Money Manager adalah waktu yakni tanggal dan jam, jadi aku bisa menyusun catatanku secara berurutan. Sayangnya aplikasi sejenis lainnya nggak memiliki fitur jam (hanya tanggal) yang mana akhirnya membuat mood-ku berantakan 😔. Yha~ aku uring-uringan gegara nggak menemukan aplikasi pencatat pengeluaran dengan fitur jam.

Mungkin bagi sebagian orang fitur jam nggak sebegitu pentingnya, tapi untukku fitur jam ini penting banget, balik lagi ya karena kusuka kalau segala sesuatunya rapi dan berurutan ✨👌🏻. Aku udah mencoba hampir semua aplikasi pencatat pengeluaran yang ada di Playstore. You know what? Aku belum menemukan satu pun aplikasi pencatat pengeluaran dengan fitur jam kecuali di Money Manager.

Demmm… 🙃

Tahu kan rasanya puyeng level advance yang sampai mual dan mesti istirahat? Nah 🤢. Aku bahkan sampai melewatkan banyak hal demi install-uninstall aplikasi dan mencobanya satu-satu, kalau sekarang dipikir-pikir lagi ih kok norak banget ya sakit gegara aplikasi 😂😂😂.

Gimana ya… karena rasanya nyesek aja gitu rekap catatan pengeluaran selama bertahun-tahun mesti hilang gegara keteledoranku sendiri. Memang ada back up file-nya tapi aku masih nggak faham mengapa back up file-nya nggak bisa dibuka karena seingatku dulu pernah membuka back up file-nya meski nggak meng-upgrade akun ke premium.

Saking hopeless-nya, aku sampai mengirim e-mail ke developer Money Manager minta dibukain back up file-nya 😁 dan hal yang paling ngenes adalah ini semua terjadi beberapa hari sebelum pergantian bulan. Gagal closing niya… 😢 Sampai post ini ditulis, belum ada tanggapan dari Money Manager-nya, semoga segera dibalas ya… lelah hamba uring-uringan mulu 😔.

Menurutku, Money Manager versi terbaru malah terlihat sama dengan aplikasi sejenis lainnya, nggak ada jamnya huhu Sumvah aku masih KZL… Untuk sementara ini aku menggunakan template sheet yang bisa disimpan di G Drive, agak membantu tapi masih belum puas karena nggak ada fitur jamnya huhuhu 😔.

Dear netizen, adakah rekomendasi aplikasi pencatat keuangan yang ada fitur jamnya? Please let me know… Nggak apa-apa aplikasinya nggak masuk editor choice yang penting ada fitur jamnya.

Aku memang terbiasa mencatat pengeluaranku sejak sekolah, kalau yang serius dicatat di excel yakni sejak kuliah semester 1 sampai semester 9 😅. Bukan catatan pengeluaran harian sih iniya melainkan catatan pengeluaran tugas sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada orang tua. Jadi kalau misalnya ditanya “uangnya dipake untuk apa?” aku bisa bilang “untuk ini” sambil pamer file excel-ku 😎.

Kenapa nggak sekalian mencatat pengeluaran harian? Hmmm… nggak tahu ya anda, kuliahku 24/7 jadi nggak ada waktu untuk mengurusinya 🥱. Karena sekalinya ada waktu luang yang kulakukan adalah tidur dan jajan seblak di depan kampus.

Kebiasaan mencatat pengeluaranku sempat terhenti 3 tahun karena aku nggak punya penghasilan, kupikir dengan saldo nihil aku nggak berkewajiban lagi untuk mencatat pengeluaranku 😂. Karena nggak punya penghasilan inilah maka aku diberikan tanggungjawab untuk mencatat pengeluaran rumah tangga macem belanja bulanan sampai renovasi rumah.

Jadi yha~ wajar kan ya kalau aku sampai sebegini puyengnya gegara Money Manager 😅.

UPDATE

Sampai sekarang aku masih belum bisa membuka back up file-nya, masih KZL sih sebenarnya. Karena kusadar aku nggak mudah dipuaskan akhirnya aku memutuskan untuk meng-install Money Manager versi premium, alhamdulillah ada fitur jamnya ☺️. Aku memang mesti mulai lagi dari awal tapi seenggaknya kumerasa lega dan puas 😁.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
www.burnbook.com.br


Hello…

Saat pandemi tahun lalu ada satu serial Netflix yang hype abysss… yakni la Casa de Papel (Money Heist), meski penasaran setengah mati aku tetap konsisten nontonin oppa-oppa anyonghaseyo atas nama mimpi babu dan halu-halu Bandung 😁. Barulah di awal tahun aku nyicil menonton la Casa de Papel, itu pun masih selang seling sambil nonton drakor.

Aku menonton la Casa de Papel ini with no expectation, biar lebih asyik aja ya. Berkaca dari yang lalu-lalu: expectation kill your hypeness😌. Aku hanya tahu la Casa de Papel ini adalah series yang bercerita tentang money heist tapi dengan kostum yang fancy, eym… yang kupikir ada kaitannya dengan sekte tertentu karena official poster-nya yang bagiku masih ambigu 🤔.

Untuk season 1-nya aku langsung binge watching, gils… ambis banget yekan 😁 Kuakui la Casa de Papel ini adalah series yang menarik sekaligus menghibur, gimana ya, kupikir untuk saat ini la Casa de Papel adalah series bertemakan money heist yang compact.

Untuk mempersingkat intro, yumari… 

SEASON 1

🎬 13 episode
⏰ 60 menit

Series dibuka dengan narasi dari Tokyo yang menceritakan bagaimana ia direkrut oleh Professor aka Salvador Martin aka Sergio Marquina (Álvaro Morte) untuk bergabung dalam timnya. Tim yang dibentuk Professor ini bertujuan untuk merampok Royal Mint of Spain alias Gedung Percetakan Uang Negara. Kamikaze banget nggak tuh? 😁.

Tentcunya untuk bisa memasuki The Mint of Spain dibutuhkan rencana yang matang dan tim dengan skill yang nggak main-main. Ohya, untuk mempermudah komunikasi dan menjaga privacy mereka menggunakan nama alias yang dipilih masing-masing.

Mereka adalah Berlin aka Andrés de Fonollosa (Pedro Alonso), Tokyo aka Seline Oliveira (Úrsula Corberó), Moskow aka Agustín Ramos (Paco Tous), Denver aka Ricardo Ramos (Jaime Lorente), Nairobi aka Ágatha Jiménez (Alba Flores), Rio aka Aníbal Cortés (Miguel Herrán), Helsinki aka Mirko Dragic (Darko Períc) dan Oslo aka Dimitri Mostovói (Roberto García Ruiz)

Selanjutnya kita akan disuguhi mandatory scene yang biasa ditemukan dalam tontonan sejenis, yakni usaha penyamaran, penyergapan dan pengambil alihan. Tadinya kupikir series la Casa de Papel ini akan dipenuhi scene berdarah-darah yang tsadesss, ternyata nggak segitunya ya, paling banter scene tembak-tembakan yang membabi buta.

Menurutku (setelah menonton sampai episode 5) la Casa de Papel ini agak drama dan lebih mengedepankan eksplorasi karakternya, well… mungkin gegara kebanyakan dialog juga kali yhahaha Untukku yang suka tontonan yang agak mikir dan ber-plot twist, la Casa de Papel ini menyenangkan sekali ☺️.

Karakter favorite-ku di la Casa de Papel tentcunya adalah mb Nairobi yang manits dan fun🥳. Yang kalau bukan karena spirit-nya yang menggugah, mencetak uang selama berhari-hari akan terasa anyep. Bisa ditanyakan niya ke Mbah Torres… gimana kesannya selama bekerja dengan mb Nairobi 😉.

Dan aku sangat mengapresiasi Professor yang meski mendadak bucin, tetap berusaha konsisten menjalankan rencana idealist-nya. Kubilang idealist karena Professor memikirkan setiap detail dan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Pokoknya detail banget. Kadang sampai gregetan sendiri dengan rencana yang dia buat, bisa dieksekusi nggak nih? 🤔.

Ohya, mengenai bucin (yang mana berarti budak cinta, bukan budak micin 😏). Kupikir Álex Pina (writer) memiliki sisi melankolis romantis yang too much, nggak salah sih, tapi kesannya macem nggak ada hari esok. Jangan salah niya, kelakuan bucinnya Tokyo & Rio membuat plot hole dalam skenarionya Professor, yang pada akhirnya mengantarkan mereka pada situasi genting.

Selain Tokyo & Rio, pasangan bucin lainnya adalah Denver dan Stockholm aka Mónica Gaztambide (Esther Acebo) yang merupakan selingkuhan dari Arturo Román (Enrique Arce) direktur Royal Mint of Spain. Nah, hubungan segitiga antara Denver – Mónica – Arturo inilah yang paling renyah menurutku, easy peasy banget (untuk Mónica) kalau dibandingkan dengan kelakuan toxic-nya Arturo.

Untuk menghadapi Professor dan timnya, pihak kepolisian menurunkan duo Raquel Murillo (Itziar Ituño) dan Ángel Rubio (Fernando Soto). Meski sering kena tikung Professor keduanya pantang menyerah, sayangnya mereka sering nggak klop dengan Luis Prieto (Juan Fernández) yang memang memiliki agenda sendiri.

Baik polisi dan Professor merupakan lawan yang seimbang, bedanya polisi lebih banyak nyangkut di birokrasi sedang Professor dan timnya lebih banyak nyangkut di emosi. Kadang suka degdegan kalau salah satu dari mereka mulai goyah, merasa bias aja nggak tahu mesti memihak yang mana. Eh, pada merasa gitu juga nggak?

Mungkin ini hanya perasaanku, tapi kenapa ya Professor dan Berlin di ending scene vibes-nya macem In The Shadow? Haha Apakah gegara kontur wajahnya yang lawas macem vampire atau memang efek setting-nya. Ohya, karena la Casa de Papel lagu Bella, Ciao kembali populer, lagu ini sering dinyanyikan sebagai seruan anti fasis di WW II di Italy pada tahun 1940an, tenang guise… kalau lebih dari 50 tahun berarti udah free rights.

SEASON 2

🎬 9 episode
⏰ 60 menit

la Casa de Papel season 2 ini melanjutkan ending yang nanggung di season 1 yang lalu, dimana akhirnya Raquel menemukan markas Professor dan timnya pada masa training. Udah degdegan aja niya khawatir Professor langsung tercyduk di tempat *heu 😅.

Sedangkan, nun jauh di Royal Mint of Spain, timnya Professor merasa resah dan gelisah karena nggak mendapatkan kabar dari yang bersangkutan. Keresahan inilah yang membuat mereka agak gegabah dalam bertindak. Bukan Cuma sanderanya yang stress ya, penyanderanya pun nggak kalah stress.

Di season 2 ini aku gagal faham mengapa Tokyo dipilih sebagai main cast, kupikir Tokyo karakter terlalu labil dan nggak sabaran meski cakep 😁, yha darah muda memang beda kali yah Ada momen dimana Tokyo terlalu grasa grusu melakukan sesuatu, salah satunya adalah ketika mengeksekusi Berlin.

Berlin memang agak seksis dan narsis, tapi diantara semua anggota tim Berlin-lah yang paling mampu memimpin. Mohon maap mb Nairobi, meski kusuka gayamu saat memperjuangkan emansipasi 😘 tapi Berlin masihlah yang terbaik. Kubilang terbaik karena Berlin bersedia (dan keukeuh) on cam meski pake perban di kepala. Kocak 🤣.

Kalau sebelumnya ada Tokyo & Rio dan Denver & Stockholm yang bucin mania, maka di season 2 ada Professor dan Raquel yang witing tresno jalaran soko kulino. Sumvah, ingin banget rasanya cepu ke mb Raquel bahwa Salva yang selama ini dikira tukang bikin cuka apel adalah Professor yang selama ini dicari-cari. Gini loh mb… nganu… itu masnya… 🙃.

Kali ini, Tokyo & Rio berhasil membawa kebucinan mereka to the next level. Asli mind blowing banget saat tahu Tokyo memilih untuk kembali masuk ke Royal Mint of Spain ketimbang mabur kemana gitu. Kalau Radit & Jani adalah versi lokalnya, maka Tokyo & Rio versi interlokalnya. Benar niya apa kata Pici dulu: da cinta mah satoel enjoy :3

Baru kali ini aku menemukan konsep money heist yang terancam ambyar gegara bucin 🙃.

Kupikir di season 2 ini yang paling kentara perkembangan karakternya adalah Denver, dari pemuda easy going yang kadang nggak pake mikir berubah menjadi karakter yang lebih liat dan bertanggungjawab. Yha~ bagi sebagian orang cinta adalah sebenar-benarnya jawaban, sebagai netizen kuhanya bisa mendoakan agar Denver & Stockholm bisa abadan wadaiman.

Ketimbang season 1, season 2 ini tensi ketegangannya lebih tinggi karena Professor dan timnya berpacu dengan waktu. Maksudnya cuy… uang sebanyak itu ngangkutinnya juga PR 😁 Aku jadi kepikiran butuh berapa kali balikan untuk bisa menyapu bersih ruang brankas.

Ohya, aku ikut merasa lega saat Angel terbangun dari koma, sebagai partner yang terjebak friendzone kupikir Angel cukup legowo saat tahu Raquel lebih memilih Salva ketimbang dirinya. Meski Professor adalah yang paling diuntungkan dari kecelakaannya Angel, Professor jugalah yang paling disalahkan oleh Raquel.

Diantara para sandera yang paling berulah tentcunya adalah Arturito, KZL pisanlah kalau ada scene-nya yang ada doinya 🤣.

la Casa de Papel berhasil menutup season 2 ini dengan begitu memuaskan meski Berlin, Moskow dan Oslo mesti tertinggal di Royal Mint of Spain. Especially, tribute to Berlin yang lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang lebih bermartabat ketimbang menua dan sakit-sakitan. Thanks to mb Ariadne Cascales (Clara Alvarado) yang kebetulan kena tikung semesta, berada di tempat dan waktu yang salah.

Lagi OTW season 3 ya
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello…

Selamat datang kembali… pada kenyataan. Beruntunglah kalyan wahai para white kolor yang cutinya masih lama dan nggak kemana-mana, harap diingat yaw koronces masih belum beres.

Menjelang Idul Fitri aku terbiasa melakukan annual declutter yang kuyakin banget membuat orang rumah KZL haha Untuk tahun ini aku berencana untuk merotasi barang-barang yakni buku-buku terzheyeng karena etalasenya mau dipake untuk Tupperware yang berceceran. Tadinya kuingin membeli lemari buku baru, tapi nggak dulu ya, nggak ada tempat di rumahnya haha

Yha~ kupikir nggak ada salahnya untuk sedikit beberes.
Sedikit… 😁

Demi memuluskan rencana beberesku, aku meminta mama untuk memanggil partner beberes ter-coy-ku yakni Bi Kenda. Well… Berdasarkan pengalaman beberesku, Bi Kenda adalah ultimate partner yang rasa-rasanya akan sulit ditemukan terutama di masa sekarang.

Kelebihan Bi Kenda dibandingkan dengan siapa pun yang pernah beberes di rumahku adalah kerapian dan kedetailannya. Misalnya kantong plastik, kalau biasanya kantong plastik diuwel-uwel dimasukkan ke kantong plastik yang lebih besar, Bi Kenda melipat kantong plastik dan menyimpannya dengan rapi. Eye pleasure bangetlah…

Note: untuk cara-cara melipat kantong plastik bisa diintip di highlight IG-nya Shinta Michiko

Karena keterbatasan waktu dan tenaga annual declutter kali ini hanya dikhususkan untuk etalase aja ya yang lain mah… bhay! Nggak sanggup hamba kalau beberes serumaheun, kecuali ya kalau ada yang bantuin… yang mana impposible *heuheuheu

Yang pertama kita lakukan adalah memindahkan buku-bukuku ke dalam box container besar kupikir 2 cukup ternyata masih kurang guise… Padahal saat dulu memutuskan untuk menyimpan buku-bukuku ke dalam etalase aku sudah melakukan declutter, sebagian di-hibah-kan, Sebagian di jual oleh Bi Kenda. ohya, sisa buku-bukuku yang nggak masuk box container dimasukkan ke dalam box TV.

Kemudian kita memindahkan etalase tersebut ke ruangan sebelah *heu Ini sebenarnya adalah keputusan spontan, yang ternyata (lagi-lagi) menyusahkan kita semua haha Meski etalasenya udah kosong dan bisa didorong, tetap butuh effort memindahkannya.

Setelah etalase dipindahkan, tibalah saatnya kita untuk membersihkan dan menyusun Tupperware. Nah, karena Tupperware-nya berceceran seisi rumah butuh waktu untuk mengumpulkannya, udah lelah ya guise… mana ramadhan di Subang mah panasnya hot, semakin ingin menyerah yekan.

Annual declutter ramadhan kali ini bikinku jompo seketika…

Eh, Bi Kenda apalagi…

Memang sebelumnya aku udah ada rencana untuk membeli lemari buku baru sebagai pengganti etalase, tapi sampai saat ini masih ditangguhkan ya, masih bingung mau menempatkannya di mana. Kalau udah begini kan jadi ingin punya rumah sendiri.

Untuk saat ini, lemari buku wishlist-ku adalah Orla-nya Informa nggak tahu ya kalau nanti, bisa jadi berubah kalau ada yang lebih OK. Yang menjadi pertimbangan kenapa aku nge-wishlist Orla adalah:


- Penyimpanan tertutup macem gini meminimalisir debu, jadi nggak perlu sering-sering dibersihkan
- Pake kaca, jadi masih bisa dinikmati isinya 😁
- Ada kakinya, mungkin ini masalah selera ya… tapi aku lebih suka furniture yang memiliki kaki agar bagian bawahnya mudah dibersihkan. Kupikir ini pertimbangan yang menarik, karena dimasa yang akan datang bisa jadi aku menggunakan vacuum cleaner.
- Materialnya (kupikir) lebih durable, aku kurang suka particle board atau kayu muda yang finishing-nya jele’, nggak cocok dengan cuaca di Indonesia yang humid (lembab), kalau udah berjamur biasanya cepat hancur.
- Desainnya udah form follow function
- Warnanya OK-lah 👌🏻
- Nggak pake kunci, isokay… imokay… 😉
- Berat dan aku masih belum tahu gimana cara merakitnya 🤔
- Sayangnya nggak cukup 1, ini sih yang bikinku monangesss 😭
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Assalamualaikum… 🧕🏻

Sebelumnya nggak pernah mengira bahwa ramadhan tahun ini mesti dilalui dalam keadaan pandemi (lagi) 😅. Tahun lalu kita mengira bahwa semuanya akan segera membaik, merasa cukup optimis dengan wacana vaksin dari pemerintah, well… yang mana pada kenyatannya malah memicu pro dan kontra terutama di social media 😌.

Setahun berlalu dan kita masih gini-gini aja… 🥺

Ramadhan kali ini memang nggak sekaku ramadhan tahun lalu, bisa dilihat ya dari posting-an social media-nya rang-o-rang yang kelayapan mulu meski pandemi masih belum kelar. Yha~ namanya juga PSBB (Peraturan Selalu Berubah Berubah) kadang jelas kadang nggak *heu. 🙃.

Kalau dibandingkan dengan ramadhan tahun lalu aku merasa ramadhan tahun ini agak rusuh ya, rusuh dalam Bahasa Sunda yang berarti terburu-buru. Udah nggak ngerti lagi yaini dengan pemerintah, why… mudik dilarang tapi wisata dibolehkan, mestinya mudik dibolehkan tapi wisata dilarang 🤔. Yaudalaya~ ini opini netizen belaka 😌.

Biar lebih nyaman membacanya, kubuat highlight aja ya… 😉

MUDIK

Semuanya berawal dari cuti bersama yang lagi-lagi disunat macem tahun lalu, hmmm… alamat ngebangke di kasur ini mah. LoL. Kemudian pemerintah mengumumkan larangan mudik pada 6-17 Mei, yang mana cukup membuat panik karena cuti belum mulai. Kalau udah begini kan jadi dilema, mau tetap bertanggung jawab pada pekerjaan atau dicoret dari KK 😂.

Eh, di saat aku sedang sibuk mencari opsi transportasi mudik domestik, muncul pengumuan baru dimulai tanggal 22. Disinilah letak kegedegannya, larangan mudik tersebut diumumkan tanggal 21 April. Hahanjirrr… Sa ae nih prank-nya 😌, ngibulnya kebangetan tcoy... Udah nggak mungkin juga kan aku cosplay jadi santriwati 😅.

Beruntung aku masih kebagian travel di tanggal 5 pagi, aslik rasanya puyeng + mual beberes kosan setelah sahur 🤢. Biasanya sebelum bepergian aku akan memastikan kosanku rapi dan bersih, lah… kemarin mah boro-boro, yang ada baju dan printilan kumasukkan begitu aja ke tas belanja Yogya tanpa disusun. Heu… yakin banget nanti balik ke kosan mesti sekalian deep cleaning 😌.


SAHUR

Bisa dibilang ramadhan ini adalah ramadhan dengan sahur terbaik, kubilang begini karena sebelumnya aku sering melewatkan sahur dan bablas menjelang akhir ramadhan. Alhamdulillah, hampir setiap hari aku sahur ya guise nggak terlewat minum vitamin dan minim ngemil (kecuali saat di rumah). Apalagi kalau bukan gegara kejompoan yang HQQ 🤭.

Selain alarm, yang membuatku terbangun untuk sahur adalah hujan yang nggak terprediksi selama ramadhan. Ada momen dimana hujan turun semalaman diiringi kilat dan petir yang semakin membuatku mager. Nggak tahu niya dengan kalyan, namun setiap kali hujan besar aku ingat film Parasite, dimana hujan yang sama merupakan musibah sekaligus berkah.

Satu hal yang menjadi concern-ku adalah remaja tanggung yang rajin menabuh galon sambil teriak-teriak rese sekitar jam 2-3 pagi. Kalau biasanya mereka teriak 📢 “sahur… sahur… sahur” ketika PERSIB kalah ditambahi embel-embel “PERSIB eleh woy…” dengan penuh penghayatan. Bhang-kek memang~ PERSIB yang kalah kita semua yang kena getahnya 🥺.

pemandangan setelah sahur

BUKBER

Meski kadang bikin keki, bukber merupakan annual event yang kunantikan, apalagi kalau bukan untuk bertemu dengan teman-teman sekalyan. Kalau masih belum puas kangen-kangenan biasanya berlanjut ke halal bi halal, kalau masih belum puas juga biasanya berlanjut ke liliwetan. Apa pun nama acaranya, yang penting kita berkumpul dan makan bersama 😁.

Selama ramadhan terhitung hanya 1 kali aku bukber di luar, itu pun hanya dengan Icunk. Kangen juga ya momen-momen ngabuburit sekaligus window shopping dengan Icunk dan Lisna, rencana hanya kalibrasi mata tahunya malah belanja 😁. Kali ini kita ke TSM dikarenakan ada keperluan lainnya, lawas banget ya… terakhir kali aku ke TSM adalah saat nonton Beauty and The Beast dengan Widy.

Mungkin gegara weekend dan kebetulan THR baru cair, TSM rame juga ya bahkan untuk makan aja mesti waiting list wkwk. Sebagai introvert by choice 😅, rasanya awkward aja berpapasan dengan rang-o-rang, apalagi saat mengantri di musholla. New normal ini membuat kita pulang lebih cepat, meski begitu angger weh lungse… 😴.


HAMPERS

Agak heran juga sih, setelah beberapa tahun kita dibiasakan menggunakan istilah (gubahan) hampers ketimbang istilah bingkisan atau parcel, mengapa baru tahun ini dipermasalahkan? Heu… Sedari bocil aku kenalnya parcel 😅. Yang kutahu trend hampers dimulai sejak rang-o-rang mengadakan shower macem baby shower dan bridal shower, dari hanya hadiah kecil dalam box rotan menjadi segala macam jenis pemberian dan seserahan.

Kini, ada anggapan bahwa mem-posting hampers yang didapatkan adalah sebagian dari riya sekaligus memperkeruh circle pertemanan. Kupikir mem-posting hampers yang didapatkan adalah salah satu appreciation bagi yang mengirimkan sekaligus membantu usaha teman. Ngaku deh… kalau ada teman yang nge-tag brand-nya, suka diintip juga kan haha 😂.

Pada dasarnya hampers ini bertujuan untuk memperat silaturahmi, terutama bagi company. Kalau memang nggak ada yang mengirimkan hampers mungkin kita yang mesti mengirimkan duluan 😁 atau belilah untuk diri sendiri, kan self love. Percayalah, kehidupan sosial nggak akan berakhir hanya karena nggak ada yang mengirimkan hampers. Ohya, aku setuju dengan opininya Soleh Solihun di Bagiku Hampersku Bagimu Hampersmu.

Hampers ramadhan antar keluarga

SILATURAHMI

Rencananya Idul Fitri kali ini keluargaku berencana untuk berkumpul di rumah Mbah seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi karena ada penyekatan rencananya mesti di-skip lagi sampai Idul Adha. Meski agak kecewa karena belum pernah berkumpul lagi full team sejak Idul Fitri 2 tahun lalu, aku (kita) merasa bersyukur masih diberikan kesehatan sampai saat ini.

Setelah shalat Idul Fitri kita meluangkan waktu untuk video call dengan keluarga nun jauh disana, ribetz juga ternyata haha 😁 Sinyal yang labil, citra yang delay, suara yang terputus-putus dan keenggak sinkronan obrolan adalah sisipan cerita yang turut menambah semarak video conference di Idul Fitri tahun ini.

Kalau tahun-tahun sebelumnya aku cukup rajin mengirimkan ucapan Idul Fitri secara personal melalui DM atau chat, Idul Fitri tahun ini giliranku yang membalas ucapan haha 😅 Gegara annual declutter energi-ku terserap habis sampai nggak sanggup mengirimkan ucapan Idul Fitri satu persatu, lelah guise… 😴


PIKNIK

Salah satu aktivitas menggiurkan pasca Idul Fitri adalah piknik bersama keluarga. Meski macet-macetan dan berdesak-desakan di dalam mobil, rasanya nyaman-nyaman aja yekan kalau melaluinya bersama keluarga. Seingatku, terakhir kali keluargaku piknik pasca Idul Fitri beneran yakni sekitar 5-6 tahun yang lalu ke Gunung Tangkuban Perahu *heu 😅

Kalau melihat ghirah pikniknya rang-o-rang yang tumpeh-tumpeh, kuyakin banget pandemi akan ada versi extended-nya. 1,5 tahun hanya bisa hiburan tipis-tipis belanja groceries, nggak nongkrong dan nonton di bioskop memang membuat stress, tapi ya nggak goblok juga meur… Eym… apa you kira air laut bisa meluruhkan COVID-19? 🙃.

Balik lagi siya, kupikir yang paling punya andil dalam kekisruhan non pilkada ini adalah pemerintah, yang sedari awal nggak tegas dan cenderung tebang pilih. Sebagai netizen su’udzon, akan lebih baik kalau prepare for the worst, nggak ada salahnya untuk kembali menyetok masker dan vitamin, who knows yekan? 😁.


***

Anyway… minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin yakawan 🙏🏻, semoga Idul Fitri yang akan datang kita bisa merayakannya bersama keluarga tersayang, berfoto-foto sampai merem kepanasan dan makan bakso on the spot (biar mienya nggak terlalu beukah).

Lestari 🌼
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates