Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Photo by Anna Shvets from Pexels

To be honest, aku merasa geli sendiri saat menulis judul post ini 🤭. Ternyata 3 minggu ikutan WFH membawa dampak positif untukku, karena saking gabutnya aku jadi masak. Hmm... ini adalah self appreciation post 👌🏻yang kalau merujuk slogannya koran Pikiran Rakyat mah dariku, olehku, untukku. Self(ish) mode on babe... 😎.

Kalau ditanya suka masak apa nggak, suda jelas la bahwa aku nggak begitu tertarik dengan masak-masakan 😋 sebab kupikir masak nggak memenuhi kriteria life balance yang mana masaknya lama makannya sebentar 😁 (belum termasuk urusan cuci-cuci). Atas dasar itulah aku B aja dengan masak, kecuali kalau disuruh ya haha kalau nggak dikerjain dimarahi soalnya 😅.

Saat kuliah temanku pernah tanya “kamu paling jago masak apa?” yang tentcunya kujawab dengan “masak aer gan” mana ada masak air yang gagal kan ya? haha 🤣 Ya. Kalau masak Indomie dan apa-apa yang mudah-mudah aku masih bisa, tapi kalau masak yang susah-susah macem yang berkuah, bersantan dan makan banyak waktu ofkors wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh 💆🏻‍♀️.

Mungkin karena sadar aku nggak begitu tertarik dengan masak-masakan mamaku pernah kasih tips yakni kalau masak harus disajikan dengan baik dan menarik. Tujuannya agar orang tertarik untuk mencicipi, sesudah itu biarlah selera yang berbicara 😂 Beginilah implementasi sesungguhnya saat real product nggak sesuai foto jualan di Shopee.

Kupikir alasan sebenarnya kenapa aku nggak begitu tertarik dengan masak-masakan adalah karena aku nggak terbiasa. Saat di asrama aku jelas nggak masak karena suda ada yang masakin, saat kuliah aku jelas nggak masak karena sibuk ngerjain tugas, saat kerja aku jelas nggak masak karena efisiensi waktu, barulah saat hiatus aku dimarahi kenapa nggak bisa masak 🤔.

Well... Kalau melihat history-nya kupikir alasanku nggak begitu tertarik dengan masak-masakan suda valid ya 😌 Mama inginku bisa seperti sepupu-sepupuku yang lain, yang bisa masak ini itu apalah, yang pokoknya kalau kumpul keluarga selalu jadi seksi konsumsi. Berharap aku kecipratan even setetes dua tetes skill masak dari kakekku.

Yha~ 🙃

Sejak beberapa minggu yang lalu pemerintah menghimbau kita untuk #stayathome alias #cicingdiimah nggak perlulah keluar kalau nggak penting-penting amat, imbasnya banyak pedagang yang libur yang mana membuatku makin galau dengan pikiran “makan apa ya hari ini? 🥺”. Aku juga suda bosan dengan pilihan menu yang ada di Go-Food dan Grab-Food, ayam-ayam bae 🥚🐔🍗.

Dan hari-hari corona belakangan ini membuatku lebih kreatif dalam mencari kegiatan berfaedah, salah satunya adalah masak. Lupakanlah gimana expert-nya aku masak air 😅, karena nggak mungkin aku survive hanya dengan minum air, yakeles film Cast Away (To The Moon). Maka aku memutuskan untuk masak, belajar masak tepatnya, nggak setiap hari ya kalau ingin aja dan mood-nya lagi okey.

Nggak ada yang instan di dunia ini, kecuali pemutih kulit, pembesar payudara, peninggi dan pelangsing badan. Maka, harap dimaklumi kalau hasilnya masih B aja, proses trial and error ini memang menyita banyak effort 😂 Berhubung di kosan nggak ada dapur umum, maka aku membeli kompor listrik (niat sekali bukan 😎) dan menggunakan tools seadanya, mungkin hasilnya akan berbeda kalau di rumah.

Ohya, tester-ku saat ini adalah Widy, urusan skill masak kita 11-12 haha 🤣 Tapi kalau Widy mau makan berarti bisalah di-approve 😋.

Ma, aku masak nih...
(disclaimer: air dan Indomie nggak termasuk, foto lainnya menyusul 😁)

brownies 😅

gyoza jadi-jadian isi kornet

ceritanya the dark side of garlic bread 😁

mac & cheese

acar bawang yang terinspirasi dari gambar di bungkus Indomie rasa Mie Aceh

versi non kuah dari sayur sop

persatuan kentang dan telur

sayur sop tanpa daging, karena dagingnya terjebak bunga es di freezer

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hi Ho!

Welcome April... wish you bring us a joyful and better story, we are all sick here 😔.

Ya. ini adalah delay post haha 😅 Sempet mandeg berbulan-bulan atas dasar mager dan sibuk cari masker wkwk 😋. Jadi di awal tahun, sekitar bulan Januari aku melakukan declutter alias bebersih kamar, sekaligus menyingkirkan sampah yang sudah ku kumpulkan kurang lebih 6 bulan ke belakang. Ternyata banyak juga ya kalau dikumpulkan 😊.

Tujuan awalku mengumpulkan sampah-sampah ini adalah karena penasaran dengan berapa banyak sampah yang ku hasilkan. Aku terinspirasi oleh seorang wanita (yang kulupa namanya) yang mengumpulkan product empties-nya selama 1 tahun. Tentunya sampah yang dihasilkannya lebih banyak ketimbang sampah milikku, ditambah lagi mbnya suka masak dan tinggal di apartment jadi kebutuhannya lebih banyak.

Sedari awal sampah milikku direncanakan akan dikirim ke bank sampah terdekat, makanya aku selalu meluangkan waktu sehari dalam seminggu untuk memilahnya karena bank sampah hanya menerima sampah terpilah. Ada beberapa bank sampah yang masuk di list-ku, namun atas dasar beberapa pertimbangan aku memilih Plastafall Bank meski jaraknya jauh.

Hampir semua bank sampah memiliki kriteria sampah, jadi pastikan lebih dulu dengan mengecek sampah macam apa yang bisa mereka terima. Nggak semua bank sampah menerima sampah plastik mika, baterai atau peralatan elektronik, mereka akan lebih memilih sampah yang bisa di daur ulang. Sampah yang nggak sesuai kriteria biasanya berakhir menjadi sampah reguler (berakhir di TPA).

Sampah milikku mostly berasal dari online shop yang kalau pakein bubble wrap nggak kira-kira 😂 Sampah milikku ini tentunya suda kupilah berdasarkan jenisnya dan suda kucuci. Aku menganggapnya sebagai project jangka panjang sebab butuh waktu lebih dari 6 bulan untuk mengumpulkan, memilah sampai mengirimkannya ke bank sampah.

Karena jaraknya yang jauh itulah aku memilih untuk mengirimkannya via JNE. Ohya, semua sampah yang ku kirimkan ini nggak termasuk sampah rumah tangga macem packaging makanan dan minuman ya, udah dibuang duluan soalnya dan ribet cucinya 😅.

Markicek isi paketku...

SAMPAH KERTAS/KARTON
Sampah kertas / karton ini terdiri dari struk belanja, struk ATM, struk paket, tiket kereta api, tiket masuk tempat wisata, peta Mirota, invitation acara, kartu nama, hang tag, label, kartu nama, amplop paket, paper bag, bungkus obat, bungkus snack, bungkus skin care, bungkus cookies, bungkus paket dan segala macam jenis bungkus yang terbuat dari kertas dan karton.

Sejak kecil aku memang suka mengumpulkan struk belanja :)

Kebaca nggak nih?

Pilih mana, Pocky atau Pejoy?

Waktu sering jajan di Vitasari

SAMPAH PLASTIK
Sampah plastik ini terdiri dari bubble wrap, kantong plastik paket, tas plastik alias keresek berbagai ukuran, warna dan bentuk, botol minuman (yang mesti dikempesin dulu biar hemat tempat), label plastik, alat makan plastik, kemasan makanan plastik, toples plastik dan berbagai product empties.

Udah pada kempes

Aslinya lebih banyak *huft

Thai Tea may lop

Syudah dicuci bersih yaw

SAMPAH KACA DAN ELEKTRONIK
Sampah kaca terdiri dari botol minuman dan body mist, sedang sampah elektronik terdiri dari mouse dan kabel-kabel rusak yang nggak dipake lagi. Semuanya kumasukkan dalam satu box khusus yang dijejali potongan-potongan kertas (yang tentunya kudapatkan dari online shop) biar nggak pecah.

Semua sampah ku kirimkan menggunakan box lebaran yang kudapatkan di tahun lalu, tadinya kupikir box-nya nggak akan penuh ternyata penuh dong dan berat. Kupikir bagian tersulit dari declutter-awal tahun ini adalah cuci product empties, PR banget soalnya jadi ya haha... Tapi abis itu jadi kepikiran, mending diabisin sekalian aja biar nggak nyisa sana sini.

You C 1000

Ternyata penuh gangs

***
Semoga tahun depan bisa declutter lagi :).
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sejak awal bulan akun Twitter perfilman udah nge-share challenge di bulan Maret ini, temanya adalah 30 Hari Film Indonesia. Yap. Bulan Maret adalah bulannya film Indonesia dan sebagai netizen yang udah nggak tahu mau ngapain lagi di masa WFH ini maka ku ikutan mengisi challenge ini.

Let’s go to the list!

Day 1: Film Indonesia terakhir yang kamu tonton
Sebelum Iblis Menjemput ayat 2 alias Setelah Dijemput Iblis eh Dijemput Lagi~ 😅.

Day 2: 1 judul film berdasarkan huruf pertama namamu
Love for Sale. Love is Cinta. Lentera Merah. Mudah sekali bukan 😋.

Day 3: Film action favorite
Gundala. Nggak suka The Raid soalnya 😁.

Day 4: Film horror favorite
Sebelum Iblis Menjemput (ayat 1). At least sejauh ini yang horornya beneran nggak nyantai ya Sebeleum Iblis Menjemput, Rumah Dara bagus tapi bikinku semaputs 😵.

Day 5: film drama favorite
Doa yang Mengancam. Kupikir film ini salah satu film terbaiknya Aming 👍🏻.

Day 6: Film komedi favorite
Mendadak Dangdut. Kinaryosih-nya cantiks dan rame aja sih ketimbang film komedi lainnya yang jokes-nya pada kriuk kriuk crispy macem goreng pake air fryer 🤭.

Day 7: Film romantis favorite
Radit dan Jani. Maaf ya Rangga-Cinta, Habibie-Ainun dan Dilan-Milea tapi ku lebih suka konsep makan pake cintanya Radit dan Jani, mind blowing gobloknya 🤣. Yang gini nih yang beneran bucin, budak cinta bukan budak micin 😆.

Day 8: Sutradara favorite
Yandy Laurens

Day 9: Film yang membuatmu bahagia
Aruna dan Lidahnya. Bahagia banget nontonin orang-orang makan makanan yang enak tanpa “hi guys kita lagi ada di ... bla bla bla...” dan ASMR amatir. Kapan lagi coba denger Dian Sastro ngomong “🐶” sambil keselek kuah rawon 🤣.

Day 10: Film yang membuatmu menangis
Pada dasarnya film apa pun bisa membuatku menangis, entah itu menangis sedih atau menangis bahagia. Tapi ada 2 film yang pernah membuatku menangis kejer alias sampai sesegukan 😅 yakni, Mengejar Matahari dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Sumpah ku ikutan nelangsa nontonin Zaenudin patah hati 😭.

Day 11: Film masa kecil favorite
Petualangan Sherina. Please buat sekuel dong, gpp Sherina dan Sadam nggak nikah yang penting anak-anaknya diculik antek-antek Kertaradjasa dan seus Natasha. Mang Saswi bolehlah jadi cameo lagi 😁.

Day 12: Film animasi favorite
Belum ada. Belum pernah nonton film animasi Indonesia di bioskop hehe

Day 13: Adegan film favorite
The Gift. Saat Tiana dan Harun di Kaliurang dan pantai-pantaiannya, ambience sinar matahari pagi dan deburan ombak yang menyapu kaki yang ‘ndelep di pasir basah terasa sampai di kursi penonton, kan jadi ingin liburan... 🙃

Day 14: Quote the film's favorite
“lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan” – Soe Hok Gie.

Day 15: Film adaptasi buku favorite
Jomblo.

Day 16: Film pendek favorite
Durable Love-nya Joko Anwar.

Day 17: Film Indonesia Terbaik 2019
Keluarga Cemara. Karena belum sempet nonton Dua Garis Biru, Kucumbu Tubuh Indahku dan 27th Step of May.

Day 18: Film Indonesia yang sangat mengecewakan
Banyak sih sebenernya, cuma yang terbaru dan masih bikin mangkel ya Antologi Rasa. Apeuuu... Rp 35.000ku terbuang siya-siya, belum pernah sekecewa ini kelar nonton film di bioskop. Kalau nggak inget akhir bulan ingin rasanya cabs, bosen banget nontonin Carissa Peruset makan bubur di kantor dan nangis di mobil 😔, tapi yang paling penting: MANA CHEMISTRY NYA A AA AAA?.

Day 19: Aktor favorite
Tergantung filmnya 😉.

Day 20: Aktris favorite
Hannal Al-Rasyid. You go girl! 👊🏻

Day 21: Film yang banyak orang lain suka tapi kamu nggak suka
The Raid. Capek nontoninnya... 😅

Day 22: Film yang banyak orang nggak suka tapi kamu suka
The Gift. Karena The Gift memberikan pengalaman menonton yang cukup berbeda. Bukan cuma sekedar nonton ngeliatin visualisasi imajinasi karya sutradara, script writer dan krunya belaka, tapi juga membuatku mengolah kepekaan rasa yang tercipta dari visualisasinya, setiap detik scene-nya membuatku me’rasa’ dan menggiring imajinasi sampai setara dengan standarnya Hanung 😍.

Day 23: Karakter film favorite
Donny di film Jomblo (yang ori ya bukan yang reborn). Meski akhirnya Donny menyalip Olip, tapi Donny adalah tipikal orang yang know what he want and how to get it, kupikir it was cool 😘. Christian Sugiono mau dipakein celana cutbray yang ada rantenya juga tetep ganteng tapi brengsek 🤣.

Day 24: Film yang memiliki sekuel terbaik
Arisan.

Day 25: Film yang sangat kamu benci
5 cm. Nggak benci sih cuma kurang suka aja, mungkin gegara ekspektasiku yang ketinggian. Raline Shah nggak Riani banget nih ah ☹️.

Day 26: Film yang memiliki soundtrack terbaik
Sebenarnya banyak film yang punya soundtrack bagus, cuma biasanya 1-2 lagu aja yang nyantol, sisanya mah B aja. 3 film yang kupilih ini kupikir adalah film yang punya soundtrack full terbaik, minimal hampir separuhnya kusuka.

GIE. Catatan Akhir Sekolah. NKCTHI.

Day 27: Film klasik favorite
Cin(T)a. Kalau udah lebih dari 10 tahun udah masuk katagori klasik kan? Hehe 😅 Meski ceritanya simple dan ujungnya happy ending sendiri-sendiri kusuka filmnya.

Day 28: Film yang kamu tonton berulang kali
Berbagi Suami. Karena cast-nya cakep semua... 😁.

Day 29: Film yang sangat personal
Cintapuccino. Karena aku udah nungguin dari dulu hehe Pertama kali baca bukunya saat SMP dan film ini akhirnya diadaptasikan ke layar lebar saat kuliah, biar nunggu lama yang penting puas. Sissy Priscilla pantes jadi Rahmi, ngan Miller Khan pamaeh pisan 🔨.

Day 30: Film terbaik sepanjang masa
Janji Joni.

Semoga film Indonesia semakin baik lagi, lebih niat, lebih rapi, nggak banyak marketing gimmick dan please-lah casting dulu aktor / aktrisnya biar tahu bisa acting apa nggak 😅.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Rabu 11 Maret

Meeting di Mucho Coffee, setelah kelar ngobrolin urusan kerjaan aku sempat mendengarkan ceritanya Flo yang baru pulang dari Jepang (dan ngasih cokelat juga). Katanya meski udah ada desas desus COVID-19 perjalanannya lancar jaya, nggak ada hal berarti kecuali orang-orang yang udah mulai jaga jarak antar sesama dan udah ada pengecekan suhu di bandara.

Kupikir Italian’s outbreak mayan mind blowing juga ya... karena kalau dipikir-pikir karakter orang Italia agak mirip dengan orang Indonesia. Mangan ora mangan sing penting kumpul (dengan keluarga). Suka nongkrong dengan teman dan ngeyel. Kupikir kalau pemerintah kita nggak siap bisa jadi Indonesia kan berakhir macem Italia. Semoga aja nggak...

Jadi, pemerintah Italia berinisiatif membatasi penyebaran COVID-19 dengan cara meliburkan hampir separuh pekerjanya atau dengan kata lain social distancing. Bukannya menuruti apa kata pemerintah, rerata pekerja yang sedang libur’ memanfaatkan waktunya untuk pulang kampung dan berkumpul dengan keluarga, sudah bisa ditebak ya apa yang terjadi selanjutnya...


Kamis 12 Maret

Udah nggak ngerti lagi dengan sikap pemerintah yang adem ayem tentrem padahal negara lain udah mulai siap-siap menghadapi COVID-19. Mbok ya kalau ngasih statement dipikir dulu... ini yang denger kan hampir satu Indonesia. 

Mana nih yang suka ngeceng-cengin COVID-19? Yap. Sedikit demi sedikit candaan tentang COVID-19 mulai berkurang digantikan kekhawatiran atas ke-sangat-nggak-seriusan pemerintah dalam menanggapi isu COVID-19. Kadang suka mikir apa sih yang ada di pikiran mereka-mereka ini.

Twitter udah mulai serius ya... jokes receh masih ada tapi berita tentang COVID-19 nggak kalah bikin heboh. Masker di minimarket udah nggak ada, hand sanitizer menuju kepunahan, untung sebelumnya udah beli. Tinggal anti septic macem Dettol dan Bayclean yang masih setia mejeng di rak.


Jum’at 13 Maret

Meski suda tahu hasilnya apa aku tetap menunggu e-mail konfirmasi dari Stipendium Hungaricum, ingin memastikan aja. Gimana ya... di satu sisi aku merasa kecewa karena belum lulus, tapi di sisi lain aku merasa lega karena udah nggak merasa terbebani dengan task yang belum sempat kukerjakan. Mungkin seharusnya aku lebih santai kali ya... dan mencoba lagi.

Pagi ini aku mestinya ke workshop untuk mengecek sample sepatu baru dan mengambil beberapa sample sepatu untuk wear test. Sebelum berangkat Atak minta revisi grafis inner box sepatu, jadilah aku mengerjakannya dulu dan baru bisa berangkat sekitar jam 14.00. Cuacanya udah mulai nggak enak niya...

Sepulang dari workshop, angkot yang kunaiki cukup produktif yaw artinya banyak penumpang yang naik dan turun, tapi nggak tahu kenapa badanku udah mulai kerasa nggak enak, udah mulai kaya masuk angin lagi. Malamnya aku demam dan tidur cepat.


Sabtu 14 Maret 2020

Semalam aku demam, kayanya lumayan tinggi soalnya tidurku sama sekali nggak nyenyak dan kebangun-bangun, sakit sebadan-badan. Seharian cuma bisa rebahan gegara keleyengan mulu setiap kali duduk dan berdiri, mual dan sesekali sesak. Chat Uhti nggak bisa hadir ke nikahannya Ully padahal Deya udah bersedia jemput (asique), Icunk pulang ke rumah, Mamih ke nikahan saudaranya dan Memed nggak tahu dimana haha Byasalah, Neng yang satu ini lagi hectic ngurusin printilan nikahan.

Karena nggak memungkinkan untuk keluar maka konsultasinya via Halodoc aja, sumvah udah parno COVID-19. Meskipun menurut pemerintah dan broadcast yang seliweran di social media, COVID-19 nggak semenakutkan yang diberitakan. Ingin ku berkata hadehhh... Kalau China aja bisa kolaps lakita apakabar cuk? Udah bosan sih sebenernya scrolling timeline mulu, tapi aku nggak punya pilihan hiburan lainnya haha


Minggu 15 Maret 2020

Semalam aku demam lagi, padahal udah minum obat, hampir sama kaya kemaren malem cuma sekarang ditambah lemas. Tapi siangnya tetep mandi sih. Seharian aku rebahan, masih keleyengan mulu setiap kali duduk dan berdiri, masih mual dan sesekali sesak. Tambahnnya, udah nggak bisa liat screen lama-lama.

Pikiranku udah kemana-mana yaini, banyak banget ‘gimana kalau’ yang malah semakin membuatku tambah pusing. Khawatir juga dengan keadaan rumah sakit yang menjadi rujukan, kupikir kalau rumah sakitnya nggak siap nanti pasiennya nggak akan tertangani dengan baik, mana COVID-19 adalah hal baru.


Senin 16 Maret

Aku terbangun dengan keadaan yang lebih baik, seenggaknya suhu badanku udah kembali agak normal, meski sesekali masih keleyengan dan banyak istirahat. Akan ku dedikasikan hari ini untuk pekerjaan domestik yang nggak sempat ku kerjakan kemarin haha Menikmati hari pertama dari 2 minggu project WFH (Work From Home) yang dicanangkan oleh pemerintah.

Bhangkay syekali kelakuan tukang masker musiman ini, sama sekali nggak ada empatinya. Sumvah pusing banget liatin harga masker di e-commerce harganya udah pada nggak masuk akal, kalau pun murah belum tentu barangnya asli.


Sabtu, 21 Maret

Pagi ini akhirnya aku di-chat kurir @keranjangsegar yang meminta untuk dikirimkan point lokasiku, alhamdulillah yaw, setelah waiting list sejak hari senin aku kebagian juga hehe Setelah belanjaanku datang, aku sok sibuk membersihkan dan menyimpannya di kulkas, heran juga sih sebenarnya kok bisa ya aku se-random ini dalam memilih buah-buahan.

FYI. Aku membeli alpukat, pepaya, bengkuang, air kelapa muda, daun mint dan sepaket dim sum.
Komentar Widy: kenapa sih beli bengkuang? (meneketehe haha makanya kalau belanja ikutan milih napa)

Siangnya aku mendapatkan kabar yang kurang mengenakkan dari Memed, sehubungan dengan COVID-19 rencana pernikahannya berubah, dari akad + resepsi di hari yang sama menjadi hanya akad aja dan resepsinya menyusul. Tersedih yaini. Anyway, semoga Memed dan keluarga diberikan kelapangan hati menyikapi perubahan rencana ini, love you always sis...

Dengan dibatalkannya rencana resepsi Memed, maka batal pula trip kita ke Tasikmalaya, untungnya kita belum booking hotel. Yha~ begitu pun dengan tiket kereta, meski aku booking tiketnya menggunakan aplikasi KAI access, untuk pembatalannya aku mesti mendatangi stasiun KA. Di masa yang genting seperti ini... apa pun bisa saja terjadi.

Yap. Aku menghilangkan ATM mama (lagi), udah dicari-cari tapinya nggak ketemu, kemungkinan tertelan di mesin ATM saat aku terburu-buru pergi ke rumah sakit. Sesorean aku nonton lagi Om Hao... Malamnya aku dan Widy nge-Go Food-in Wingz O Wingz, ketimbang Chicken Magma Lava aku lebih suka Chicken Honey Lemon (ada manis-manisnya hehe), Jus Kejunya juga enak dan kita udah keburu kenyang sebelum makan saladnya.

Minggu 22 Maret

Menyenangkan sekali keadaanku jauh berbeda dari minggu lalu, pagi-pagi ku mengupas bengkuang dan makan pepaya. Masih batuk-batuk, tapi mama VC dan mewanti-wanti agar aku nggak usah keluar rumah dulu, bahaya. Bandung udah ada suspect COVID-19. Kita panik luar biasa.

Setelah ikutan menjalani 1 minggu WFH aku udah mulai merasa bosan, apalagi saat tahu mesti social distancing. Begini ya guise... statusku saat ini adalah remote worker, namun dalam seminggu aku punya 2 hari yang dikhusukan untuk workshop visit dan meeting, sedang sisanya WFH. Karena meeting adalah satu-satunya kesempatan kita untuk bersosialisasi dan keep in touch dengan rekan kerja, kebayang kan gimana anyepnya aku kini? *heu

Semoga per-COVID-19-an ini cepat berlalu, nggak kebayang soalnya...

Senin 23 Maret

Mengawali hari seninku dengan sarapan dim sum-nya Keranjang Segar dan menghabiskan pepaya sisa kemarin. B aja... haha Masih usaha meningkatkan daya imun dengan minum honey lemon shot, yang belakangan ini lemonnya beli aja yang udah udah jadi karena malay meresinnya. BTW, rasa lemonnya makin pahit, mungkin udah masuk bagian bijinya.

Rencananya hari ini adalah menelepon Call Centre BNI dan ke Stasiun KA Kiaracondong untuk pembatalan tiket ke Tasikmalaya. Dari pagi aku udah coba menelepon Call Centre BNI tapinya nggak bisa nyambung mulu, chat-nya apalagi, tanya @BNICostumerCare di Twitter nggak ada tanggapan. Apakah mereka (pegawai BNI) pada WFH juga?

Aku berangkat ke Stasiun KA Kiaracondong agak siangan, niatnya biar sekalian bisa jemuran pas di jalan haha nyatanya mataharinya nggak muncul-muncul. Mungkin Bandung kini adalah sister city-nya Forks. Di jalan masih rame aja, social distancing nggak berlaku apalagi kalau di perempatan traffic light, yang ada langsung disalip sama yang di belakang.

Sampai di stasiun minta formulir sekalian photo copy KTP ke mb costumer service, banyak juga ternyata yang mau pembatalan tiket. Hampir semuanya yang datang ke stasiun pake masker, tapi social distancing belum pada faham. Saat mengantri ZBL banget sama bapak yang dibelakang, mepet-mepet mulu nih ah, belum lagi emak-emak yang biasa nyelak antrian minta diduluin dengan alasan cuma (pembatalan) 1 tiket aja. Yukate kita arca... dari tadi berdiri tuh pada ngantri meur.

Saat masnya ngurusin pembatalan tiket punyaku, bapak yang dibelakang malah ngantri di depanku, hadehhh... saking KZLnya ku tegur sambil sewot “pak, ngantrinya di belakang bukan di depan!”, kemudian bapaknya mundur, tapi kemudian ngantri lagi di depanku.

Jadi gini ya, pihak stasiun udah kasih sign jarak pake lakban warna kuning di lantai dan aku berdirinya udah mengikuti sign. Bapak yang di belakang dan orang-orang di belakangnya mungkin masih belum familiar (atau kurang peduli) dengan sign-nya, yang ada jadinya malah mepet-mepet mulu macem ngerapetin shaf kalau mau sholat berjama’ah.

Selesai pembatalan tiket aku langsung caw ke kosan, mungkin gegara sugesti COVID-19 juga kali ya tapi balik dari stasiun berasa balik dari perang. Bagitu sampai aku langsung cuci kaki dan tangan pake sabun, sekalian pake face wash, aku merasa kotor. Baju yang tadi kupake langsung kucuci, jirr... makin kisyut aja nih tangan.

Karena masih batuk maka ku minum obat dan ketiduran, terbangun sore dan langsung ngemil bagelen haha baca di Twitter Tokopedia menutup akun tukang masker musiman, semoga aja e-commerce yang lain juga ikutan. Selain itu, yang cukup panas adalah berita anggota DPR dan keluarga (± 2000 orang) menyatakan bersedia ikut rapid test. Hadehhh lagi...

24 maret 2020

Nothing special today... kecuali aku berusaha keras untuk tetap kerja meski batuk nggak juga reda. Rencananya hari ini ke klinik, tapi ternyata kliniknya baru buka jam 2 siang, nggak berencana ke rumah sakit sebab kondisiku lagi nggak baik. Khawatir kalau ke rumah sakit malah terpapar dan malah makin sakit, dengan semakin banyak pemberitaan tentang COVID-19, semakin parno.

Tumben Widy pulang siang, bawa Wingz O Wingz lagi... Mungkin yang kemarin masih kurang haha Unfortunately, klinik yang rencananya ku datangi ternyata tutup entah karena apa, jadilah aku mencari klinik lainnya. Kecewa sih... karena aku mesti merubah rencanaku, tapi lebih kecewa lagi saat ku tahu apotik yang biasanya ku datangi juga tutup. Like, what? Apakah semuanya udah pake mode WFH?

Setelah mencari via G-Maps, aku menemukan klinik 24 jam dan mendatanginya. Jalanan udah pada sepi, tapi masih ada aja yang lalu lalang dan berkumpul bersama macem biasa. Di klinik yang ternyata sepi juga aku disambut mb dan mas yang lagi jaga dan tanpa perlu menunggu lama aku langsung diperiksa.

Saat diperiksa itu aku ditanya-tanya pertanyaan standar masa kini: udah berapa lama? Ada demam nggak? Ada sesak nggak? Seminggu ini kemana aja? Ketemu siapa aja? Yang kujawab dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya.

Kesimpulannya aku kena radang dan diwanti-wanti untuk konsisten minum obat, rutin minum madu di pagi dan sore hari, makan makanan bergizi, banyak minum air putih, istirahat yang cukup dan pake masker kemana-mana. OKAY. Aku rebahan aja.

Setelah pulang dari klinik aku langsung mandi dan ganti baju, makan dan minum obat. Sisanya rebahan sambil scrolling timeline yakeles ada yang rame haha

25 Maret 2020

Meeting reguler masih via Blue Jeans, nggak perlulah pake Zoom macem online class masa kini. Teh Nopi bilang situasi di US udah agak kacau, orang-orang panic buying dan meminta kita bersiap-siap untuk 2-3 minggu yang akan datang. Jangan lupa membeli masker, hand sanitizer dan vitamin C, kalau bisa nyetok makanan kali aja situasi makin kacau.

Urusan COVID-19 ini mau nggak mau berimbas pada urusan bisnis yang mana berimbas juga pada kerjaan, masih abu-abu. Banyak bisnis yang mulai hiatus, terutama retail, fashion dan apparel diprediksi akan terjun bebas meski memasuki masa panen (ramadhan). Orang-orang akan lebih memilih makanan dan grocery ketimbang meng-upgrade penampilan.

Kupikir ini adalah saat yang tepat untuk bilang: winter is coming.

Yha~
COVID-19 is coming here.

Alhamdulillah, untuk minggu ini aku nggak mesti ke workshop sebab situasi nggak begitu kondusif, Ian ternyata sakit juga. Belum tahu ke depannya akan gimana yang jelas untuk saat ini kita berkomunikasi via e-mail dan WA, untuk kerjaan nggak ada yang berubah langsung submit aja ke Trello. Karena aku adalah remote worker kebijakan WFH terasa B aja, tapi excited karena teman-temanku (akhirnya) bisa merasakan apa yang kurasakan setahun belakangan ini.

26 Maret 2020

Nothing special here hehe aku kerja sampai sore, repot juga mendesain sambil batuk dan ngantuk gegara minum obat, bawaannya ingin rebahan mulu. Aku udah merasa jengah dengan pemberitaan COVID-19 di media sosial, banyak kesimpangsiuran dan keenggakjelasan terutama dari pemerintah. Udah nggak ngerti lagi... kenapa sih pemerintah nggak tegas dan gercep.

Mulai nyari pattern masker via Pinterest, rencananya ingin buat masker sendiri sebab nggak yakin bakal kebagian masker apa nggak. Mulai nonton Itaewon Class, sumpah ingin banget benering rambutnya si Park Seo Ro-Yi rapihin poninya rata gitu.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Salah satu hal yang membuatku KZL di tengah pandemi COVID-19 ini adalah betapa sulitnya mendapatkan masker, apalagi di awal outbreak. Nggak ngerti juga dengan para penimbun masker musiman, kok bisa ya otaknya menguap gitu aja 🤔. ‘huft’ banget sih kelakuannya... 😌 

Sejak awal bulan aku udah berusaha mencari masker, just in case aku tetiba membutuhkannya. Tapi ya... nihil ☹️. Mini market, apotik, drug store atau toko terdekat yang ku datangi udah kehabisan masker dan pada nggak tahu kapan akan restock barang, mungkin mainku kurang jauh tapi e-commerce lebih sadis 😑.

Di e-commerce macem Shopee dan Tokopedia 1 box masker dihargai Rp 300.000 – Rp 1.500.000 per box, gils... padahal biasanya mah sekitar Rp 30.000 per box. Yawla... lucknut sekali kelakuan calon karakter utama sinetron azab Indosiar 🥴.

Setelah berminggu-minggu nggak berhasil mendapatkan masker, akhirnya aku (beneran) sakit dan sesuai dengan instruksi pemerintah ku mulai menjalankan self isolation 👌🏻. Nggak mudah ya menjalankan self isolation, karena adaaa ajaaa hal yang mengharuskanku keluar, entah itu ke workshop, ATM, belanja, laundry atau jajan 😉.

Ya. Ku butuh masker.
Dan sayangnya aku nggak punya stock 😭.

Huft.

Karena masih batuk nggak mungkin kan aku keluar kelayapan mencari masker, yang ada orang-orang pada parno duluan. Memang pada akhirnya aku berhasil mendapatkan masker dengan harga yang (cukup) wajar di e-commerce, tapi pengirimannya lamaaa banget... curiga dibikin dulu ini mah 😂.

Dipikir-pikir... lah aku kan designer, pernah ikut kelas fashion juga, ngapa nggak buat sendiri? Disini animal instinct-ku mulai menyala 💡. Jadi, ketimbang mencari masker (serius, aku masih usaha) dengan waktu pengiriman yang lebih cepat aku mencari mesin jahit portable. Yha~ Aku mau bikin masker sendiri guise... 😘.

Saat ku tanya Widy spesifikasi mesin jahit portable yang ingin kubeli udah bener apa belum, doi malah melarang sebab ternyata di rumah juga ada. Yatapi kan itu di rumah dan kita disini terjebak~ 😌 Sebab animal instinct-ku kadung menyala kupikir nggak ada salahnya untuk mencoba, trust me I’m designer 😉.

Diantara semua jenis masker yang bisa di DIY-in kupilih yang paling mudah pattern-nya, maklum guise, mau hand stitch aja haha nggak jadi beli mesin jahit portable-nya 😅. Untuk pattern-nya bisa dicari di Pinterest, biasanya dari Pinterest nge-link ke web atau channel YouTube. Aku sendiri pattern-nya ngikutin ini.

Saat nonton mah bagus ya shape-nya enak dilihat dan terkesan simple, begitu dibuat mah beda euy... 😁 Aku nggak ngikutin tumplek plek ya pattern-nya, ada beberapa bagian yang dirubah demi menyesuaikan kemampuan hand stitch-ku yang masih amatir.




Kupikir hasilnya nggak jelek-jelek amat ya, masih bisa dipake meski sebenarnya nggak begitu pas di wajahku 😋.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates