Selamat tahun baru!
Gpp laya telat juga 😋
Setelah melalui drama kerjaan akhir tahun (yang nyatanya masih kebawa-bawa sampai tahun depan 😌) kupikir ku perlu rehat sejenak dari urusan duniawi yang fana ini haha 😁 Biasanya aku menghabiskan momen pergantian tahunku dengan menulis (draft) birthday post atau mantengin Twitter sambil nungguin suara kembang api di kejauhan.
Kali ini aku menghabiskan momen pergantian tahunku dengan camping di Jayagiri.
Tadinya aku berencana menghabisakan momen pergantian tahunku seperti biasanya, yha~ nothing special. Then, Widy yang euphoria resign-nya belum kelar mengajakku untuk menghabiskan momen pergantian tahun, sebenarnya aku nggak terlalu tertarik ya tapi oleh sebab disuruh orang tua maka kuharus turut serta berpartisipasi.
Sebab kita nggak punya tujuan pasti, maka kita mencari event yang sekiranya akan sesuai via IG, saat itulah kita nggak sengaja kena ads-nya @explorejayagiri. Kupikir menghabiskan momen pergantian tahun dengan camping akan menyenangkan, seenggaknya kita nggak perlu berdesak-desakan dan tumpah ruah ke jalanan.
Berhubung sistem booking-nya perpaket dengan batas minimal 3 orang, maka aku mengajak Icunk yang tumben nggak berencana pulang ke MLB city.
Paketnya sendiri hanya menyediakan peralatan camping tanpa ada rundown acara, jadi jatuhnya kita macem sewa peralatan camping yang teroganisir aja. Yang kita dapatkan adalah; tenda, matras, sleeping bag, lampu, kompor gas portable, peralatan masak (panci, wajan, piring, sendok dan garpu), air mineral 3 pet besar, 1 bungkus pop corn dan kayu bakar.
Kalau Widy berangkat dari rumah, aku dan Icunk janjian berangkat dari Leuwi Panjang, sebab khawatir macet liburan sekolah kita berangkat agak pagian. Benar saja ya... macet combo Farm House X The Great Asia Africa sampai ke daerah UPI. Malesin banget kan ya... 😪
Beruntung, mang angkot jurusan St. Hall Pasar Baru – Lembang berinisiatif untuk menggunakan jalan pintas via jl. Setiabudhi yang ujung-ujungnya keluar di jl. Boscha. Aku pun baru pertama kali lewat jalan pintas ini sebab biasanya lewat jl. Sersan Bajuri (Parongpong) atau Punclut sekalian. Ternyata anyep juga ya... 😅 meski banyak rumah pembantu daerahnya cenderung sepi.
Ohya... saat melewati jalan pintas itu aku sempat bilang ke Icung ; nanti kita ngelewatin Boscha... tujuannya sih biar ada gambaran kalau suatu saat nanti kita main ke Boscha. Ternyata... kelewat yaini haha 😁 Aku baru ngeh saat angkot yang kita naiki berada di jalan besar heuheu 🤭
Expectation route & fare dari Bandung ke Jayagiri Lembang
DAMRI Leuwi Panjang – Ledeng Rp. 5.000
Angkot St. Hall Pasar Baru (Ledeng) – Lembang (turun di perempatan jl. Raya Tangkuban Perahu) Rp. 10.000
Angkot Lembang – Cikole (turun di pertigaan jalan menuju Jayagiri, depan Gubug mang Engking) Rp. 3.000
Transportasi online bike / car pertigaan jalan menuju Jayagiri – pos camping Jayagiri Rp. 10.000
Harusnya sih macem gitu ya, tapi berhubung kita baru pertama kali ke Jayagiri dan nggak ngeh patokannya dimana, sempatlah salah turun dan mesti balik lagi pake angkot. Tapi kayanya mending pake transportasi online dari Lembang aja sih ya biar nggak ribet 👍🏻.
FYI. Di dekat pertigaan jalan menuju Jayagiri ada Alfamart, jadi sebenarnya kita nggak perlu khawatir kalau kekurangan cemilan. Dan yha~ bahkan di tempat camping-nya pun tersedia kios-kios warga lokal yang menjual makanan khas tempat wisata macem per-basoa-an, per-nasi goreng-an, per-jagung bakar-an, per-mie-an, per-kopi-an dan sosis bakar ala kadarnya.
Cuma 1 sih concern-nya
Susah air.
Di sekitar pos camping memang ada gazebo + steker yakeles mau nge-charge, tapi karena saat itu cuacanya mendung-mendung gerimis banyak yang berteduh. Biar berteduhnya nyaman kita turun sedikit ke mesjid yang ada di bawah, sekalian sholat dan menunggu Widy. Jangan heran ya kalau kesini udaranya nggak begitu enak dihirup, banyak peternakan sapi soalnya.
Nah, bahkan di mesjid sekalipun air yang mengalir keciilll banget, kata Icunk; segede nyere (lidi). Tadinya kita mau mencari toilet umum, kan biasanya ada tuh di rumah-rumah penduduk, tapi ini mah nggak ada dong. Kadang suka heran sih kenapa notabene daerah-daerah tinggi malah cenderung sulit air, apakah airnya turun semua ke daerah rendah? Jadi yang daerah tinggi nggak kebagian?
Setelah anggota geng berkumpul, kita minta dijemput oleh PIC @explorejayagiri untuk diantarkan ke tenda. Cuy... kalau suatu saat kau camping ke Jayagiri jangan lupa persiapkan mental ya sebab ternyata untuk mencapai area camping kita mesti jalan naik lagi dan itu nggak mudah.
Mungkin karena pengelolaannya belum maksimal, jalan menuju area camping-nya nggak bagus-bagus amat, masih seadanya. Kupikir masih bagus jalan menuju Punthuk Setumbu yang meski lebih jauh masih terasa lebih nyaman. Di Jayagiri ini, jalannya full menggunakan paving block dan dibuat lurus (nggak pake tangga) jadi kalau hujan dan jalannya berlumpur akan semakin licin. Selain itu, pegangan jalannya terbuat dari bambu dan nggak semua sisi ada.
Jujur, camping di Jayagiri ini benar-benar di luar ekspektasiku... Tadi kubilang bahwa Kupikir menghabiskan momen pergantian tahun dengan camping akan menyenangkan, seenggaknya kita nggak perlu berdesak-desakan dan tumpah ruah ke jalanan. Well... nyatanya, bukan Cuma aku yang berpikir seperti itu 😅.
Saat sampai di area camping... agak dongkol juga sih sebenarnya, ada banyaakkk sekali... tenda yang sudah terpasang, hampir penuh malah. Lengkap dengan scene masak-masakan mie di depan tenda dan jemuran jas hujannya, serta gonjrengan geje khas yesterday afternoon kids yang ngebet banget ingin punya pacar.
Lokasi tenda kita nggak pun nggak terlalu strategis tapi nggak apa-apa lah seenggaknya kita udah punya spot sendiri. Thankyu... aa-aa PIC @explorejayagiri. Begitu sampai, kita tinggal masuk ke dalam tenda dan melepaskan kejompoan pasca naik tadi.
Dari tenda kita bisa melihat Lembang dan Bandung yang Bandung dari kejauhan, tapi karena kabutnya tebal jarak pandang kita terbatas sekali. Berkali-kali hujan turun. Lapar maning guise... Jadilah kita unboxing dini Pop Mie yang rencananya akan dimakan nanti malam, berikut menyeduh matcha dan mengupas semangka yang dibawa Widy. Heran... kenapa di antara sekian macem buah yang dibawa malah semangka coba?!
Setelah sesi makan selesai, kita (berusaha) membereskan semuanya dan rebahan, apalagi sih yang bisa dilakukan saat hujan begini? Internetan jelas bukan pilihan sebab sinyalnya maya, antara ada dan tiada. Satu-satunya hiburan adalah speaker-nya eteh di tenda sebelah yang muterin lagunya So7.
Puas rebahan kita berencana untuk turun ke parkiran demi mencari toilet dan jajanan, di musim penghujan begini sudah tentu intensitas makan pun bertambah haha Di area camping memang ada toilet namun sayangnya nggak sanggup mengakomodir kebutuhan camper yang membludak di malam tahun baru.
Perjuangan sekali yaini turun ke parkiran, gerimis tipis yang nggak kelar-kelar turut berpartisipasi membuat jalanan licin dan berlumpur. Toiletnya sendiri cukup amatir ya, si eteh dan si aa-nya mesti bolak balik ngangkutin air dari sumur. Kalau kau nggak sanggup hidup susah dan sering beser, sadarlah sebelum terlambat, camping bukan pilihan yang tepat.
Semangat ziz... Kamu Pasti Ica 😁
Setelah jajan setitik kita naik lagi ke area camping, cuy... kukira malam tahun baru akan sunyi sepi senyap macem angan-anganku beberapa minggu lalu, nyatanya malah rame dongs. Tapi gapapa sih... seenggaknya kita nggak perlu terlalu repot megangin smartphone atau lampu senter di jalan.
Sampai di area camping kita malah pangling, makin banyak tenda yang didirikan bahkan di tempat paling nggak strategis sekali pun, macem di tanjakan, di turunan, di semak-semak, di jalan. Ngehalangin memang... tapi yagimana, semua tempat yang proper udah ada tendanya.
Agak geje juga yaini nungguin kembang api pergantian tahun, jadilah kita ngemil berat pake jagung bakar dan nasi goreng yang dibeli saat di parkiran tadi. Setelah itu... rebahan haha Semakin malam semakin banyak yang datang dan membuat suasana semakin ramai.
Kemudian tibalah kita pada saat yang ditunggu-tunggu, yap... menonton kembang api secara live karena biasanya mah terhalang genteng rumah orang. Seru dan berisik haha menyenangkan, sesekali menonton kembang api macem begini...
Selamat tahun baru semuanya 🥳🥳🥳
Selamat ulang tahun Icunk 🥳🥳🥳
Hehe
Sebenarnya dari berangkat udah khawatir aja kuenya benyek gegara gujlag gajlug di perjalanan, tapi alhamdulillah yay bisa selamat sampai bisa dikasihin 🤭.
Sampai menjelang pergantian tahun masih banyak camper yang baru datang mencari tempat camping, hadehhh... Bahkan saat kita tidur di pun masih ada yang datang dan minta kita untuk menggeser tenda biar bisa memaksimalkan sedikit space kosong di pinggir. Untungnya Widy bangun dan mewakili kita dengan bilang; nggak bisa, udah pada tidur.
Paginya, kita langsung beberes sebab udah nggak betah alias udah ingin pulang wkwkwkw
Karena nggak yakin akan menemukan toilet yang nggak ngantri, kita langsung caw ke Mesjid Lembang yang tentcunya terakhir kali disambangi adalah saat study tour sekolahku dulu, yang mana berarti 14 tahun yang lalu. Kemudian lanjut makan bubur pertama di tahun 2020 depannya.
Kita dan Widy berpisah di Lembang, Widy pulang ke Subang dan kita pulang ke Bandung. Yakin banget macet combo Farm House X The Great Asia Africa udah nungguin... Dan memang benar ya, macetnya nggak nyantai... yang mana bikinku ngantuk dan ketiduran di angkot, nggak peduli lagi muka kecipratan hujan gegara lupa nutupin jendela.
Menyadari hari masihlah panjang, akhirnya kita memutuskan untuk melipir ke Yoshinoya, well... anggaplah birthday lunch. Makan enak pertama di tahun 2020.
Anyway, selamat ulang tahun Icunk, semoga tahun depan kita ngerayain tahun barunya nggak barengan... 🤭