Menjelang Infinity War
kayanya wajib ya untuk nonton The Black Panther, secara ceritanya nanti bakal sambung
menyambung menjadi satu dan karena (katanya) setting untuk war Avenger
selanjutnya adalah di Wakanda. Apalagi salah satu castnya adalah Michonne (Danai Gurira) yang jadi partnernya Rick di The Walking Dead,
meski kurang begitu suka Michonne teutep ya penasaran liat actingnya sekalian juga mau nanyain kenapa kok jadi botak.
Mengusik sekali yha~ ... 👻
Tapi akhirnya aku
ngajakin Widy untuk nonton The Black Panther di ... Transmart Bubat haha di Maps bioskop paling deket ya itu 👍. Kenyataannya
jarak di Maps berbanding terbalik dengan macet long
weekend, pas mau caw kesana nggak ada
satupun Gojek yang mau ngepick padahal
Cuma rintik-rintik dan Grab harganya naik hampr 2x lipat gegara traffic fare. Sekalinya dapet driver
eh mesti nunggu hampir ½ jam karena doinya nyasar dulu 💫💫💫
Disaat nungguin driver kembali ke point yang benar, Widy nelpon dan ngabarin kalau kita nggak mungkin
nonton The Black Panther karena jadwal terdekat mepet banget dan jadwal
selanjutnya bakal ngebuat kita pulang kemaleman. Terus Widy bilang “nonton
Dilan aja yu ...” lah ... bukannya udah nonton ya *sumvah inget banget insto tiketnya 😕, katanya “gapapa 2x juga”
nggak tau kenapa ya tapi suaranya terdengar sumringah sekali.
Begitu telpon ditutup
baru deh kepikiran, jangan-jangan si Widy udah termasuk golongan tante-tante
yang mesem-mesem setelah nonton Dilan kaya yang disebut Teppy di review suka-suka?
Haiiissshhhh ... 😨
Wakanda is calling 📲— Lestari Utami (@demilestari) February 14, 2018
Udah hampir 3 minggu sejak
pemutaran perdana film Dilan 1990 di bioskop kesayangan anda tapi
studio masih tetep penuh, seriusan, meski didominasi mbak-mbak berhijab +
anak-anak (yang pasti dibawa nonton emaknya) ada aja kok gengnya cowok-cowok
yang kayanya penasaran banget sama sepikannya di Dilan haha.
Awalnya sebisa mungkin
ingin menghindari nonton film Dilan 1990 karena kupikir nanti juga bakal
ada di TV, maksimal setelah 3 bulan sejak penayangan di bioskop. Lagian ya castnya adalah Iqbaal Ramadhan (beneran huruf “a”nya ada 2) eks CJR yang
bagiku terkesan seperti pendongkrak popularitas sekaligus ajang market test di dunia perfilman.
Lainnya lagi, aku tak
ingin ceritanya diubah-ubah demi kepentingan film (dan market), berasa berkalang noda gitu hehe tapi semua berubah saat
membaca nama penulis skenarionya di screen, Pidi Baiq dan Titien Wattimena. Yes!!! 🙆🙆🙆 Karena
Dilan 1990 adalah film adaptasi dari buku Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
maka seharusnya tiada spoiler
diantara kita. Kan udah baca bukunya ... 😉
Film Dilan 1990
dibuka dengan scene Milea (Vanesha
Prescilla) yang dinarasikan oleh Sissy Prescilla sedang menuliskan cerita
tentang masa SMAnya.
* flashback scene ...
Kita semua tau gimana
dinginnya Bandung di tahun 90an, masih sering ada kabut di pagi hari dan adem
di sepanjang sisa harinya. Milea yang baru pindah ke Bandung dari Jakarta diramal
seorang cowok bermotor dalam perjalanannya ke sekolahnya di Buah Batu, scene yang muncul di trailer, yang membuat kita skeptis sama
Iqbaal karena doi kurang nyunda, kurang cengos
dan kecakepan <- - - tapi yang terakhir adalah fakta 😋
“kamu Milea ya?”
“iya”
“boleh aku ramal?”
...
“nanti siang kita akan
bertemu lagi di kantin”
Berhubung settingnya adalah tahun 90an yang
notabene orang-orangnya masih pada baik, polos dan lugu tentu saja Milea ini
penasaran juga deg-degan seharian ketimbang bales jawab “naon sih maneh”
ala-ala Wati (Yoriko Angeline) haha 😝 Di kelasnya, Milea sebangku dengan Rani (Zulfa Maharani) dan berteman akrab
dengan Wati yang belakangan diketahui sebagai sepupunya Dilan dan Nandan (Debo Andryos) ketua
kelas yang naksir Milea, pokoknya Nandan ini adalah jenis teman yang kamu pasti
pernah punya di kelas dulu.
Sedangkan Dilan adalah
kebalikan dari circlenya Milea, memiliki
reputasi bad boy dan bergelar sebagai Panglima Tempur di geng motor 💥. Sadar nggak
sih, sepanjang film Dilan Tahun 1990 ini jaketnya Dilan nggak pernah dicucaiii
... haha Eh, sekali deng waktu huhujanan dengan Milea ‘heu 😅
Dilan dengan sepikannya
yang absurd dan sampis tapi
diem-diem bikin penonton mesem-mesem berhasil membuat Milea berpaling dari
pacarnya Beni (Brandon Salim) yang posesif.
Scene Beni dan temen-temennya ngasih surprise untuk Milea lumayan bikin geli,
berasa dinyanyiin lagu “happy birthday” sama boysband kapan taun 👨👨👨👨👨
Ya gimana nggak seneng ya
Milea hampir tiap hari disepikin mulu haha Chemistry
antara Iqbaal dan Vanesha oke 👍 oce 👌, gimana aja anak-anak SMA tahun 90an yang
belum terkontaminasi smartphone atau
seselebgraman. Wajar dan nggak mengada-ada. Palingan giung sama sepikannya
Dilan haha 😍 Oh iya scene momotoran
adalah scene favorite sejuta umat, terbukti dari heningnya studio dan senyum
tanpa suara Eteh-eteh di sebelah 😁😁😁
Scene Anhar (Giulio Parengkuan) dan Dilan berantem juga kece ya ... Acting Giulio
sebagai Anhar juga keren, lebih keren daripada Pak Suripto yang loser atau Kang Emil yang jadi cameo. Kalau aku jadi Kang Adi (Raefal Hady) mah ya udah sadar diri dan minta resign da, percumtabergun.
Banyak yang concern mengenai setting Bandungnya yang kurang terasa ambience 90annya, well
... Bandung yang sekarang bukanlah Bandung yang dulu. Ngosongin
jalan untuk scene angkot atau
momotoran nggak segampang komen “setting
Bandung tahun 90annya nggak meyakinkan” dan nggak mungkin juga
dong crew merenovasi seluruh rumah di
jalur Dilan-Milea biar dapet ambience
90annya.
Kecuali,
Punya tim CGI maha keren
atau minimal budget gendut
untuk hire studio sekelas WETA. 💃💃💃#demisetting90anyang HQQ
Bagi yang belum pernah
membaca bukunya pasti sepanjang film mikirin kok bahasanya baku dan absurd, tapi sepikannya itu loh crispy tapi crunchy. Ya ... begitulah Ayah Surayah si Imam Besar The
Panasdalam. Kalau udah pernah baca bukunya pasti ngerti lah kalau bahasa
kesehariannya emang seperti itu, bahkan tweet-tweetnya pun semaunya dia, biar pun
begitu tetep aja kita mau baca kan hehe 😉
Anyway ... nggak setiap film membutuhkan klimaks, kadang kita Cuma butuh untuk
menikmati saja tanpa harus pusing ikutan mikirin alur ceritanya, kaya review ini Dilan 1990 ini dinikmati saja ...
Dan ending yang nanggung ini dipersembahkan oleh Dilan 1991 😥
Begitu lampu studio nyala
“yha~~~ masih ingin nonton ...” haha 😝😝😝 Kemudian Widy bilang “Non, The Black
Panther mah nanti aja ya beli di Kingkong” lalu ... ku mendua antara “bodo
amat! Udah nggak inget The Black Panther!” dan “isshhh ... keburu Infinity War
meur ...” 😕
Di parkiran waktu ngambil
motor “bentar Non pasang earphone
dulu, mau dengerin lagu Dilan” sambil cengar cengir 😐 fix
ini mah ... kesengsem 😅. Perjalanan dari Buah Batu ke kosan nggak pake
helm belum pernah seseneng ini, ehh, cuma 1 kekurangannya ... soundtracknya nggak kedengeran euy 😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
Nggak terlalu nyesel juga ya nggak jadi nonton The Black Panther karena ternyata film Dilan 1990 nggak secreepy yang orang-orang review, mungkin mereka bilang begitu karena belum baca bukunya aja atau memang taste nyepiknya beda haha
A post shared by iqbaal ramadhan (@iqbaal.e) on
Sebagai 1 diantara sekian ribu followernya Ayah Surayah aku cukup mengikuti tumbuh kembangnya Dilan haha, dari yang cuma twit-twit semau dia sampai akhirnya dibuat buku biar tambah panjang, karena kalau cuma baca di blognya doang mah nggak akan puas hehe Begitu juga dengan MV ala-alanya yang udah ngebuat panik duluan, yang padahal mah cuma project iseng belaka.
Udah ya ... kalau mau tau review kesan-kesan bukunya bisa dibaca di Goodreads (tapi harus buat akun dulu), judulnya Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 dan Dia Adalah Dilanku Tahun 1991, yang Milea belum ada karena belum baca bukunya 😅 Sekalian juga doain biar aku bisa segera nonton The Black Panther.
Bye ...
Eh,
Assalamuaikum jangan? 😉