Pasti diantara kalian pernah ada yang ngalamin ketemu
temen lama entah itu di jalan, di resepsi atau di reuni, dia (temen tsb) berusaha
untuk kembali dekat dengan cara yang menurut ukuran zaman sekarang ‘agak annoying’. Kalau sebatas nge-chat atau comment di IG kayanya masih wajar ya meski kadang kita masih suka
males bales karena crispy *heu, tapi lain
lagi ceritanya kalau dia udah datang ke rumah dan ngasih-ngasih hadiah tanpa
sebab yang jelas.
Semacam “apa sih maunya?”.
Mungkin sebagian orang akan beranggapan yang berlalu
biarlah berlalu, kalau pernah ada salah atau kenangan di masa lalu, yaudahlah... nggak usah dibaperin lagi toh masa lalu nggak bisa dirubah, yang ada
sekarang mikirinnya masa depan hehe Nah, sedangkan sebagian lagi masih belum
bisa move on dan setia pada masa lalu, sekalinya ketemu
langsung baper sebaper-bapernya.
Ada banyak alasan kenapa kita kita masih suka baper,
cinta yang belum usai, naksir yang diem-diem, kesel yang berkepanjangan atau
amarah yang tak berkesudahan, well
... intinya, baper adalah akibat dari urusan-urusan yang belum selesai. Kadang
suka kepikiran kok ada ya orang yang masih bisa survive dengan urusan yang belum selesai itu? Beresin kek, setahun
dua tahun mah wajar tapi kalau sampai belasan tahun atau malah berpuluh-puluh
tahun; “situ sehat?”, “apakabar hatinya?” *eh
Gimana kalau ternyata temen kita masih merasa baper
padahal kitanya udah mantap move on? Bingung juga yha~ karena nggak
mungkin dong kita mengorbankan apa yang sudah dimiliki saat ini demi masa lalu orang
lain, tapi ... lebih nggak mungkin lagi untuk mengontrol perasaan seseorang
pada kita. Ya?
*Pasti pada mikir dulu sebelum jawab “ya”
The Gift adalah salah satu film yang menjadikan masa lalu
sebagai ‘alasan’ kenapa urusan yang belum selesai bisa menjadi duri di kemudian
hari. Bukannya menakut-nakuti, namun terkadang orang sanggup melakukan hal-hal
mengerikan dan nggak reasonable atas
nama masa lalu yang masih belum usai.
Simon Callum (Jason Bateman) dan Robyn Callum (Rebecca
Hall) adalah sepasang suami istri yang baru saja pindah dari Chicago ke Los
Angeles, mereka tinggal di kawasan suburb
dekat kampung halaman Simon. Sehari-hari Simon bekerja sebagai kontraktor
sedangkan Robyn tinggal di rumah karena masih dalam proses pemulihan pasca
keguguran.
Suatu hari mereka bertemu dengan Gordon “Gordo” Moseley
(Joel Edgerton) teman SMA Simon saat sedang berbelanja di mall. Adalah suatu kesopanan untuk berbasa basi, namun basa basi
tersebut ditanggapi dengan serius oleh Gordo, Setelah pertemuan tersebut Gordo
rajin menghadiahi Simon dan Robyn, meski tanpa ada maksud apa pun lama-kelamaan
mereka merasa risih, terlebih lagi saat Simon mengetahui Gordo sering
mengunjungi Robyn saat ia tak ada.
Puncaknya adalah ketika Simon menyalahkan Gordo lantaran
anjingnya hilang, ia mengancam Gordo agar tidak mendekati keluarganya lagi. Di
masa-masa tenang itu Robyn akhirnya hamil (lagi), mereka menjalani kehidupan
yang normal sampai suatu hari Robyn menanyakan perihal Gordo kepada kakak
iparnya (kakak Simon). Meski tidak berteman akrab, Simon pernah menyelamatkan
Gordo saat SMA.
Disini Robyn mulai kepo, ia mencari tahu tentang Gordo
dan hubungannya dengan Simon di masa lalu lewat temannya Simon. Apa yang ia
temukan selanjutnya lebih mengejutkan, rahasia kelam antara Simon dan Gordo membuat
Robyn mempertanyakan seberapa jauh ia mengenal Simon.
Awalnya kupikir The Gift adalah film drama atau apalah
yang nggak rame-rame banget, ini juga nggak sengaja nonton karena nggak ada
film yang menarik di TV. Padahal The Gift adalah film ber-genre psycho thriller, bukan ber-genre drama apalagi ber-genre
comedy romantic seperti yang tersirat di judulnya dan yang paling penting
nih twist ending-nya bener-bener bikin hati mencelos “jirr... KZL”
Dalam review-nya
My Dirt Shirt menuliskan bahwa; The Gift mengaburkan batas antara karakter protagonis dan antagonis. That’s true! Kita akan dibuat bingung sebingung-bingungnya,
sebenernya siapa sih karakter yang jahat dan siapa karakter yang baik, well... jangan siya-siyakan waktu untuk
menebak-nebak karena masing-masing karakter memiliki point of view dengan porsi kekuatan yang balance.
FYI. The Gift bukan film dengan unsur LGBT ya, Simon dan
Gordo nggak pernah saling naksir apa gimana di masa lalu, masalah utamanya
lebih ke arah habit. Ya itu sih...
yang namanya habit kalau nggak
dibenerin bakalan berlanjut sampai tua atau sampai kena tulah hehe Sweet revenge-nya Gordo nggak akan pernah terjadi kalau saja Simon mau
berdamai dengannya. Dengan masa lalunya.
The Gift membuatku lumayan tersadar *ehe kalau mau nikah
mesti background check dulu, kalau perlu hire
PI haha Karena kita nggak pernah tahu kan sekelam apa masa lalu seseorang. Makanya
nih kelen-kelen, para kids zaman now mesti baek-baek ya di internet,
siapa tau nanti ada yang scrolling down sampai ke dasar timeline.
The Gift memang nggak seperti film ber-genre psycho thriller lainnya
yang setting dan ambience berpotensi menimbulkan ketegangan. The Gift lebih casual namun dieksekusi secara lugas. So... bagi kalian yang ingin coba-coba
menonton film ber-genre psycho thriller namun males tegang tontonlah The Gift. Ringan tapi
menusuk. Yha~
You think you’re done with the past but the past is not done with you
(Gordo The Weirdo)