Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Fashion illustrator adalah sebutan bagi orang-orang yang membuat fashion illustration atau gambar—gambar yang berhubungan dengan fashion, tidak harus melulu tentang outfit, aksesoris seperti jewelery atau perfume juga termasuk fashion. Jika menggambar adalah nama fakultas, maka fashion adalah nama jurusan.

Setiap fashion illustrator memiliki ciri khas masing-masing, baik itu mengenai style illustration-nya atau tools yang digunakan. Mostly, fashion illustrator membuat fashion illustration menggunakan coloring tools ketimbang digital tools semacam Wacom, selain lebih cepat, fashion illustration yang dibuat menggunakan coloring tools itu lebih mudah dikontrol dan lebih artsy.

Di bawah ini ada beberapa fashion illustrator  yang bisa dijadikan inspirasi ketika membuat fashion illustration. Sebenarnya masih banyak fashion illustrator lainnya yang lebih keren, yang mungkin belum pernah di-feed walking-in Instagramnya. So, this list is based my research only.

Let’s check this out!

@paperfashion

@julianehennes
 
@kathkrnd

 @niunka_kaminska

@agata_wierbicka

@ahvero

 @antonio_soares

@designersfamily

@jianlin_huang

@kiquy
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

A couple days ago, I watched Uncensored with Michael Ware on the National Geographic channel. At first, I’m very confused when seeing the theme title, it’s fashion. F-A-S-H-I-O-N.
Seriously? Fashion theme in National Geographic?

Yes! And you should go watch it.

Michael Ware is an honest man, yes it’s true, he didn’t lie when he commenting the Kanye West fashion show by ‘It’s very boring’ and shared his personal thought about who should be called designer worthy.

Yep, he is not a man with great taste in fashion, but he represents a people's mind who surprised people who released a clothing line because had billions of followers on IG and declared himself as a designer. The truth is, all over the world already knew he only buy the designs from designers who work on him.

As a (fashion) designer want to be, I very much agree with Michael Ware. If you called yourself a designer you should be can designer, the people who buy your designs and produce under his label couldn’t call designers, they are called a businessman.

FYI. The Kadarsihan stole the spotlight more than the show itself. They are...cushionable.

The latest issue I read about fashion week is the argument about fashion blogger existence, most fashion journalists think they are very annoying and didn’t have a journalist attitude. I understood because fashion journalists spent a long process before releasing their writing, the critics came from research and (mostly) not from their personal taste. Besides that, this fashion business is theirs, so they had a right to feel annoyed by the people who never did the long process like them come instantly.  I think so...

But let’s think about the marketing side.

When they come into fashion shows actually they didn’t really come as a fashion blogger, they are fashion buzzers. That’s the truth.

As you know, the real fashion blogger is not always glamourous as the common, the only one that makes them called fashion bloggers is they are writing about fashion on their blog and provide fashion content seriously. I mean, they should have some research and analysis before writing right.

Because sometimes they couldn’t get the pass for the fashion show or the events they are writing about.

But nowadays fashion blogger called is in the grey area, are they really fashion bloggers or just fashion enthusiasts? Sometimes, the social part took a bigger portion than the fashion part. Too many events make them forget how to write because they are too busy to take a selfie and write a caption.

So. In which part are you? The fashion journalist, the fashion blogger, or the fashion enthusiast?

After watching several fashion show and peeking behind the stage Michael Ware think that fashion is a complex business where art and creative people work hard together to present a show just for us.

Fashion is an endless business, even every time isn’t enough to show you how it lives. Since fashion became the most prospective business, it grew daily. Because fashion is not only about how to mix and match, prefer the nice one, or pick the best. But how we live in it.

For me, Michael Ware is too stiff as being narrator, but considering his background as a field journalist, he is the man who did his first Fashion Week report. I understood. But, if I can choose, I prefer him doing an interview than being a narrator because he is more relaxed and exciting.

Fashion reportage in Fashion TV is advertisement alike, but fashion reportage in National Geographic is science. I wish National Geographic provide more about fashion in science style like this.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Mengikuti jejak kesuksesan Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) yang sangat dinantikan fans setianya, kabarnya ada beberapa film dengan fans setia lainnya yang akan direborn, seperti Jelangkung reborn, Eiffel I’m In Love reborn dan yang paling terbaru adalah Jomblo remake reboot.

Sebelumnya sudah ada yang mencoba perutungan dengan meremake atau membuat sekuel dari film pendahulunya. Seperti Nagabonar dan Si Kabayan.

Biasanya, untuk memperpanjang usia film dibuat versi serial televisinya seperti Ada Apa Dengan Cinta the series, yang ternyata memang tidak sesukses film bioskopnya. Bayangkan saja, berapa banyak fans AADC yang harus kecewa karena Nicholas Saputra berubah jadi Revaldo?

Pernah ada yang mengangkat life legend seperti Srimulat untuk diangkat ke layar lebar. Sayang, film Finding Srimulat tidak booming karena (menurutku) marketnya kurang pas, sebab tidak semua orang menyukai lakon Srimulat di televisi.

Berbeda dengan Warkop DKI reborn yang rilis tepat disaat market sedang membutuhkan icon perfilman Indonesia. Ya. Hampir semua orang Indonesia pernah menonton filmnya, bahkan hingga saat ini pun masih ada stasiun TV yang menayangkannya bergantian dengan filmnya Suzanna.

Bisa dibilang Warkop Dki reborn adalah trigger. Kemudian. Jadilah Jinny Oh Jinny reborn, Jin dan Jun reborn dan Putri Duyung reborn.

So. Selamat datang di era (film) Indonesia reborn.

Oh iya. Ali Topan Anak Jalanan sudah bereinkarnasi menjadi Si Boy Anak Jalanan. Tinggal Misteri Sebuah Guci dan Beranak dalam Kubur yang belum.

Banyak yang bertanya-tanya dalam hati. Why? Kenapa mesti direborn? Apa karena milennials memiliki versi yang lebih baik daripada generasi sebelumnya?

Mungkin saja. There is always a better version of everythings isn’t?

Untuk saat ini alasan yang paling reasonable untuk fenomena reborn adalah cycle of life. Jika di tahun 90an millennials hanya berperan sebagai penonton (the receiver), kini millennials tersebut merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan memegang kendali dan saat ini kebetulan sedang ‘berkuasa’ (the giver).

Maka jangan salahkan mereka yang pernah membuat film komedi-tapi-cabul atau horror-tapi mesum. Karena ... sebagaian dari mereka tumbuh dengan film panas ala Eva Arnaz dan film horror ala Suzanna.

BTW. Adakah yang berniat membuat biopic Suzanna?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Aku mulai mengenal blog saat masih duduk di bangku SMA, bersamaan dengan Friendster, MiRC  dan MySpace yang hadir mengisi malam-malam geje dengan Mpyur di Lab Komputer yang bucok 😓. Bagiku blog adalah sebuah konsep yang menarik, semacam virtual scrapbook, apalagi sih yang didambakan remaja cewek yang kePinterest-Pinterestan sepertiku ini? haha 😆

Mempelajari cara membuat layout website abal-abal saja sudah membuatku cengengesan di sepanjang  pelajaran TIK. Apalagi blog. It’s a legend ... (wait for it) ... dary ... 👏👏👏

Blog pertamaku adalah http://demilestari.multiply.com yang terbuat dari rasa haus akan eksistensi dan rasa gerah kepada teman yang sudah lebih dulu punya blog. Kelihatannya asyik. Jujur ya, aku sendiri bingung mau menulis apa di blog karena sama sekali tidak tertarik menulis cerpen atau cerita bersambung. Satu-satunya yang ingin kutuliskan adalah cerita keseharianku.

Meski sudah punya diary, aku tetap merasa harus memiliki blog karena ... Berprospek hehe 😊 Aku melihat blog sebagai bagian dari dunia baru bernama internet.

Blogku memang random, tapi aku bhangga 😋 Isinya (masih) seputar kehidupan santriwati labil yang girang dengan keajaiban blog. Tulisan yang dibuat berwarna warni dengan font yang berbeda-beda, gif-gif yang (dianggap) lucu, cursor icon yang dirubah menjadi dinosaurus dan template bertema dark yang ke emo-emoan.

Emo adalah Kak Ikcwan di awal masuk kuliah, tubuh kurus, rambut polem (poni lempar), pakaian sendu dan editan foto dengan vignete yang kontras. Ngeri juga ya jadi anak emo. Selain terkesan gloomy, emo identik dengan suicide atau death kaya si L di Death Note. Saat itu nggak keren kalau nggak emo, kalau sekarang mah kaya cabe-cabean kali ya ... 😵 Duh-Ku-Masih-Tak-Percaya-Pernah-Khilaf-Menjadi-Anak-Emo 🙏

Blog tersebut berlanjut sampai di awal masa kuliah, namun terpaksa dihentikan karena ketahuan oleh salah satu dosen yang mengumumkan di kelas, yaudah lah ya ... Wassalamualaikum ... Lapaknya ditutup dulu.

Di akhir kuliah studio yang melelahkan, ketika dosen mereview hasil kerja keras sesiangan ini, ia menambahkan satu pengumuman penting yang kalau intonation speednya dipercepat akan menjadi:
“Ada salah teman kalian yang memiliki bakat dalam hal menulis ... Dan ia adalah seorang blogger ... OK. Tepuk tangan untuk teman kita, Lestari!”

Percaya atau tidak, tapi teman-teman yang baru kukenal selama ± sebulan itu bertepuk tangan untukku, sementara aku sendiri tertegun nggak ngerti lagi mau apa atau gimana. Yang kuingat mataku kemudian sibuk mencari-cari candid camera di setiap sudut, kelakuan yang tidak berguna, sebab yang ada hanyalah sarang laba-laba dan debu kusut tergerai memamah biak.

Mungkin tujuannya untuk mengapresiasi, namun bagiku terasa seperti ‘congratulation al4yers, we’ve got your life’. 😱😱😱

KZL 322008003 X

Durian benar-benar runtuh padaku. Bertubi-tubi.

Yap! Hampir setengah (atau malah seluruh) blogku isinya adalah curhat, puisi-puisian dan keinginan-keinginan terpendam di dalam hati, sisanya adalah pengalaman pertama kuliah. Tentang mata kuliah yang (hampir semuanya) tidak ku mengerti, tentang adaptasi  di lingkungan baru, tentang teman-teman baru yang baik, tentang tugas-tugasnya yang membingungkan, tentang dosen-dosen yang penjelasannya nggak jelas dan tentang OSPEK!

Ehm ... Saat itu OSPEK adalah topik yang sensitif 😔

Semuanya kutulis dengan bahasa yang ke diary-diaryan, termasuk penggunaan kata-katanya yang aL4y. Saat aku sekolah dulu, format terkeren tulisan adalah penggunaan huruf capital yang random dan penggantian huruf dengan angka. FYI, semua tulisan capital randomnya diketik manual loh ... Karena belum mengenal fungsi ‘replace’ di tab Microsoft Word. Sedih juga kalau inget ini 😭. Maka adalah sebuah perjuangan bagi aL4yers sepertiku membuat sebuah postingan di blog 😫.

Aku bahkan pernah menemukan salah satu dosen yang sedang membaca blogku ketika menyerahkan tugas ke kantor. Ingin sekali rasanya menenggelamkan diri atau berteriak sekencang-kencangnya “Woy! Ngapain lu baca-baca blog gueh???” 😠

Ternyata, blogku itu muncul di search engine dengan keyword nama jurusan dan universitas tempatku kuliah. Aku sendiri baru tahu beberapa tahun ke belakang ketika sedang iseng searching tentang akreditasi jurusanku di sela-sela mengerjakan tugas. Huft .

Pada masa itu wajar untuk memiliki lebih dari satu blog, mungkin karena anggapannya blog adalah semacam buku virtual yang bisa dibaca siapa saja, jadi mesti dibedakan menurut jenis dan peruntukannya. Kaya misalnya, blog yang ini untuk curhat, blog yang itu untuk tulisan yang lebih serius dan blog yang satunya lagi untuk tugas-tugas. Padahal ya sebenarnya untuk membedakannya aku hanya perlu memberi label pada tiap postingan 😤

Ketika www.multiply.com memutuskan untuk menutup amal usahanya, aku segera membuat akun blog baru di www.blogspot.com, kemudian di www.wordpress.com, kemudian di www.tumblr.com. Tujuannya cuma satu, membandingkan mana yang lebih cocok untukku. 

Selanjutnya, aku hanya posting ‘sedikit’ saja dan sebisa mungkin tidak tergoda untuk mengklik share button karena terlampau malu kalau dibaca keluarga dan kawan-kawan kepo lainnya. Paling maksimal mencantumkan alamat blog di bio, itu juga dengan notifikasi yang dihapus. Intinya sih masih keki karena dapet promosi gratis di waktu awal kuliah dulu ...

Nggak tahu ya tapi bagiku ini membingungkan , di satu sisi aku ingin sharing tentang kehidupan personalku dengan orang lain, tapi di sisi lainnya aku juga tidak ingin orang lain tahu. 

Beginiqah dilema seorang blogger? 😶
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Apa karena ada yang mereview film La La Land ini bagus maka yang lain harus ikutan setuju untuk mengatakannya bagus juga? Sebaiknya tidak, karena setiap orang memiliki kesannya masing-masing. But hey, this is Indonesia ... everything hype is a (new) worship.

Mungkin karena sudah banyak membaca tentang review dan komentar-komentar positif tentang film La La Land aku malah jadi agak kecewa ketika menontonnya. Gini doang? Serius nih, gini doang?

Apa hanya aku yang berfikir kisah cinta Mia Dolan dan Sebastian terlalu naif untuk zaman sekarang? . Ketika 2 orang bertemu untuk pertama kalinya and think they are meant for each other, please ... Apa kabar kekasih yang sebelumnya, orang yang ditampilkan dengan membosankan meski ia bersedia menerima segala kekurangan Mia, ehm ... lebih dulu dari Sebastian.

Mungkin Mia akan menjawab ‘because love is blind’, yang kemudian akan ditanggap Sebastian dengan ‘yes, love is blinded’, saking butanya si masnya nggak kelihatan ya?

Bagiku ini terlihat seperti FTV.
Ketika 2 orang pemeran utama bertemu, mantan hanyalah figuran semata.

Aku bahkan melewatkan scene (yang katanya) adalah scene terbaper di film La La Land, scene angan-angan Mia dan Sebastian di dalam hati. Scene semacam expectation vs reality ini terlalu biasa untuk film sekelas La La Land. Mana klimaksnya?

Tadinya aku pikir La La Land adalah the new (500) Days of Summer. Tapi tidak.

La La Land menarik secara visual, namun tidak menarik dari segi cerita. Dramatic tone color yang so Hollywood ini sangat memukau, komposisi angle yang apik, editing scene yang rapi dan musik yang (ah ... ini sih tidak perlu dikomentari lagi) amazing.

Perfect.

Saking perfectnya, it’s too good to be true.

Sedari awal La La Land memang menjual mimpi. Jangan salahkan panitia Oscar yang membuat gimmick keliru memberi amplop kepada host, it’s too good to be true kalau La La Land sampai memenangkan piala Oscar untuk film terbaik. Aku sendiri lebih suka menyebut La La Land sebagai film terindah di tahun 2016 ketimbang film terbaik.

La La Land adalah film yang indah, tapi tidak membuatku jatuh hati. Perlu lebih dari sekedar indah untuk membuat jatuh hati bukan?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates