Ada beberapa alasan
kenapa aku suka nonton di bioskop. Ingin menikmati dan menghargai karya para sineas.
Memang senang menonton film. Janjian dengan teman. Quality time dengan inner
circle. Lagi banyak waktu luang atau udah nggak tahu mau ngapain lagi. Dan
dari semua alasan itu, aku lebih sering nonton di bioskop dengan teman, sesekali
dengan keluarga atau kadang malah sendiri.
Seingatku, terakhir kali
nonton di bioskop dengan pacar adalah waktu musim Twilight: Two Moon. Aku jelas
exciting karena emang lagi kesengsem
berat sama Edward Cullen yang super glowing
itu, teman-temanku sudah duluan nonton karena aku belum selesai UAS.
Everything is fine sampai akhirnya dia berkomentar menanggapi
komentarku tentang cerita di filmnya dengan “Mobilnya keren-keren ya ...”.
...
...
...
Sayup-sayup terdengar
suara di dalam hati minta dibawain toa.
GGRRR ... JADI ... SELAMA
INI KAMU NONTON APPAAA 😠? Apalah artinya Edward-Bella-Jacob kalau yang dilihat
cuma mobilnya DOANG 😠?
Sejak saat itu. Aku enggan
nonton di bioskop dengan pacar. KZL 😠😠😠
Throwing back to the past. Pertama kali nonton di bioskop adalah saat
berumur ± 4 tahun dengan ayah, mama dan Widy di Bioskop Chandra, tak sampai
setengahnya (film) kita terpaksa harus pulang karena Widy menangis gara-gara
takut lampunya dimatikan, meski sebenarnya aku (+ ayah) sangat penasaran dengan
kelanjutan kisah Si Kabayan dan Nyi Iteung 😶.
Seperti Bioskop Intan
Garut yang hidup enggan mati tak mau, Bioskop Chandra Subang juga pernah
berjaya, bedanya ia tak sanggup mengalami masa-masa sulit sehingga harus
ditutup. Saat aku SMA masih terpajang poster handmade dari cat acrylic
di billboardnya, namun kini Bioskop
Chandra hanyalah bangunan terbengkalai di tengah kota.
Ketika SD belum afdhol rasanya kalau belum nonton
Petulangan Sherina, aku juga ingin, tapi tidak dikabulkan orang tuaku setelah
melihat antriannya yang mengular. Sebagai gantinya mama membelikan VCD bajakannya
di depan BIP agar bisa ditonton berulang-ulang.
Aku beruntung terlahir di saat yang tepat sehingga
bisa menikmati masa remaja di era kebangkitan perfilman Indonesia, karena
sedang dalam masa kebangkitan maka (artinya) ada banyak film ‘uji coba’ yang
siap ditonton.
Bioskop Indonesia yang
sepi penonton kembali merekah ketika Ada Ada Dengan Cinta dirilis, disusul oleh
Eiffel i’m In Love dan beberapa film bergenre
drama-komedi-romantis yang laris bak seblak Bandung. Sebut saja Me vs High
Heels, 30 hari Mencari Cinta dan Jomblo.
Sebelumnya bioskop
Indonesia hanya dihiasi oleh film-film serius karya Garin Nugroho atau film
anak-anak musiman seperti Joshua Oh Joshua. Pernah ada masanya ketika film
sejenis Reinkarnasi (pernah denger nggak
sih? 😫) yang dizaman sekarang ini merupakan footage
movie dari program Dunia Lain ditayangkan demi mengisi kekosongan.
Ketika tinggal di Ma’had,
satu-satunya hiburan adalah televisi milik bersama yang terletak di ruang
makan. Saat itu, tayangan untuk remaja tidak jauh-jauh dari Planet Remaja yang peace, love and gaul, Inikah Rasanya yang dibintangi oleh Allysa Soebandono,
Gilbert Marciano dan Nadia Vega atau Disini Ada Setan yang dibintangi oleh Lia
Ananta, Thomas Nawilis dan Nagita Slavina.
Saat serial Disini Ada Setan dibuat versi filmnya, Beye, Icunk, Nurm dan gang Jupi (jurig tipi) lainnya tak luput
dari godaan nonton di bioskop Intan, yang sebenarnya termasuk restricted area bagi para santri. Aku pun akhirnya bergabung dengan mereka
karena ingin punya hiburan baru selain Mesjid Agung, Yogya dan Ceplak.
Di hari H, kita terlambat check out
sehingga pintu gerbang Ma’had sudah dikunci Pak Satpam. Memanfaatkan moment ibadah shalat Jum’at, kita
memilih untuk meloncati pagar di samping gerbang Ma’had lalu ngibrit sejadi-jadinya, takut ada
pembina atau siapapun yang melihat. Padahal mah ya disana nggak ada
siapa-siapa, satu-satunya yang melihat kelakuan kita cuma Allah SWT.
Ahh ... gejolak kawula muda memang tak terbendung ... 😏
Sejak saat itu, nonton di
bioskop masuk ke dalam list hiburan
di hari Jum’at setelah jajan di Ceplak, photobox
di Yogya, beli stationary di Toko AA
dan beli pulsa di Tri Cell. Kalau lagi ketitipan Deya, jangan lupa beli koran
Bola di depan Mesjid Agung.
Kapan lagi kita bisa
nonton di bioskop yang bisa milih sendiri seatnya?
Bisa bawa f & b masing-masing? Bisa beli tiket di
depan pintu studionya? Bahkan, (pernah) bisa masuk tapi nggak usah bayar karena
filmnya udah keburu mulai.
Dimana lagi ada bioskop
yang seatnya udah runtuh 1 row tapi tetep ada penontonnya? Dimana
lagi bioskop yang ada warung di dalamnya? Dimana lagi lagi ada bioskop (lama)
yang menayangkan film super HD, saking super
HDnya kita bahkan bisa melihat ada bayangan orang lalu lalang di screennya.
Tapi keseringan nonton di
bioskop Intan juga nggak baik loh 😉.
Salah seorang temanku
yang berpacaran dengan temanku yang lain, sebut saja Adit dan Tita, suatu hari
janjian moviedate di BIP. Entah
karena kebiasaan atau memang sedang lupa. Setelah masuk ke dalam studio Tita
langsung mencari seat mereka,
sedangkan Adit, dengan santainya memilih seat
sendiri dan duduk. Tita yang kesal menghampiri Adit sambil menggerutu “Dit,
duduknya sesuai nomor atuh. Da ini mah bukan di Intan” kemudian canggung. 😓😌
Terkadang ya ... si Adit
ini unpredictable ... 😋
Ketika nonton di bioskop menjadi
lifestyle, maka muncul istilah baru.
Aku : Dari mana Cong?
Pici : Abis nonton Nyong.
Aku : Nonton apa?
Pici : Hajpur?
Aku : Hah? Apaan Hajpur?
Pici : Hantu Jeruk Purut
Syiittt! T-O-P-B-G-T ya
istilahnya! 😚😚😚
Aku tidak terlalu suka
menonton film horror di bioskop,
selain karena bikin deg-degan, menonton film horror di bioskop cukup merugikan. Coba deh dipikirin, apanya yang ditonton kalau setengah dari filmnya
dilalui dengan merem? 😶.
Kebanyakan film yang
ditayangkan di Bioskop Intan adalah film-film lokal. Namun karena hal itu, kita
jadi sangat mengikuti perkembangan film Indonesia, mau rame atau nggak,
semuanya pasti pernah ditonton. Termasuk film-film nggak penting yang rajin
cari penonton dengan cerita yang horror-tapi-mesum
atau komedi-tapi-cabul.
Kadang suka geli sendiri
kalau ingat pernah request lagunya
Acha-Irwansyah yang jadi OST. Heart di radio, sambil kirim-kirim salam ke teman
seasrama. Isshhh ... aL4y beut ... 😤 Zamannya
Melly Goeslaw jadi Ratu Soundtrack dan Duo Ratu (Maya & Mulan) masih akur. Tapi
emang sih lagunya Melly Goeslaw enakeun,
saking produktifnya hampir tiap bulan bisa keluar lagu baru.
Memasuki masa kuliah, aku
jarang nonton di bioskop karena sibuk mengerjakan tugas (ehm). Nonton di
bioskop adalah alasan belaka untuk ketemuan dengan teman segang yang berujung jadi curhat dan ngegossip, yang saking khusyunya sampai harus nginep.
Pernah. Saat kuliah
sedang edan-edannya aku sempatkan untuk bolos (kuliah) demi nonton dengan
Icunk, yang ternyata malah berkhianat dengan nonton duluan dengan Anshor dan
Mexi. Apalah artinya pertemanan kita selama ini? Tau nggak sih gimana
rasanya nonton sendirian? Anyep ~ tau ... 😣
Udah ah, to be continued ... tapi nggak tau kapan dilanjutinnya.