Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Beberapa bulan yang lalu aku mengunjungi toko buku, dari deretan majalah yang dipajang ada satu majalah yang judulnya menarik perhatianku, Celebrate Your Weirdness dari KaWanku yang mengangkat issue bullying di kalangan remaja. I’m not a teenager anymore, tapi nggak ada salahnya juga kan baca?

“Am I ever being bullied or being a bullier?”

Absolutely

“Both”

Aku cukup beruntung menghabiskan masa sekolah tanpa gangguan social media semacam Ask.Fm atau Instagram, wajar saja, pada saat itu social media paling keren yaitu My Space dan Friendster baru saja muncul.

Jadi, bully hanya dilakukan secara verbal dan (sedikit) fisik. Sindir menyindir adalah hal yang biasa, namun membalas sindiran adalah keharusan. Ada harga diri yang mesti dibela.

Tinggal di asrama itu intensitas bullynya lebih tinggi karena hampir semua kegiatan dilakukan dalam satu lingkungan. Mau pergi ke kelas di bully, mau pergi ke ruang makan di bully, mau baca buku di perpustakaan di bully, mau pergi jajan di bully, mau pergi sholat ke musholla di bully sampai mau mandi pun di bully.

Berada dalam rantai terendah ekosistem, tentu saja membuatku dan teman-teman seangkatan jadi sasaran empuk senior. Awalnya kita diam karena tidak ingin berurusan dengan senior, tapi lama-kelamaan kita kesal dan balik membalas mereka.

Karena hal itu juga kita mesti berurusan dengan pembina dan wali kelas, dimusuhi senior karena dianggap nggak sopan dan beringas. Tapi akhirnya dengan self defense yang konsisten dan cukup extreme, kita akhirnya malah menjadi angkatan yang ditakuti.

We only bullying if bullied. Yang nggak mah biasa aja ...

Tapi ya, selama masih junior pasti ada saja yang dipermasalahkan senior, meski sebenarnya nggak penting-penting amat. The way we dressed, the way we talk, the way we walk, the way we live is so matter with them. Kadang kesannya sampai mencari-cari kesalahan.

Biar apa? Biar kita tahu mereka itu senior. Ya kan?

Ada 2 alasan kenapa senior sering membully kita:

1. Karena kita emang songong
2.  Karena kita enggak temenan

Karena sesongong-songongnya teman tetaplah teman.


Salah satu hal yang membuat kesal adalah ketika harus jalan sendirian melewati sekawanan senior, duh ...  berasa lagi diincer sama Piranha, siap dimangsa. Setiap langkahnya pasti diikuti tatapan sinis yang menunggu perbuatan salah, meski nggak ada apa-apa tetap saja merasa risih.

Padahal secara personal mereka sebenarnya baik kok, apalagi kalau lagi ujian semester. Untuk  menghindari kerjasama atau kecurangan saat ujian, pihak sekolah mengatur tempat duduk untuk 3 kelas, yang artinya mengharuskan junior dan senior duduk berdampingan.

Disitulah simbiosis mutualisme terjadi, junior dan senior yang biasanya saling serang menjadi partner karena butuh bantuan. Saat masih menjadi junior aku sering diberi bantuan oleh senior, begitu juga sebaliknya kelak. Sayangnya, ketika ujian semester berakhir maka berakhir pula masa tenang bullying.
Satu-satunya alasan kenapa kalau bullying harus banyakan adalah karena nggak berani kalau sendirian.

Percayalah ... Guru BK baru dihire ada saat aku kelas 2 SMA, mungkin pembina dan wali kelas sudah cukup kawalahan menghadapi tingkah laku siswa/siswinya yang mengikuti perkembangan zaman.

Memanfaatkan acara sekolah, seniorku membuat nominasi “The Weirdeist Person of The Year”, aku dan salah seorang temanku dinominasikan bersanding dengan juniorku yang juga dianggap weird. Demi apalah ini ... aku menemukan kartu nominasinya terselip di tumpukan properti acara dan menyobeknya.

Ya ... ada banyak alasan kenapa aku dianggap weird dan bullyable (selain 2 alasan diatas). Aku memiliki kehidupan yang berbeda dari mereka, aku memiliki fashion taste yang berbeda dari mereka, aku memiliki kesukaan yang berbeda dari mereka, aku memiliki lingkungan yang berbeda dari mereka, aku memiliki penampilan yang berbeda dari mereka. Intinya aku berbeda dari mereka.

So?

What?

JUST BECAUSE MY SINS ARE DIFFERENTLY THAN YOURS, DOESN’T MEAN I'M WRONG !!!


Aku bisa menghandle semua bullyan karena sadar aku juga terlibat didalamnya, namun yang paling membuatku kesal adalah di bully untuk kesalahan yang tidak pernah ku perbuat.

Gimana rasanya diomongin hampir satu sekolahan dan dibully karenanya? Seems the world against me. Kaya dikudeta. Ketika semua orang tahu sedangkan aku tidak tahu apa-apa adalah moment terngenes, seakan-akan aku adalah manusia tersabar yang perlu diperingatkan dengan cara dibully.

We all knew, selalu ada frienemies dalam setiap pertemanan. Bahkan antar teman pun bisa saling membully. Tergantung orangnya juga sih.

Aku dan salah seorang temanku pernah ditolak masuk eskul (atau klub) karena dianggap tidak memiliki skill. Nyali kita kandas karena ditanya “Emang kamu bisa apa?”.

Meski awalnya kesal ½ mati karena pertanyaan tersebut, lama-lama kita menyadari bahwa mengutuki orang yang mengatakannya tidak akan menghasilkan apa-apa, malah membuat semakin terpuruk. Kemudian, karena rasa sakit hati yang mendalam kita bertekad dan termotivasi untuk memiliki skill yang bisa dibanggakan agar tidak dianggap remeh.


Kalau dibandingkan dengan teman yang lain kita termasuk kategori yang biasa-biasa saja, nggak pintar, nggak cantik, nggak alim, nggak populer dan nggak gimana-gimana. Nggak ada yang menonjol. Tapi disitulah keuntungannya, orang tidak akan terlalu notice sehingga kita bisa leluasa mengeksplore minat dan bakat.

Berbagai macam kegiatan kita jajal demi mencari skill, dari yang penting sampai nggak penting sama sekali. Dalam perjalanannya kita akhirnya menemukan skill yang dirasa cocok untuk diri kita masing-masing, mengembangkannya dan jadi eksis karenanya.

Melampaui pertanyaan “Emang kamu bisa apa?”. What doesn’t kill me, makes me stronger.
Temanku Maya pernah bilang “ada 3 macam orang di dunia ini, yang pertama adalah menang-kalah yaitu orang menang tapi sebenarnya dia kalah dan yang kedua adalah kalah-menang yaitu orang yang kalah tapi sebenarnya dia menang, Mbak harus jadi yang ketiga menang-menang yaitu orang yang menang karena dia layak untuk menang”.

I’d fought for it.

Tak peduli sekesal atau senasteung apa, selama masih ada teman yang peduli dan mau membantu, bullier hanyalah angin lalu. Selalu ada penghiburan. Tapi kalau emang nggak ada yang mau menghibur, cukuplah dengan menghibur diri sendiri. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Scream Queens adalah serial televisi horror  (+ a little bit comedy) yang menceritakan tentang misteri yang menghantui rumah persaudaraan Kappa Kappa Tau. Ditayangkan  pertama kali pada September 2015, Scream Queens cukup menyedot perhatian penonton yang penasaran melihat acting perdana  Ariana Grande.

Selain mengangkat tema yang populer, Scream Queens juga menghadirkan jajaran aktris dan aktor muda yang sedang naik daun. Diantaranya adalah Emma Roberts yang pernah bermain sebagai Nancy Drew, Abigail Breslin yang lebih dulu dikenal sebagai Little Miss Sunshine dan yang terakhir ada Tavi Gevinson seorang  fashion blogger. 

Rumah persaudaraan Kappa Kappa Tau (KKT) dipimpin oleh Chanel Oberlin (Emma Roberts) dan minionnya yaitu Chanel #2 Sonya Herfmann (Ariana Grande), Chanel #3 Saddie Swenson (Billie Lourd) dan Chanel #5 Libby Putney (Abigail Breslin).

Karena kecerobohannya Chanel tanpa sengaja membunuh Ms. Bean pengurus rumah KKT, mereka lantas menyembunyikan jenazah Ms. Bean di ruang pendingin. Ketika sudah dirasa aman mereka kembali ke ruang pendingin dan mendapati jenazah Ms. Bean hilang.

Ada yang berbeda di tahun ini, ketika sedang mengadakan inisiasi calon anggota muncul maskot kampus mereka The Red Devil yang membunuh salah satu calon anggota KKT. Tak sampai disitu, The Red Devil juga membunuh Chanel #2 dan meneror seisi rumah KKT.

Dekan Cathy Munsch (Jamie Lee Curtis) lalu meminta bantuan jasa keamanan Denise Hemphill untuk menjaga rumah KKT. Ternyata bukan hanya rumah KKT saja yang diteror oleh The Red Devil, tetangganya yaitu rumah Dickie Dollars Scholar (DDS) yang dipimpin oleh Chad Radwell yang juga kekasih Chanel juga diteror oleh The Red Devil.

Grace Gardner (Skyler Samuels) anggota KTT dan Pete Martinez (Diego Boneta) anggota DDS berusaha mengungkap siapa The Red Devil, berdasarkan bukti-bukti yang ada The Red Devil mengarahkan mereka pada misteri kematian yang terjadi 20 tahun yang lalu di rumah KKT.

Ketika keadaan semakin parah muncul Gigi Chadwell mantan presiden rumah KKT, ia juga adalah kekasih Wes Gardner, ayahnya Grace yang menjadi professor di Universitas Wallace. Dekan Munsch menambah anggota kemanan dengan Shondell Washington.

Selain Zayday Williams (Keke Palmer) yang berusaha untuk menjadi pemimpin rumah KKT, ada Hester Ulrich (Lea Michele) yang menjadi Chanel #6 dan beberapa nama lain yang tidak perlu disebutkan karena akhirnya meninggal.

The Red Devil membunuh satu persatu anggota rumah KKT dan DSS hingga hanya bebrapa orang saja yang tersisa. Scream Queens season 1 ini berakhir dengan terungkapnya siapa The Red Devil dan bagaimana akhirnya Chanel dan kawan-kawannya berakhir di rumah sakit jiwa. 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Aku lebih memilih punya rumah daripada punya mobil. Karena bagiku rumah lebih dari sekedar tempat tinggal atau tempat menyimpan barang-barang. Rumah adalah tujuan. Ketika pulang, orang akan menanyakan “dimana rumahnya” bukan “dimana mobilnya?”.
Sama seperti yang lain aku juga suka travelling karena travelling makes me on fire. Tapi ketika berada rumah aku tidak ingin kemana-mana, mager kelas berat, bahkan keinginan travelling yang menggebu-gebu bisa hilang seketika ketika berada rumah.
So, ask me before I come home.
Aku bukan seorang yang perfeksionis, tapi aku selalu suka jika segala hal dilakukan dengan benar. Tidak harus sempurna, namun benar.
Buku yang sudah dibaca dikembalikan lagi ke dalam rak. Baju yang sudah disetrika harus dimasukkan ke dalam lemari. Sepatu yang sudah digunakan dimasukkan lagi ke dalam dusnya. Kursi yang tergeser dikembalikan lagi ke posisi semula.
Seperti auditor, aku memastikan semua hal berada pada tempat yang semestinya.
Ternyata, tidak semua orang sanggup menghadapi kelakuanku. Mama menganggapku pelit karena menolak meminjamkan gunting kertas untuk membuka minyak goreng. Widy menganggapku freak karena menyusun baju di lemari sesuai gradasi warna. Sarmidut menganggapku galak karena mengharuskan ia menggantung sapu setelah dipakai. Yang lain menganggapku ‘nggak santai’ karena mencabut charger ketika sudah selesai dipakai.
Sebagai industrial designer aku sadar betul bahwa setiap produk memiliki maintenance, bagaimana cara menggunakannya, bagaimana cara merawatnya, bagaimana cara menyimpannya. Di balik setiap produk ada orang-orang yang telah bekerja keras membuatnya, memikirkannya dan mengusahakannya, maintenance adalah cara termudah untuk menghargainya.
Meskipun secara hukum kepemilikan berpindah sejak produk tersebut dibeli user dan user berhak menggunakan produk tersebut tidak sesuai dengan peruntukannya. Kenyataannya, tidak semua user peduli akan maintenance karena maintenance sering dianggap sebagai hal yang remeh.
Aku peduli, karenanya aku sering dianggap sepele. Spesialisasi remeh temeh.

Aku suka menyusun baju sesuai gradasi warna, yang gelap berada di bawah dan yang terang berada di atas. Membaginya berdasarkan material dan jenisnya. Adalah skill untuk bisa menyusun baju seperti di rak department store.
Aku suka merapikan buku berdasarkan tinggi dan warnanya, menyampulinya dengan plastik mika, menempelkan label harga di kiri atas buku dan menuliskan namaku beserta tanggal membelinya di kanan atas buku halaman pertama.
Aku suka menata Tupperware yang berserakan, menamainya dengan inisial nama mama atau namaku menggunakan spidol marker permanent sambil berharap sabun cuci piring tidak akan membuatnya luntur.
Aku suka membereskan kain yang dibeli ketika bepergian, memilah-milah mana yang harus segera dijahit atau disimpan. Membuka lipatannya untuk mengetahui lebar dan motifnya secara keseluruhan.
Aku suka memasukkan kue kering ke dalam toples menjelang hari Lebaran, melihatnya berjejer rapi di atas meja berdampingan dengan bunga yang dirangkai habis-habisan dengan mama.
Aku suka membaca guide book atau instruction note dari barang yang baru dibeli, penting untuk mengetahui seluk beluk produk tersebut. Aku tidak harus mencarinya ketika dibutuhkan karena kemungkinan sudah terbuang.
Aku suka membuang barang yang sudah tak terpakai, mengecek expired date (tanggal kadaluarsa), mengecek kualitasnya dan mengecek intensitas pemakaiannya. Mama tidak perlu tahu kapan aku membuangnya.
Aku suka merapikan kantong keresek yang didapat ketika berbelanja, memisahkannya berdasarkan ukuran, karena lebih mudah mengambilnya ketika butuh dan juga terpengaruh isu go green.
Kadang aku harus menghabiskan waktu lebih banyak karena mengurusi hal-hal semacam itu, namun aku tidak berkeberatan selama masih mampu dan punya waktu.


Mungkin sebagaian orang menganggapku freak karena terlalu concern terhadap hal-hal remeh nan tak penting. Tapi bagiku semua itu adalah solusi. Aku memiliki masalah distraksi (distracted : terganggu) oleh hal-hal visual semacam itu, even a tiny little things means a lot.
Seperti polusi visual, ketika melihat hal yang tidak sesuai dengan semestinya aku akan merasa kesal dan meledak-ledak, lebih kesal ketimbang melihat Goeffrey menghukum pancung Lord Stark di muka umum.
Untuk meredam emosi biasanya aku akan langsung membereskannya, menunggu orang lain melakukannya akan menambah masalah. Aku sering tidak merasa yakin orang lain akan melakukannya sebaik diriku. Serius.
Aku juga sering memikirkan bagaimana hidupku kelak, aku tidak ingin menjadi majikan freak yang semena-mena, tapi aku juga belum sanggup membayangkan bagaimana histerisnya ketika melihat lemari baju yang berantakan.
I need another distraction ....
Mungkin aku akan membuka jasa membereskan lemari seperti mahasiswa di China atau membuat vlog berupa daily life hack, how to folding your clothes neatly, how to arranging cookies atau how to cleaning up your room in 5 minutes.
Atas nama rumah dan segala isinya beserta maintenancenya. I’m not a freakish, I’m just a somebody whom enjoyed to stay at home and living in it.
I’m a homebody.

A freakin’ awesome homebody.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

“Gimana dong Non... ingin punya rumah tapi ingin juga punya mobil”
“Rumah emang penting, tapi ingin punya mobil biar bisa jalan-jalan”
“Ya Allah... kesel gini lihat timeline Path akhir tahun isinya jalan-jalan semua”
“Beli rumah, mobil mah bisa nyusul”
“Ingin punya mobil...”
“Rumah aja deh...”
“Mobil...”
“Rumah...”
“Tau nggak sih Non, harga mobil sekarang nggak beda jauh sama harga rumah”
“Makanya beli rumah”
“Umur segini orang lain udah pada punya rumah sama mobil”
“Mereka suka update di socmed gitu Non”
“Balik lagi ke Twitter sist”
“Adem”
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Somebody has told me about the secret of human life, it is the birth, the death and the soulmate. Everyone would die, but not everyone could find the soulmate. The death slipped between the birth and the soulmate, because only death could break the fate. That is why every marriage promises end by “... until the death separate us ...”.

Beberapa hari yang lalu Picirili menelepon, tidak seperti biasanya yang langsung bertanya “Nyong ... keur naun?” sambil cekikikan setelahnya, kali ini ia memberi jeda dan menghela nafas sebentar sebelum akhirnya bilang “Nyong ... Miftah meninggal ...”

...

...

...

Zonk!

Aku baru tahu dia adalah temanku ketika mendengar pengumuman di musholla, anggota IRM yang bertugas menyampaikan bahwa seorang santri baru baru saja kehilangan ibunya. Nama yang sama juga tertera pada kertas ucapan bela sungkawa yang ditempel oleh tim Mading di depan asramaku.

Karena santri putra dan putri hidup terpisah, aku baru tahu mukanya dengan jelas ketika rapat panitia acara Cerdas Cermat, bergabung di divisi paling rese se-Darul Arqam. PubDekDok (Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi).

Berada di divisi PubDekDok yang harus selalu stand by dari awal sampai akhir acara membuat kita sering meeting, sok-sokan ngobrolin dekorasi padahal nanti ujung-ujungnya minta disalamin. Tapi karena sering meeting itu kita jadi berteman dan ngobrol OOTT.

Ia ingin disebut Micah atau Hanamicah seperti Hanamichi di komik Slam Dunk. Aku baru mengerti kenapa ia ingin sekali disamakan dengan Hanamichi ketika menonton animenya di kampus, konyol dan sama sekali nggak keren haha

Meskipun sering roaming Micah termasuk orang yang bertanggungjawab, at least ia masih menyempatkan meeting denganku mewakili anak buahnya yang ngacir semua ke lapangan basket. Memberitahu hari ini mereka ada latihan untuk persiapan turnamen, karenanya ... untuk sementara tanggungjawab divisi PubDekDok diserahkan kepadaku.

Damn! *smirk
As a nice teammate, I agree with him. But, only in one condition ... semua kerjaan PubDekDok harus beres pas acara. Nggak mau tau gimana caranya.

Dan ... nggak tau gimana caranya juga, semua kerjaan PubDekDok bisa beres sebelum acara dimulai d(^o^)b Yeaayyy !!! We’re a team. A teammate.*baru deh diaku jadi partner

Bahkan ketika pada akhirnya kita semua lulus, urusan PubDekDok menjadi tanggungjawab Micah dkk yang jadi anak buahnya, kita mah bagian marah-marah dan sensi-sensi aja ... sering complain meski sebenarnya nggak penting-penting amat.

But he made it, itulah yang terpenting. Doesn’t matter how messed the condition, as long as it is done you had a great work!

Kadang suka kepikiran, kalau yang ngerjainnya cuma Micah dan Jajang terus yang lain ngapain aja? Nongkrongin sambil ngomentarin? Apa pura-pura nggak tahu? Wallahu a’lam bisshawab ...
BTW, It has been a decade ago ...

Micah lefted us. Ia tersengat aliran listrik ketika sedang mengganti lampu di rumahnya, tak ada yang tahu persisnya kapan, ia baru diketemukan adiknya pada pagi hari. Picirili tidak bisa hadir ke pemakamannya, namun ia menghiburku yang mendadak sedih dengan mengatakan bahwa temanku yang lain ada untuknya.

It was hurt to imagine how if my dearest friend left me as Micah did. Officially 6 tahun hidup bareng, makan bareng, tidur bareng, jajan bareng, ngeceng bareng, mandi bareng, ngebully bareng, apa-apa bareng but suddenly left.

Aku selalu mengira kita semua akan menua bersama-sama, melewati setiap fase kehidupan dengan sesekali ketemuan untuk curhat, menghadiri reuni yang diadakan 10 tahun sekali sambil menonton slide show berisi kelakuan bodoh tapi fakta yang cukup memalukan. I wish so ...

Di akhir teleponnya Picirili bilang “Nikah aja nunggu giliran ... Ya mati juga nunggu giliran”.




You can erase someone from your mind but getting them out of from your heart is another story (Eternal Sunshine of the Spotless Mind)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates