Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Demi Iedul Fitri yang #instagramable, aku dan adikku Widy bersepakat untuk membuat flower paper backdrop ala www.pinterest.com . Disini aku berperan sebagai crafter, designer sekaligus tukangnya T.T

Flower paper backdrop yang dimaksud berbahan dasar kertas krep (berasal dari kata crafty, yang intinya untuk berbagai macam kerajinan) dan kawat hias yang biasa digunakan untuk membungkus tangkai bunga aklirik (crafter dan ibu-ibu binangkit PKK pasti tahu kawat yang dimaksud hehe)

Dibandingkan dengan flower paper berbahan dasar kertas karton, flower paper berbahan dasar kertas krep lebih simple dan clean karena menggunakan kawat hias sebagai pengikat. Sedangkan jika membuat flower paper menggunakan kertas karton, pasti akanlebih belepotan karena menggunakan lem dan leukleuk haha

Untuk tutorialnya bisa searching via Simbah Gugel dengan keyword cara membuat bunga dari kertas atau tutorial flower paper. Atau kalau mau lebih detail, bisa search di Pinterest.



Mungkin crafty interest disini agak rendah ya ... makanya ketika nyari kertas Krep lumayan susyahh, sekalinya ada mahal boo ... naiknya lebih dari 100% harga eceran di Bandung, malahan ada juga yang sampai 200%. Itu belum termasuk pilihan warna yang minim T.T

Karena esensi Iedul Fitri adalah kembali ke fitrah yang identik dengan warna putih yang berimage suci, bersih dan tanpa noda. Maka color tonenya dibuat balance dengan penggunaan warna pastel yang merepresentasikan kelembutan dan cocok dengan moment Iedul Fitri ini.

Sayangnya, stock demand yang labil telah menggeser color tone ke arah sebaliknya.  Vibrant.  Atau yang biasa disebut dengan warna stabillo (merujuk kepada salah satu brand awal highlighter pen). Menjadikannya  seperti flower headband ala Frida Kahlo de Rivera, pelukis kebanggan Meksiko yang alisnya tersambung dan berkumis tipis kaya Iis Dahlia.


Bagi yang awam membuat flower paper tampak sepele, tinggal gunting-gunting, lipat-lipat, ikat-ikat, jadi dehhh ... Yakali gak ada kerjaan T.T

Ketika bulan Ramadhan tiba, siklus harian berubah mengikuti waktu imsyak dan buka, karenanya hidupku jadi tak menentu. Bi Kenda (istrinya Pak Kenda, mantan supir ayah dulu) yang biasa bantu-bantu di rumah cuti permanen karena mau merawat cucunya. Mama juga marah-marah karena pusing menjelang Iedul Fitri (krikk ... krikk ...)

Oh, itu belum seberapa dengan adikku mendadak hengkang dari proyek ambisius Iedul Fitri yang #instagramable ini, dia terlalu lelah untuk melakukan hal remeh-temeh nan detail sepertiku. Ia lebih memilih untuk pindah ke dunia virtual yang maya ...
Anggap saja, ujian di bulan Ramadhan hehe


Aku terpaksa memboikot usulan adikku untuk menempelkan flower paper di tembok menggunakan double tape, karena akan merusak tembok berserta flower paper yang susah payah kubuat. Sebagai solusinya aku menggunakan kawat ram ukuran 1 cm dari toko material sebagai penyangga, flower paper yang sudah dibuat diikatkan ke kawat ram. Tak perlu basa basi atau usulan tak berkesudahan. All is up to me ...

Voila!!!

Untuk menempelkan kawat ram yang sudah ditempeli flower paper di tembok aku dibantu Sarmidut a.k.a Pongky yang eksis se-BTN Ciheuleut.
Sarmidut                : “Mbak ngapain bikin dapros banyak-banyak?”
Aku                         : “Pliss dwehh ... ini bunga tau”
Sarmidut                : “Bunga dapros”
Aku                         : zzz ... zzz ... zzz
*makanan tradisonal berbahan beras ketan berwarna warni yang dibentuk seperti bunga ros / rose (mawar)

Demi Iedul Fitri yang #instagramable ini, aku sampai begadang kaya zaman kuliah dulu, tidur setelah sholat shubuh tapi mesti bangun pagi karena ikutan kursus, siangnya baru hibernasi sampai mama pulang dari kantor. Terus-terusan hingga H-1 sebelum Lebaran.

But, no matter how hard those days I’m so exciting with this project.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kalau Ramadan tahun lalu kita bukber (buka bersama) di... di... dimana yah??? Eh, tahun kemarin kita ngadain bukber gak sih?

Oh iya, Ramadan tahun kemarin aku memang tidak menghadiri bukber karena mama sakit. Tapi emang pada ngadain bukber gak sih? Kayaknya gak ngadain bukber deh... eh tapi gak tahu juga, lupa. Seingatku, terakhir kali ikutan bukber waktu di rumah Acong yang di Antapani. Bubar sekaligus nginep bareng dengan keluarganya Acong. Seriusan. Dengan keluarganya Acong. Dengan Ibu, Bapak dan Azka adiknya Acong.

Tujuan bukber yang sesungguhnya adalah bersilaturahmi, ya meski ujung-ujungnya berlanjut dengan curhat sekaligus saling menukarkan kabar teman-teman yang lain a.k.a gossip haha Karena, terlalu banyak kata-kata yang malas diketikkan di chat. 

Pada setiap Ramadan, minimal kita akan mendapatkan 3 undangan bubar, dari teman kerja, dari teman kuliah, dari teman SMA dan dari teman SMP. Lalu ada dari teman komunitas (kalau ikutan itu juga), dari teman semasa SD dan dari teman semasa TK (seriusan... mungkin gak tahu mau bubar apalagi kali ya...).

Tapi karena kita adalah teman sedari SMP hingga SMA, dengan jumlah yang limited edition yang cuma segitu-gitunya. Maka bisa dipastikan yang ikutan bukber ya cuma segitu haha, yang lain berhalangan hadir karena kesibukannya masing-masing, bubar dengan keluarga kecilnya atau bubar dengan mertua.

Berhubung belum sukses dan punya harta berlimpah, bukber tidak diadakan sebagaimana mestinya kaum urban poverty yang eksis di social media. Kita memilih untuk bukberdi rumah Medus yang kosong di Margahayu, yang udah dipilih duluan bahkan sebelum Medus baca chat.

Parahnya, di sepanjang jalan yang berjubel dengan orang-orang yang kalap mau belanjain uang THR, banyak diantaranya yang makan dan minum seenaknya... kalau perempuan kan wajar, anak-anak mungkin masih belum kuat puasa, tapi laki-laki? OMG... Plis euy!

How could Ramadan sell a man's faith? By lust.

Icunk yang stand by semenjak jam 9 pagi di Kepatihan sudah bosan ikut-ikutan orang lain memilah-milah baju, ia juga pusing lihat mega consumer behavior orang Indonesia di kala menjelang Idul Fitri. Akhirnya ia duduk di samping nenek-nenek yang kecapekan diajak belanja. Chatting dengan kita yang belum sampai meeting point.

Karena jalan dialihkan aku harus jalan kaki dari Pasar Baru, panasnya Bandung hari itu membuat keadaan semakin semrawut. Jalan macet. Klakson bersahutan. Orang-orang sewot.

Aku menemukan Icunk sedang asyik menonton orang-orang yang berjuang demi penampilan maksimal di hari Idul Fitri. Kita lalu duduk-duduk sambil menunggu Pici yang katanya salah naik mobil dan terdampar di entah dimana, tertawa-tawa membayangkannya marah-marah karena rempong membawa baso aci fresh dari Garut.

Ohh... tapi itu belum seberapa. Medus, yang jadi host bubar Ramadhan ternyata terjebak macet sebelum mencapai bandung. Istilah “anggap saja rumah sendiri” ternyata sangat berlaku bagi Deya yang datang duluan, dengan semangatnya ia lantas menyapu, mengepel dan membereskan rumahnya #eh rumah Medus haha

As our predictions. Pici marah-marah karena baso aci, ya, baso aci. Karena menunggu baso aci ia terlambat pergi, terjebak macet dan nyasar gak tahu dimana. Demi Deya yang tangginas, kita langsung pergi ke rumah Medus via Gojek.

Berbukalah dengan yang gurih dan enyoi !!!

Mari kita sambut... baso aci !!! jennggg... jennggg... jennggg...


Curhat session dimulai sejak beres sholat Isya, dilanjutkan dengan saling menukarkan kabar teman hingga dini hari. Capek? Nggak. Haus? Biasa aja. Lapar? Iya!!! OK. Kalau gorengan dan es kelapa muda adalah appetizer, dan nasi beserta segala lauk pauknya adalah main dish, maka seharusnya baso aci adalah dessert. Seharusnya...

Kenyataannya, after that that's all...

Setiap kali ada pedagang yang lewat kita stalking-in hehe Alhamdulillah stalking kali ini membuahkan hasil yang real, ronde dan mie tektek. FYI, itu belum termasuk cemilan ringan lainnya, semacam keripik dan endog lewo yang kalau dimakan kebanyakan bisa bikin keselek. RWG U.U


Rasa-rasanya semalam belum cukup untuk menceritakan ‘what’s happened to me’ selama ini, kalau kata Jupe mah tumpehh tumpehh... semuamuanya diceritain, dari yang konyol sampai yang serius, dari yang galau sampai yang selow. Fits in it.

Entah dosa apa temanku yang satu ini, dia digerebek polisi ketika sedang ditraktir karaoke oleh teman-temannya. Agak konyol tapi lucu ya... sedang meriah-meriahnya tiba-tiba... nyesss... langsung deh spechless... and it’s became the coolest birthday she ever had hehe

Tapi yang paling menarik adalah tentang urusan cinta, yaelahh cinta... eceng gitu! Haha Ada yang galau karena menikahnya masih lama, ada juga yang masih santai tapi orang tuanya enggak, ada juga malah yang bingung gak tahu maunya gimana.

Let it flow aja seus... ^.^
The 13th year of friendship, and still counting.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dengan berkembangnya fashion design di Indonesia saat ini, turut berkembang pula sense of design di masyarakat. Tingginya market demand membuat industri fashion berlomba-lomba memenangkan market competition yang berimbas langsung kepada designer selaku trend research dan trend maker. Oleh karena itu designer dituntut harus lebih inovatif dan kreatif dalam menciptakan suatu design, jika masih ingin bertahan di industri fashion yang tumbuh dengan pesat.

Bukan hal yang mudah untuk memunculkan orisinalitas design, apalagi jika berkecimpung di industri fashion yang notabene memiliki cycle of trend. Salah satu trend yang berkembang adalah dengan memasukkan unsur kearifan budaya lokal ke dalam design, dalam hal ini tentu saja berupa kain seperti batik, songket, jumputan, sasirangan dan lain sebagainya.


Batik masih menjadi primadona dalam industri fashion, khususnya dalam lini ready to wear. Sebagai salah satu warisan budaya yang ditahbiskan oleh UNESCO, batik memiliki keunggulan dalam hal keberagaman motif dan teknik yang digunakan.

Pada umumnya batik dikombinasikan dengan material berwarna polos untuk mendapatkan kesan balance, karakter batik yang fully printed membuatnya agak sulit dikombinasikan dengan material yang serupa. Jika tidak ditangani oleh ahlinya, maka yang akan terjadi adalah messy design. Namun tampaknya hal tersebut tidak berlaku bagi Batik Amarillis, sebuah local brand asal Tangerang yang memproduksi produk  ready to wear batik.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

‘Kenapa ya sekarang barudak (teman-teman) membosankan?’#eeeaaaaa

Vici yang sudah merasa gak asyik lagi di grup Line angkatan tiba-tiba mengangkat issue yang nyata di chatting sebelum tidur,  tentang betapa gak asyiknya kita kini dan betapa hal tersebut membuatnya bosan. Ralat. Bukan hanya Vici, aku juga #eh, aku dan barudak yang lain #eh #eh, aku dan barudak yang lain yang masih single #eh #eh #eh.

Mungkin barudak jadi membosankan karena segmen chatting juga turut berubah mengikuti usia dan status terbaru. Kalau dulu topik pembicaraan kita hanya seputar orang tua, kuliah dan pacar, kini mulai berkembang ke arah yang lebih private dan emak-emak banget, seperti urusan suami, anak dan life style yang dijalani. Peoples changed ... hanya saja mereka yang lebih duluan berubah. Kita mah menyusul ...

I’m believed in phrase ‘Age is just a number ‘. Usiaku saat ini adalah 26 tahun, namun anehnya aku tidak merasa sedang berusia 26 tahun, aku malah merasa sedang berusia 23 tahun. 3 tahun lebih muda dari yang seharusnya. No ... No ... No ... Bukannya aku sok muda atau sok kecakepan karena masih sering dikira masih duduk di bangku kuliah, atau dikira fresh graduate yang lagi on fire mencari kerja setelah diwisuda 2 minggu yang lalu. Aku hanya penasaran kemana 3 tahun yang hilang itu. 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk bisa dicuri atau dihilangkan begitu saja.

Dengan berkembangnya segmen chatting, maka bisa dipastikan kini hanya sedikit barudak yang berpartisipasi di grup Line angkatan. Kalau bukan karena ada moment penting seperti pengumuman pernikahan dan sharing foto setelah ketemuan, grup Line angkatan sepi penggemar. Kalau pun ada, hanyalah saling mengucapkan selamat ulang tahun yang riuh dengan taburan doa-doa penyemangat mencari jodoh.

Untuk memecah kesunyian grup Line angkatan yang mati suri, biasanya salah seorang barudak akan basa basi dengan say hi atau apalah, seperti  halnya ‘hi tweeps’ di Twitter. Lalu, bermunculanlah anggota grup lainnya yang magang jadi silent leader, saling berkomentar, saling mencela, saling mengingatkan. Notification alarm seakan tak henti-hentinya menyala ketika kita sudah menjadi ikan Piranha yang suka rebutan membalas chatting.
As a Cinderella story, kesenangan chatting berjama’ah hanya bertahan sampai tengah malam saja, keesokan harinya grup Line angkatan kembali sunyi. Dan, aku yang juga ikut meratapi grup Line angkatan memutuskan untuk kudeta mandiri, membuat grup Line baru dengan segmen single yang butuh penghiburan teman.

Single.

Singel.

Singgel.

Singlet.

Kenapa mesti Singlet? Karena lebih mudah diingat dan lebih down to earth daripada lingerie. #meanwhileinindonesia

Dengan Singlet, aku merasa kembali ke masa lalu, masa dimana barudak ngobrol ngalor ngidul dengan casualnya, diselingi dengan heureuy ala barudak yang setiap katanya mengundang tawa. Dan yang terpenting, chatting sebelum tidur tidaklah membosankan seperti sebelumnya ...


FYI, we’re still available lohh ... haha
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates