Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Memang, ada istilah yang berbunyi “don’t judge the book by it’s cover” Ah, tapi bagi saya hal itu sudah terlanjur basi. Orang yang pertama kali mencetuskan istilah itu belum pernah menikmati cover buku yang menarik atau full illustration, sudah jelas, karena disaat itu belum ada profesi sebagai graphic designer dan illustrator yang serius menggarap cover buku.

Hal yang pertama kali menarik perhatian saya ketika akan membeli buku adalah covernya bukan isinya, cover design berada di depan sedangkan resensi berada di belakang menandakan bahwa “you can judge the book by it’s cover” karena seharusnya cover design merepresentasikan keseluruhan isi buku. 

Makanya, saya seringkali merasa kesal kalau kecele membeli buku, cover designnya bagus tapi isinya ngehe, apalagi kalau sampai gak nyambung. Eh, tapi itu belum seberapa dengan rasa kesal ketika menemukan buku dengan cover design yang (bagi saya) ngasal, copy paste dari gambar-gambar yang sudah familiar di Google . Pada kemana graphic designernya?

Seringkali penerbit mencetak ulang buku dengan cover yang baru, bagi saya itu tidak menjadi masalah selama masih bisa merepresentasikan keseluruhan isi buku, jangan sampai cover design yang baru jadi boomerang bagi penerbit, syukur-syukur bisa menaikkan oplah.

Ketika sebuah buku diangkat ke layar lebar atau difilmkan. Apakah cover design buku tersebut perlu dirubah seperti movie posternya? Mmm ... kayaknya gak perlu deh, buku ya buku, film ya film, cover design merepresentasikan keseluruhan isi buku sedangkan movie poster merepresentasikan keseluruhan isi film. Buku merupakan hasil karya pemikiran penulis sedangkan filmnya adalah hasil representasi pembuat film mengenai buku tersebut, 2 hal dengan ekspetasi yang berbeda tidak bisa dipaksakan untuk sama. Jadinya rumpang.

Menurut saya buku dengan cover design yang (masih) orisinil jauh lebih menarik ketimbang dengan cover design edisi movie poster. Saya tidak menyatakan bahwa cover design yang edisi movie poster itu jelek, hanya saja (agak) mengganggu karena mengurangi esensi dari buku tersebut. Jangan lupa, seringkali film yang diadaptasi dari buku memiliki cerita yang sedikit (atau banyak) berbeda dengan versi bukunya.

Saya sendiri pun pernah mengunjungi beberapa toko buku (large and medium) untuk mencari buku dengan cover design yang orisinil dan ternyata tidak ketemu. Sebenarnya sih buku itu ada, tapi cover designnya yang baru membuat saya kesal. So, i have nothing.
Well ... Saya tidak ingin memaksakan diri untuk memiliki apa yang tidak ingin saya miliki. 

Dilihat dari segi marketing tentu saja perubahan cover dengan edisi movie posters merupakan salah satu strategi promosi film. Tapi ya ... coba difikirkan lagi deh, jika ingin membeli buku yang sudah diadaptasi menjadi film, calon pembaca pun sudah tahu pasti judulnya tanpa harus dibantu dengan movie posters. Selain itu, kadangkala saya juga merasa terus menerus dibayangi visualisasi di film ketimbang membaca buku itu dan meresapi isinya.

Anyway,serepresentatif apapun cover design tetap saja tidak akan mampu merubah nasib sebuah buku, karena pada akhirnya isinyalah yang akan dinilai oleh pembaca.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

The first time I know Audrey Tautou (France actress) is when I saw “Priceless” when I’m in Senior High School, that movie is about a mistress who falls in love with a poor hotel staff. Also, that’s my first time watching France movie without dubbing, the dialect is funny and interesting. After that, I searched the other movie by Audrey Tatou, and I saw A Very Long Engagement and Amelie later.

This movie is about Amelie Poulain, a (little) girl who lives in France. Her mother died after praying in the church hit by people who jumped from the tower, then she lived with her father for a year after before deciding to leave her house. She is very curious and enthusiastic about the people and conditions around her. 


Amelie is working in the cafe and almost every day she uses the train, one day she found a photo in the photo booth several times, then she tries to figure out who is the man in the photo. She is living in the apartment facing on painter's room, who never finished his last picture. One day she found a little tin box stuff of for a young boy, and she decided to return back the box to the owner.

The most interesting thing is the details of the movie, I loved the way of Amelie interest description and the habits, it seems so unique and funny. Then, the tone color ... whooaaa ... it’s kind of the other European movie, soft and bright.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Mungkin karena mama sakit jadinya lebaran tahun ini kerasaaa banget bedanya... kalau dulu Ramadan kita berdua udah rempong belanja sana sini, rajin mantengin 3 mini market yang berdekatan demi mendapatkan barang terdiskon, hunting ta'jil sampai nyari mesjid untuk tarawih keliling, sekarang kita diemaja di rumah nonton Kang Mus marahin Kang Komar. Sedih banget kan...

Di setiap Ramadan kita selalu membagi-bagi tugas, mama stay di dapur masak-masak, saya beres-beres rumah dan Widy nonton TV. Kalau ditanya sebel ya sebel banget. Tapi apa mau dikata, kalau puasa kan jangan marah, takut batal. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di H- sekian saya sibuk mengganti tirai-tirai dan sprei di setiap kamar, menyusun cemilan di toples-toples, membersihkan karpet-karpet dan berusaha untuk membereskan baju-baju. It’s a though job. Really.

FYI, tahun ini (daily) asisten rumah tangga kita cuti awal karena anaknya melahirkan dan dia punya cucu baru, jadilah saya yang mesti mengerjakan (hampir) semua pekerjaan rumah, kecuali menyetrika. Biarlah orang lain yang melakukannya (kode keras untuk Mang laundry).

Kalau dulu sepulang kerja kita langsung ngabuburit sambil cari tempat makan, sekarang kita ngabuburit di depan TV. Kalau dulu kita sok sibuk bikin (rencana) menu untuk sahur, sekarang kita beneran sibuk searching menu untuk diabeter. Kalau dulu kita sering keluar masuk mini market demi survei harga terdiskon dari yang diskon, sekarang sudah cukup survei harga di koran atau checking Line group. Kalau dulu kita sering tarawih keliling, sekarang sholatnya masing-masing.

Anyway, alhamdulillah saya gak masuk rumah sakit kaya tahun kemarin.

Seperti biasanya kita shalat Idul Fitri di alun-alun (lapangan) Subang dan kita sudah sibuk menyetrika baju sejak dini hari. Sayangnya, sholat Idul Fitri tahun ini tidak berjalan normal seperti biasanya, ada insiden besar yang membuat ibadah selama sebulan runtuh seketika. Microphone yang digunakan imam sholat Idul Fitri agak bermasalah, suaranya kecil sekali hanya terdengar di bagian depan saja, padahal sedari dulu suara imam shalat Idul Fitri pasti terdengar sampai ke seluruh lapangan.

Saya sendiri pun kurang khusyu karena harus mencari suara imam yang sayup-sayup terdengar diantara suara tangisan balita dan anak-anak yang ingin beli balon. Disaat itu pula terdengar suara bergemuruh dari bagian belakang dan samping, seperti pada saat demo May Day, lalu ada suara sepeda motor yang sengaja digas kencang ala remaja geje yangsok-sokan jadi anggota geng motor.

Setelah shalat usai kita semua kebingungan dan khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti isu perpecahan antar agama atau kerusuhan antar pemuda saat Ramadhan yang dibawa sampai idul Fitri. Jangankan mendengarkan khotbah, yang ada kita semua sibuk mencari tahu dan selfie/ wefie pakai mukena baru.

Ternyata, sumber masalahnya adalah imam shalat idul Fitri, karena suaranya tidak terdengar ke seluruh lapangan makmum yang merasa kesal menyoraki imam. Mungkin niatnya mengingatkan imam seperti saat imam salah membacakan ayat, tapi bukannya lebih konsentrasi mencari suara imam dan melanjutkan sholat, makmum tersebut malah menyoraki imam terus menerus bahkan sampai melempar-lemparkan mukena ke atas layaknya wisudawan melempar toga. Subhanallah...

Bagi yang belum puas, dilanjutkan dengan mencaci dan membicarakan dengan terang-terangan, tapi karena kita adalah generasi yang kekinian, maka kita pun sibuk curhat di socmed.

Miris sekali ya... Semua ibadah yang sudah dilakukan harus pupus karena microphone.

Tak mungkin dipungkiri bahwa andil panitia pelaksana pun cukup besar, bagaimana mungkin mereka bisa menyediakan microphone dan sound system seadanya untuk shalat Idul Fitri yang hanya dilaksanakan setahun sekali? Padahal mereka selalu menyediakan microphone dan sound system terbaik untuk acara musik yang ricuh.

Apa kabar pemerintah?

...

...

...

Maaf, mereka sibuk menggosok batu akik. LOL.

And there is a little bit inconvenience ... Rombongan keluarga kita yang datang secara terpisah sempat kena gusur lapak sholat. Karena datang lebih awal, keluarga kita memilih tempat sholat di depan (bukan depan sekali) di belakang tempat sholat pria yang dibatasi dengan tali rafia dengan alasan ingin lebih dekat dengan imam. Pada saat sedang mendengarkan khotbah pra sholat, tiba-tiba muncul rombongan ibu-ibu pejabat yang menyuruh untuk pindah, padahal keluarga kita dan (beberapa rombongan) yang lainnya sudah menggelar sajadah dan mengenakan mukena.

Sebagai masyarakat kita sangat menyayangkan sikapnya yang arogan sebagai orang penting. As far as I know, penentuan tempat sholat itu bukan berdasarkan status sosial atau jabatan di pemerintahan melainkan berdasarkan waktu kedatangan, yang awal datangnya akan mendapatkan shaf terdepan sementara yang datangnya akhir akan mendapatkan shaf dibelakang. Mungkin sense of belonging beliau sangat tinggi, hingga tempat sholat pun bisa dklaim...

Meskipun sholat Idul Fitri kali ini benar-benar di luar batas ibadah, saya juga menyayangkan sikap makmum pria yang semakin parah dari tahun ke tahun. Banyak sekali makmum pria yang shalat di belakang makmum wanita, padahal masih banyak tempat kosong  yang tersedia. Alasannya? Kalau di lapangan rumputnya basah kena air embun, sedangkan trotoar dan jalan aspal lebih kering dan datar, terus biar pulangnya gampang biar gak desak-desakan. *dan mereka pun bubar sebelum khutbah selesai.

Karena mama (sedikit) ngadat di pagi harinya jadilah kita tak menyempatkan berfoto ala lebaran seperti tahun-tahun yang lalu, yang ada kita disibukkan oleh kedatangan sanak saudara dan tetangga yang bersilaturami, rumah kita mendadak riuh.

Dan tengah hari mama tepar karena capek duduk terus di singgasana seharian.

Tambahan:
Di H+2 Idul Fitri, kita menyempatkan diri untuk main sebentar ke Gunung Tangkuban Parahu yang lokasinya berada di perbatasan Bandung dan Subang. Perjalanan menuju kesana macet luar biasa tapi tanggung kalau mau balik lagi.  



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Film ini menceritakan tentang 2 orang yang tidak saling mengenal satu sama lain, tapi memutuskan untuk berpetualang bersama karena sama-sama geje dan satu kebangsaan.

Karena mereka berdua tidak memiliki nama (ada sih ...) tapi mereka memilih untuk merahasiakan nama mereka karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Mari kita sebut saja Anu (laki-laki) dan Una (wanita).

Anu yang patah hati diputuskan pacarnya memilih untuk pergi berwisata ke Korea Selatan menggunakan jasa biro perjalanan, sayangnya sebelum pergi dia sempat dikerjai teman-temannya sehingga lupa membawa koper yang ada di mobilnya.

Sedangkan Una memilih untuk berbohong kepada pacarnya yang posesif demi menghadiri pernikahan temannya di Korea Selatan. Una pergi sendiri dan berencana untuk menikmati me time nya.

Anu dan Una sempat saling keki karena urusan telepon di bandara. Anu yang baru sadar tidak membawa koper langsung merana seketika dan mengambil selimut maskapai karena kedinginan. Karena sikapnya yang kurang baik Anu dihindari teman-teman rombongannya.

Ketika sampai di hotel Anu merasa lapar dan memutuskan untuk pergi mencari makan, karena mabuk dia tidak bisa menemukan jalan pulang dan tertidur di depan hostelnya Una. Keesokan paginya Una tak sengaja membangunkan Anu, Anu yang terkejut minta diberitahu jalan pulang menuju hotelnya, meskipun Una sudah menjelaskan secara terperinci Anu masih tidak mengerti dan minta diantar ke hotelnya. Ternyata Una salah menunjukkan hotel,lalu Anu marah-marah karena ditinggal pergi rombongannya.

Kesal karena ditinggal pergi rombongannya Anu memutuskan untuk mengikuti Una, awalnya Una merasa risih tapi lama-lama kasihan juga karena Anu tidak bisa berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, selain itu karena mereka memiliki berkewarganegaraan yang sama, Thailand.

Maka dimulailah petualangan mereka,dimulai dari mengunjungi tempat-tempat wisata khas drama Korea Selatan sampai dengan mabuk bersama-sama.Meski begitu seringkali Una terlihat kesal setelah menerima telepon dari pacarnya.


Keesokan paginya Una terbangun di kamar hotel Anu yang berantakan dan mendapati videonya dengan Anu. Una kaget sekali saat tahu pacarnya sudah menelepon berulang kali, seakan belum cukup, Una diputuskan sepihak karena berbohong, pacarnya melihat teman (yang katanya) seperjalanan dengan Una di mall semalam.

Anu yang merasa bersalah akhirnya berusaha menghibur Una dengan berbagai cara dan bersama-sama melakukan hal-hal yang dilarang pacarnya Una.Dari sanalah akhirnya mereka merasa cocok satu sama lain, tapi mereka bersepakat agar tidak memberitahukan nama masing-masing, karena ... lebih baik begitu.



Mereka kemudian berpisah saat rombongan biro perjalanan Anu datang menjemput, Anu yang merasa canggung kembali lagi ke tengah-tengah rombongannya memutuskan untuk turun dan berlari mengejar Una. Anu mengajak Una melihat salju dan bersedia mengantar Una ke pernikahan temannya.

Dan dimulailah petualangan sesi kedua ini, bedanya kali ini mereka menyewa sepeda motor menuju skiresort. Disana Anu makan salju dan Una buka baju karena sama-sama ingin tahu rasanya salju. Setelah itu mereka menginap di lovehotel yang sempit dan menceritakan cerita-cerita palsu tentang diri mereka.

Akhirnya mereka sampai ke rumah temannya Una, karena salah faham orang tuanya menyangka mereka sudah menikah. Malam harinya, Anu berusaha menghubungi mantan pacarnya, melihat hal itu Una memberi saran agar Anu menelepon program radio favorite Una, semacam sesi curhat via radio yang bisa didengar semua orang.

Keesokan harinya mereka pergi ke toko souvenir untuk membeli hadiah, Una menyuruh Anu menuliskan perasaannya terhadap mantan pacarnya di postcard dan mengirimkannya. Tak disangka, Anu bertemu dengan teman-temannya disana dan memberi tahu kalau mantan pacarnya itu akan segera menikah.

Anu yang badmood merusak pernikahan temannya Una, kemudian dia pergi ke casino untuk bersenang-senang. Setelah berkali-kali kalah Anu memutuskan untuk pergi, tapi Una tetap tinggal dan menang !!!


Dengan uang itu mereka melanjutkan petualangan sesi ketiga, tapi kali ini mereka rela menghambur-hamburkan uang, bahkan membeli mobil. Seperti kata pepatah “every story has their end”, mereka kemudian bersinggunggan pendapat dan marahan. Anu meninggalkan Una di mobil, tapi setelah berjalan selama beberapa saat dia kembali dan mendapati Una dan mobilnya menghilang.

Ternyata Una menelepon pihak hotel untuk menjemputnya dan menunggu Anu di lobby. Anu yang kalut segera meminta maaf kepada Una yang sudah menunggunya sedari tadi.

Mereka kembali ke hostel Una untuk mengambil barang dan memutuskan untuk memulai awal yang baru ketika sampai di Thailand. Karena belum pernah berfoto bersama Una meminta bantuan seorang wanita untuk mengambil foto mereka, ternyata wanita tersebut adalah mantan pacar Anu yang menyusul ke Korea Selatan segera setelah menerima postcard. Akhir yang canggung bagi mereka berdua...

Mereka pergi dengan tidak mengenal satu sama lain dan pulang dengan berpura-pura tidak mengenal satu sama lain, saling menghindar untuk menjaga perasaan masing-masing. Sekeras apapun mereka berusaha saling mencari tetaplah sulit karena mereka tidak tahu nama masing-masing.

Note:
Film ini mencangkup SouthKoreanTour yang singkat padat dan berisi, terlebih lagi alur ceritanya yang terbilang masih fresh dan seru, acting pemainnya yang lucu dan cukup natural juga membuat saya betah menotonnya.

Dan satu hal lagi, film ini mengajarkan betapa pentingnya arti sebuah nama ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
“She came to me wholly herself, i was just lucky enough to catch her”
Calvin Weir-Fields adalah seorang novelist-to-be yang sedang kebingungan mencari ide untuk novel perdananya, (sedikit) frustasi dengan kondisinya akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui seorang therapist, Dr. Rosenthal. Melihat kondisi Calvin yang seperti itu Dr. Rosenthal memberikan Calvin sebuah tugas, yaitu menuliskan hal-hal yang disukainya.

Setelah itu Calvin mencoba untuk menulis tentang seorang wanita yang dia inginkan dan harapkan lengkap dan tertidur di atas mejanya sampai pagi. Keesokan harinya kakaknya Harry dan Suzan mengunjunginya dan menemukan beberapa barang khas wanita di rumah Calvin, terkejut dengan penemuannya dia segera menanyai Calvin.


Tiba-tiba muncul seorang wanita bernama Ruby Sparks yang mengaku sebagai kekasih Calvin, Calvin pun terkejut karena dia sedang tidak memiliki kekasih apalagi namanya Ruby Sparks, karakter fiktif yang ditulisnya semalam.

Ruby kebingungan melihat sikap Calvin yang juga kebingungan dengan kehadiran Ruby. Meski begitu akhirnya Calvin bisa menerima kehadiran Ruby dan mulai menikmati saat-saat bersamanya.
Satu hal yang membuat jengah dari Calvin adalah dia gemar sekali mengatur Ruby semena-mena, jika dia menemukan suatu hal yang agak menggangu atau kurang disukai dari Ruby, maka dia akan segera  menuliskan tentang Ruby dengan versi yang dia sukai, bahkan terkadang agak berlebihan.


Pada awalnya hal itu tidak menjadi masalah yang berarti, malah menjadi kesenangan tersendiri bagi Calvin, tapi lambat laun hal itu mulai mempangaruhi karakter Ruby dan menjadi boomerang bagi Calvin. Namun akhirnya Calvin pun menyadari bahwa Ruby pun ingin hidup sebagai dirinya sendiri bukan sebagai karakter yang ia ciptakan.

Setelah kepergian Ruby, dengan bantuan temannya Calvin berhasil menulis novel berjudul TheGirlfriend yang laris di pasaran.

Note:
Ruby Sparks adalah mimpi dari setiap penulis, at least for me. Film ini cukup memberikan gambaran mengenai angan-angan penulis dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anyway, this one my favorite movie ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates