Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Assalamualaikum ya bestie…

Setelah Ramadan dan Idulfitri biasanya aku dan kau (suka Dancow 🐄 *jebakan umur 😂) ber-halal bihalal dengan manteman yang nggak bisa ketemu saat Idulfitri lalu. Yha~ intinya mah, ketemuan jilid kesekian, namun karena momennya setelah Idulfitri maka bisa laya disebut sebagai halal bihalal. Ada 2 acara halal bihalal yang kuikuti, yakni halal bihalal di KBP (lagi 😁) dan halal bihalal di rumah Rela. Aku nggak ikut halal bihalal manteman SMP-SMA di Garut karena mesti kerja di harpitnas 😭.

AMBROGIO PATISSERIE KBP
Kita memutuskan untuk ber-halal bihalal di Ambrogio Patisserie karena ingin makan enak dengan suasana yang nyaman *yang pasti-pasti aja 😁. Kalau kalyan udah baca post Ramadan + Idulfitri pasti tahu gimana menderitanya hamba paska makan soto tangkar 😥, svmpah, berasa nggak napak tanah haha😁. Tadinya kita mendapat meja di samping jendela dengan view yang OK, namun memutuskan untuk pindah karena karena kursinya nggak ada sandarannya, bisi bumils cangkeul dan  tijengkang.

Sesi pilah pilih menu adalah sesi yang paling riweuh dan menantang, well… kita memilih menu di Gofood aja lama apalagi memilih menu ots 😂. Kadang suka kepikiran ya, kalau kita nggak berteman sejak lama kayanya aku udah walk out deh saking nggak kukunya 😂. Setelah kuingat-ingat lagi, kayanya sesi sholat lebih lama deh ketimbang sesi makannya, FYI mantemanku suka ngobrol (kapan pun dimana pun) makanya pergerakannya suka pada selow 😂.

@patisserieambrogio
📍 Bumi Palangkawati, Jl. Parahyangan Kav. 6B no 3, Kota Baru Parahyangan
📆 senin-minggu 08:00 – 21:00 WIB
🍲 Rp 30.000 – Rp 105.000
🍖 Rp 85.000 – Rp 215.000
🍝 Rp 42.000 – Rp 90.000
☕ Rp 10.000 - Rp 38.000
🍹 Rp 8.000 – Rp 38.000
*harga belum termasuk T&S

soto tangkar biang kerok

mushroom lasagna yang sebenarnya nikmeh

duo selfie 

TARALLE BAKEHOUSE
Jangan tanya kenapa kita akhirnya ke Taralle Bakehouse ya karena aku udah mulai nggak sadarkan diri, tahu-tahu duduk di jok mobil, tahu-tahu duduk di kursi café, tahu-tahu tahu Sumedang 😁. Sezuzurnya saat di Taralle Bakehouse aku udah nggak fokus karena pencernaanku stuck banget, mana posisi dudukku di bawah AC, makin menjadi-jadi yekan. Menteman udah bolak balik menawarkan untuk makan buah, minum obat dan pergi ke klinik karena air wajahku pucat, tapi aku masih merasa baik-baik aja 😰.

Biar agak perutku agak enakan aku order hot tea 😁 dan original pancake, sayangnya situasi pencernaanku udah nggak kondusif yang bikinku begah. Aku nggak sanggup menghabiskan pancake-nya dan membawa pulang sisanya, yha~ siapa tahu udah sampai kosan mah ingin ngemil. Sebenarnya menu di Taralle Bakehouse menarik ya dan porsinya sesuai gambar *penting 😁, namun karena kondisiku yang nggak fit jadinya lewat begitu aja hehe

@tarallebakehouse
📍 Ruko Pancawarna no 5-6, Kota Baru Parahyangan (jajaran Yomart di belakang IKEA KBP)
📆 senin-minggu 07:00 – 21:00 WIB
🍲 Rp 28.000 – Rp 55.000
🥞 Rp 23.000 – Rp 35.000
🥪 Rp 35.000 – Rp 45.000
🍹Rp 6.000 – Rp 38.500
*harga belum termasuk T&S

hazelnut latte Rp 25.000

Nutella strawberry crepes Rp 35.000

original pancake Rp 31.500

hot tea Rp 12.000

yang aku order

RUMAH RELA
Karena nggak semua bisa ikut halal bihalal di Garut maka tercipta wacana halal bihalal di Bandung. Tadinya kita mengira ke Summarecon untuk transit aja sedang makan dan jajannya mah dimana gitu, ternyata Rela udah prepare dongs 😅. Thank you Rela + Futih yang udah mau-maunya open house untuk kita yang ngobrol mulu, apalagi pas part ngobrolin Pak Dudung 😂, thank you juga Billy yang mau-maunya fotoin kita, alhamdulillah udah sah jadi instagram husbands-nya Beye. See you soon... 

*yang lain nggak ikut karena lagi long weekend-an.

sebelum mukbang

maafin Billy ya Med 😇

space masih lega tapi kita malah ingin dempetan 😁

Pulang dari rumah Rela + Futih kita nge-drop Hany dan Memed ke Ujung Berung, eh... tetiba hujan dongs, tahu-tahu udah sampe di Bakso Urat Cijambe 😂. 

baso urat Rp 21.000
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Film kedua yang kutonton di bulan Mei adalah How To Make Millions Before Grandma Dies, well... belakangan ini aku merasa butuh banyak hiburan, mellow aja gitu rasanya 😅. Saat aku cek di website, buseddd dah... film mb Pinacolada mendominasi banget. Di XXI se-Bandung-eun cuma Festival Citylink yang menayangkan How To Make Millions Before Grandma Dies, itu pun bukan di prime time. Di CGV masih mending laya, meski layarnya dikit hampir semua bioskop ada jadwalnya. Ofkors, aku memilih nonton di BEC ketimbang di Kings karena nggak mau pulang terlalu malam, parno euy perjalanan ke parkirannya 😅.

Temanku herman mengapa aku bisa nonton sendiri, karena menurutnya makan sendiri aja udah merupakan hal yang luar biasa. Gimana ya... sebagi teman yang luar biasa 😎, aku juga maunya nonton bareng tapi mantemanku punya kehidupan masing-masing dan aku nggak sampai hati mengganggu mereka 😁. Biar sat set aja gitu, makan lebih cepat, sholat lebih cepat dan pulang lebih cepat, minus-nya aku kadang merasa hampa karena nggak ada teman untuk ngobrolin filmnya 😅. Aku udah nggak install simsimi. FYI aja sih ini mah 😂.


Judul How To Make Millions Before Grandma Dies memang bikin lidah belibet, makanya netizen bikin judul masing-masing biar gampang nyebutnya. Kocak banget 😂. Karena premisnya adalah cucu pengangguran yang merawat neneknya maka aku mengira How To Make Millions Before Grandma Dies adalah film from zero to hero-nya si cucu, dimana dia akan berusaha keras mendapatkan uang demi neneknya. Ternyata nggak sebegitunya ya... setelah nonton filmnya aku merasa judul How To Make Millions Before Grandma Dies agak clickbait dan bikin miskonsepsi 🤔.

Aku nonton How To Make Millions Before Grandma Dies di awal penyangannya, bisi keburu turun layar 😅, tapi sampai saat review ini kutulis filmnya masih tayang di bioskop. Terima kasih kepada netizen yang udah meramaikan, baik beneran ingin nonton atau yang sekedar fomo, Awal-awal review-nya pada bagus namun kini mulai bermunculan review zuzur apa cuma gue yang... 😶. IMHO, pengalaman nonton setiap orang pasti akan berbeda meski baca atau nonton review yang sama, kalau cuma sekedar ingin meluapkan emosi kurasa masih ada cara lain, potong bawang misalnya.

Memang, bagimu taste-mu bagiku taste-ku, selera kita bisa sama bisa juga nggak.


Film dibuka dengan M (Billkin Putthipong) dan keluarganya yang mengunjungi makam Agong (kakek), disana Amah (Usha Seamkhum) terkilir yang membuatnya dibawa ke rumah sakit. Saat diperiksa secara seksama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dokter menemukan bahwa Amah memiliki kanker dengan harapan hidup paling lama 1 bulan. Anak-anak Amah: Kiang (Sanya Kunakorn), Chew (Sarinrat Thomas) dan Soei (Pongsatorn Jongwilas) sepakat untuk merahasiakannya. M yang terinspirasi oleh sepupunya Mui (Tontawan Tantivejakul) kemudian pindah ke rumah Amah dengan dalih ingin merawatnya.

INTERAKSI
Di 30 menit pertama kita akan dibuat tertawa-tawa melalui interaksinya M dan Amah saat mulai tinggal bareng, sisanya mah bhay! Scene-nya Amah memberitahu temannya Ngek bahwa ia sakit bikin kita terpingkal-pingkal, kocak banget nih dialognya. Oh ya scene M mandiin Amah untuk pertama kalinya juga nggak kalah kocaknya. Menurutku M dan Amah memiliki chemistry yang OK sebagai nenek dan cucu, dialog mereka yang penuh tarik ulur bikin suasana hangat pun dengan kejahilan kecil-kecil macem saat beli ikan goreng viral.



SETTING & PROPERTY
Aku nggak akan me-review setting dan property-nya How To Make Millions Before Grandma Dies karena udah dirangkum oleh akang teteh @biasalahanakmuda. Aku suka bagaimana tim bikin suasana rumah yang familiar, seadanya dan sesak oleh barang kenangan. Kalau kalyan bikin rumah jangan lupa bikin kamar di lantai dasar ya, nggak semua orang tua sanggup naik turun tangga loh ya... apalagi kalau udah renta dan pake kursi roda.



CAREGIVER
Sebagian orang melihat caregiver sebagai pekerjaan paruh waktu di sela mengerjakan pekerjaan rumah tangga, padahal caregiver itu 7/24. Kubilang begini karena aku pernah mengalaminya, mengurus obat-obatan, mencocokkan jadwal dokter, menyusun menu makan, bikin bepergian kit, memilih alat bantu medis, belanja printilan ini itu, mengganti lay out kamar, mengatur keuangan biar nggak kismin, menyimpan rekam medis, sampai menjaga mood pasien biar nggak tantrum 😂. Dan khow-khow sekalyan masih tanya mengapa aku nggak kerja 8-5???

Ada kalanya aku jengkel dengan tamu yang memberikan saran based on their experience, aku faham bahwa mereka hanya ingin membantu, nyatanya nggak semua saran benar-benar membantu yang ada malah bikin runyam 😅. Kurasa semua pencapaian dan hal baik yang pernah terjadi di dalam hidup seketika menjadi invisible saat menjadi caregiver, macem nothing aja gitu 😅. FYI, kini di LinkedIn kita bisa memasukkan caregiver untuk opsi career break, cukup membantu HRD saat screening.



HUBUNGAN YANG KANDAS
Kuyakin kalyan pernah mengetahui atau mengalami hubungan yang kandas perkara harta, entah itu hubungan pertemanan, hubungan kekerabatan atau hubungan persaudaraan. Hubungan persaudaraan Amah terputus paska saudaranya menolak memberinya bantuan untuk beli tanah makam. Hubungan persaudaraan Kiang-Chew-Soei merenggang paska Amah memberikan rumahnya kepada Soei. Bener apa kata Chew kepada Amah: anak laki-laki mewarisi harta sedang anak perempuan mewarisi gen kanker.



SIAPA YANG AMAH PALING SAYANGI?
Amah paling nggak suka Soei pulang ke rumah karena artinya ia sedang terkena masalah, nggak sekali dua kali debt collector datang menagih hutang ke rumah yang bikin Amah berakting jadi babu 😂. Tapi sebelum meninggal, Amah memberikan rumahnya kepada Soei ketimbang Kiang karena saat itu Soei yang paling membutuhkan. Kasih orang tua sepanjang masa kasih anak sepanjang galah, bukannya berterima kasih yang ada Soei malah memasukkan Amah ke panti jompo. Eanjirrr Soei… 😠😠😠😠😠

Dari How To Make Millions Before Grandma Dies aku mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang nggak pernah kutanyakan 😅. Scene saat Amah dan Chew beberes kulkas bikin hatiku membuncah saking harunya, yha~ bahkan mas yang duduk di sebelahku sesegukan. Semua orang tua berusaha membagi kasih sayangnya secara adil, namun budaya membuatnya berat sebelah. Kontradiksi budaya patriarki di Indonesia: di satu sisi kita ingin menghilangkannya namun di sisi lain kita malah memeliharanya 😂.



MOMEN-MOMEN MBREBES MILI
Ada banyak scene yang bikinku mbrebes mili, mostly adalah scene-nya M dan Amah. Scene saat Amah ngelindur kesakitan memanggil orang tuanya bikinku waswas Amah akan segera dijemput 😭. Sedang scene saat M dan Amah tetap menunggu Kiang, Chew dan Soei di depan rumah bikinku déjà vu dengan mbah uti. Namun yang paling nangis banget adalah scene saat M mengajak Amah pulang di rumahnya, macem… yah… sebentar lagi deh ini 😥.



BAGIMU TASTE-MU BAGIKU TASTE-KU
How To Make Millions Before Grandma Dies mungkin akan terasa relate untuk kita yang masa kecilnya dekat dengan figur nenek. Aku mengalami masa berangkat dan pulang sekolah ditunggui mbah uti di teras, dikasih jeruk diam-diam karena sepupuku yang lain nggak dikasih, amplop THR yang selalu disematkan ke baju pake peniti biar nggak hilang, bikin sapu tangan dari bahan sisa dan mengurai benang wol sisaan bikin cross stitch. Aku memiliki banyak kenangan dengan mbah uti makanya saat beliau mangkat sedih banget.

***

Kalau kalyan merasa How To Make Millions Before Grandma Dies ini over expectation isokey, mungkin kalyan keseringan baca dan nonton review-nya rang-o-rang makanya begitu nonton ekspektasinya langsung terjun bebas 😅.

All pictures were taken from the @watchmen.id thread.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hanya karena ku jarang (atau malah nggak pernah) bikin post atau IG story tentang skincare bukan berarti aku nggak pernah pake ya 😅. Just in case kalyan penasaran, aku ada skincare routine kok cuma ya standar aja yakni facial wash – toner – serum – moisturizer – sunscreen. Aku nggak tertarik mengamalkan 10 steps Korean skincare karena ribet dan bikin misqueen 😭, yukata I akan kenyang nyocol bala-bala pake moisturizer? 😅Well… aku nggak yakin inner glow akan muncul setelah minuman kita terpercik serum 😅.

Untukku skincare adalah kebutuhan kondisional yang berada di antara sekunder dan tersier, perlu… tapi nggak urgent. Karenanya sebisa mungkin aku memilih skincare yang ribet-less dan on budget, tahu sendiri yekan gimana ribetnya membagi waktu antara pake skincare dan sarapan 😂. Saat ini skin goals-ku hanyalah kulit wajah yang bersih dan sehat, bukan glass skin, glow skin, dewy skin atau apalah karena di Wakanda mah kulit wajah yang memancarkan gemerlap cahaya akan dianggap hinyai 😅.

Di post ini aku ingin berbagi skincare routine yang saat ini kuamalkan, yakali kalyan sedang mencari opsi lain atau ingin mencoba-coba. Sebelum membeli skincare aku punya beberapa kriteria yang kujadikan sebagai pertimbangan sebelum memutuskan untuk check-out apa nggak.

MUDAH DITEMUKAN
Aku lebih memilih skincare sejuta umat yang bisa ditemukan secara online/offline, ketimbang skincare indie yang untuk mendapatkannya mesti war wer wor atau pre order dulu. Just in case skincare-ku habis atau ketinggalan atau hilang aku bisa menemukannya dengan mudah ✨.

SESUAI KEBUTUHAN
Sebelum memutuskan untuk membeli skincare (atau apa pun) aku akan mencari tahu A-Z produknya, sebab salah-salah malah bisa bikin breakout yekan. Faktanya nggak semua skincare cocok untukku, apalagi di usia sawo matang begini 😅. Selama produknya nggak bikin iritasi, aku selalu berusaha menghabiskannya hingga tetes terakhir.

HARGA WAJAR
Aku membatasi budget skincare-ku di range mid-low selain itu… nggak dulu 🙇, memang ada rupa ada harga, masalahnya: bisa nggak nih aku repurchase kalau habis? Ingat ya, kebutuhan pokok manusia adalah sandang, papan dan pangan.

***

Selama ini aku nggak ada masalah kulit yang berarti kecuali kusam karena kekurangan sinar matahari dan eczema. Namun di musim panas tahun lalu (ebused… musim panas ceunah😂) kulitku sempat bermasalah karena suhu yang tinggi. Hampir semua skincare yang kuaplikasikan ke kulit wajah nggak bisa terserap dengan baik, lewat aja gitu… macem gaji haha. That’s why aku memutuskan untuk nge-skip skincare routine-ku sampai kulit wajahku kembali normal 😶.

Kondisi new normal paska musim panas jahara ini bikinku repot serepot-repotnya karena aku mesti mengkalibrasi ulang skincare routine-ku, termasuk mengganti beberapa produk yang dipake *tapi nanti balik lagi kok 😁. So… here they are, skincare routine-ku saat ini. 

***

FACIAL WASH 🌞🌜
Hada Labo Gokujyun Ultimate Moisturizing Face Wash 100 ml
Aku pake facial wash-nya Hada Labo udah lebih dari 5 tahun, udah pernah coba semua varian *yang ada di Indonesia. Sejauh ini yang paling terasa nyaman di kulit adalah Hada Labo Gokujyun Ultimate Moisturizing Face Wash, teksturnya ringan, mudah dibersihkan dan after taste-nya nyaman. Selama 5 tahun pake Hada Labo aku beberapa kali mencoba pake facial wash dari brand lain, ada yang cocok ada yang nggak, ujung-ujungnya aku balik lagi pake Hada Labo.

Shopee | Sociolla

TONER 🌞🌜
Hatomugi Skin Conditioner 500 ml
Sebelumnya aku pake Joylab Berry Bounce Facial Toner tapi produknya discontinue, ZBL banget yekan 😭. Setelahnya aku berganti-ganti toner, kalau habis ganti ke brand lain, begitu seterusnya sampai kita *yha siapa lagi menemukan promo bundle-nya Hatomugi Skin Conditioner. Aku nggak tahu apakah kalyan merasakan hal yang sama denganku, Hatomugi Skin Conditioner ini terasa agak pliket saat diaplikasikan ke kulit, namun begitu ditambahkan serum atau moisturizer langsung menyerap. Karenanya aku ingin segera ganti toner, tapi belum habis… 😅.

Shopee | Sociolla

SERUM 🌞🌜
Some By Mi Super Matcha Pore Tightening Serum 50ml
Sebelumnya aku pake Skintific 10% Niacinamide Brightening Serum namun memutuskan untuk ganti pake Some by Mi Matcha Pore Tightening Serum karena pori-poriku membesar sisaan musim panas lalu. Aku suka botolnya yang pake pump bukan pake pipet macem biasanya, tekstur serumnya agak encer dan mudah meresap. Meski nggak terlalu ketara pori-poriku udah agak mendingan ya… 😉.

Shopee | Sociolla

MOISTURIZER 🌞
Cetaphil Brightening Day Protection Cream SPF 15 50 gr 
Sebelumnya aku pake Skintific 5X Ceramide Barrier Moisturizer Gel namun memutuskan untuk nggak repurchase karena jar-nya tipu-tipu 😅. Aku tertarik beli Cetaphil Brightening Day Protection Cream ini karena melihat Lisna yang makin mirip Bu Ida-nya Fadil wkwk Yha~ aku tahu usia dan kondisi kulit kita berbeda, namun nggak ada salahnya mencoba bukan? Alhamdulillah jar-nya nggak tipu-tipu, teksturnya agak padat sehingga butuh waktu untuk meresap.

Shopee | Sociolla

MOISTURIZER 🌜
Nivea Crème 60 ml 
Aku memutuskan untuk mulai pake Nivea Crème setelah salah satu quorawan berlatar belakang kimia memberikan pencerahan. Menurutnya komposisi ingredients Nivea Crème yang simple itu udah paling pas untuk kulit wajah kita ketimbang skincare dengan kandungan ini itu. Pernah nggak sih kalyan kepikiran mengapa beberapa skincare dengan kandungan ini itu nggak bekerja dengan baik? Salah satunya adalah karena komposisinya yang hanya sekian persen dari keseluruhan, alasan yang sama mengapa kita butuh waktu hingga berbulan-bulan untuk mendapatkan hasil sesuai klaimnya.

Shopee 

SLEEPING MASK 🌜
Viva Waterdrop Sleeping Mask 80 gr
Aku pake Viva Waterdrop Sleeping Mask ini udah lebih dari 3 tahun, so far masih betah pakenya meski aku nggak ngaruh-ngaruh banget. Selama ini aku pake setiap malam sebelum tidur, namun sekarang pakenya selang seling dengan Nivea Crème

Shopee 

SUNSCREEN 🌞
Emina Sun Battle SPF 50 30 ml
Sebelumnya aku pake Carasun Solar Smart UV Protector SPF 45 namun memutuskan untuk nggak repurchase karena bikin kulitku terlihat hinyai. Saat ini aku pake Emina Sun Battle SPF 45, kurasa teksturnya nggak jauh berbeda dengan Emina Sun Battle SPF 30 yang agak encer namun mudah meresap. Packaging-nya pun lebih ramping dan eye catching (dan mirip dengan Somethinc), ukurannya cukup ideal untuk dimasukkan ke dalam pouch atau saku di dalam tas. Untuk aktivitas santai macem weekend di kosan atau mager di rumah aku pake Biore UV Aqua Rich Watery Essence SPF 50+. Teksturnya yang cair dan ringan bikinku rebahanku makin nyaman 😂.

Shopee 

LIP CARE 🌞🌜

Pure Paw Paw 15 gr
Sebelumnya aku biasa pake lip balm dari Nivea atau Vaseline, namun udah hampir 1 tahun belakangan aku pake Pure Paw Paw. Dibandingkan dengan lip balm, ointment lebih multipurpose dan bisa diaplikasikan ke permukaan kulit selain bibir. Kekurangannya Pure Paw Paw adalah ukurannya yang nggak se-compact lip balm dan nggak ada aplikatornya, mau nggak mau kita mesti make sure tangan kita bersih saat pakenya ya…

Di musim panas tahun lalu Pure Paw Paw-ku sempat mencair. Yap. kalyan nggak salah baca. Pure Paw Paw-ku teksturnya berubah dari balm menjadi cair yang ingredients-nya terpisah macem air dan minyak, jadi kalau mau pake tube-nya dipencet-pencetin dulu biar bercampur. Setelah ± 3 minggu, alhamdulillah Pure Paw Paw-ku kembali padat secara bertahap, sama sekali nggak kepikiran bahwa proses pemadatan bisa lebih cepat kalau dimasukkan ke dalam kulkas.

Shopee | Sociolla

Emina Lip Mask Milky Matcha 9 gr
Aku udah pake Emina Lip Mask ini selama 1 tahun lebih, ingin ganti tapi belum habis 😅.

Shopee 

Vaseline Lip Therapy Reveal Lip Scrub 10 gr *
Aku udah pake Emina Lip Mask ini selama 1 tahun lebih, ingin ganti tapi belum habis 😅.

*discontinue
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Marki-lai (memulai 😁) bulan Mei ini dengan me-review film Totto-chan dari POV netizen yang pernah membaca bukunya.

Hello~ manteman ngecengku 😂

Aku membaca buku Totto-chan: The Little Girl at the Window sekitar tahun 2005, di awal masuk SMA. Kalau nggak salah harga bukunya sekitar 35 ribu, masih terjangkau laya pada saat itu mah 👌. Untukku cover-nya sungguh sangat minimalis dan manis, hanya menampilkan gambar seorang anak kecil pake jaket yang sedang duduk. Aku lupa bukunya hasil memilih sendiri atau dibelikan ayah, karena ayah sering membelikan buku berdasarkan review yang dibacanya di koran 😊.

Totto-chan: Gadis Cilik di Tepi Jendela adalah memoir Tetsuko Kuroyanagi (Totto-chan) mengenai sekolahnya Tomoe Gakuen. Sebagai anak kecil tentcunya Totto-chan memiliki rasa ingin tahu dan energi eksplorasi yang tinggi, sayangnya nggak semua sekolah memiliki daya untuk memenuhi kebutuhan Totto-chan. Hal ini yang bikin emaknya puyeng karena mesti bolak balik mencari sekolah baru.

Kemudian emaknya Totto-chan memasukkannya ke Tomoe Gakuen, sekolah non-formal dengan kurikulum mandiri. Di Tomoe Gakuen, Totto-chan menemukan hal-hal yang sangat menarik dan bikinnya betah, yang mana bikin emaknya lega karena nggak mesti mencari sekolah baru. Jangankan Totto-chan, aku aja terkesima saat tahu kelasnya merupakan gerbong kereta api dan boleh pake baju bebas 😍. Totto-chan bikinku berandai-andai sekaligus mikir: kenapa sekolahku nggak semenyenangkan sekolahnya doi? 😃.

Totto-chan, si gadis cilik di tepi jendela

orang tuanya Totto-chan

Mr. Kobayashi

Tomoe Gakuen

untung Mr. Kobayashi sabar ya 

FYI. Hampir semua teman sekelasku udah membaca buku Totto-chan 😍… hal yang sangat menghangatkan karena menurutku Totto-chan adalah buku yang bagus. Yha~ one of the perks of living at dorm adalah bisa baca banyak buku bagus. Serius yaini, kalau kita punya buku baru manteman otomatis bikin antrian pinjem buku meski yang punya belum selesai baca 😂. Biar nggak lupa list antriannya ditulis dan ditempel di belakang pintu *miss you guys~ 😘.

Totto-chan bikin kita makin kreatif dengan menjadikannya istilah yang merujuk pada aktivitas ngecen 😂. Di ma’had interaksi antara santriwan dan santriwati (assalamualaikum… 🙏) dibatasi, that’s why kita cuma bisa ngecengin doi dari jendela kelas. Yha~ kita adalah gadis cilik di tepi jendela “itu" 😂. Mau kemana? Mau jadi Totto-chan dulu~ ya, atau buseddd… Totto-chan udah stand by, atau capek euy Notto Chan ternyata si oo’lio nggak lewat sini 😂😂😂.

teman-teman Totto-chan

Aku nggak tahu buku Totto-chan-ku kini ada di mana atau di siapa, aku baru ngeh bukunya nggak ada saat selesai pindahan ke asrama Al-Imron. Dear mantemanku yang budi-man dan budi-woman barang siapa yang menemukan atau mengamankan buku Totto-chan punyaku, please let me know… aku mau baca ulang.

***

Saat informasi film Totto-chan: The Girl at the Window akan dirilis seliweran di timeline aku merasa FOMO, macem: Hah? Kapan bikinnya? Kenapa nggak ada kabarnya? Kok aku nggak tahu? 😱. Sejujurnya aku nggak memiliki ekspektasi apa pun pada film Totto-chan, sebab sadar bahwa durasi pasti kan membatasi isi bukunya. Kurasa keputusan mengadaptasi Totto-chan menjadai anime adalah pilihan yang tepat sebab live action biasanya kurang memuaskan 😁.

Tadinya aku berniat nonton sans, namun saat berbalas dm Hadin bilang film Totto-chan hanya akan mampir ‘sebentar’. Hmmm… angger nya… 😕. Tadinya aku ingin nonton sebelum long weekend, tapi karena terburu-buru aku malah booking tiket sehari sebelum long weekend. Mon maap, ini booking tiket bukan booking mobil travel, kagak bisa di-reschedule😅. Untungnya aku bilang ke manteman mau nonton sebelum long weekend, karena akhirnya merekalah yang menyadarkanku bahwa besok masih mesti ngantor 😂.

hal yang menggangguku hanyalah ukuran kepala karakternya kurang proporsional

mungkin karena ingin mengejar detail, jadinya rada gede hulu kek Upin Ipin

Audience Totto-chan didominasi oleh mb-mb yang kuyakin udah pernah baca bukunya karena kebanyakan pada nonton sendiri *termasuk aku 😅. Yang nonton berdua dan bertiga juga ada, namun yang bikinku happy adalah keluarga-keluarga kecil yang membawa anak-anaknya. That’s right peeps! Aku udah lama nggak nonton anime makanya agak bingung saat ingin mengidentifikasi style anime-nya Totto-chan. Kalau di Ghibli mah style anime-nya agak mirip dengan Only Yesterday dan The Tale of Princess Kaguya yang sapuan kuasnya smooth.


Saat membaca bukunya aku nggak ngeh setting era-nya adalah era perang Jepang X Amerika sampai Tomoe Gakuen dibom, sedang di filmnya atmosfir perang udah terasa sejak awal. Totto-chan lahir di keluarga yang menyukai musik bahkan (kemudian) mengambil studi di bidang musik. Pun dengan Mr. Kobayashi, sebelum menjadi kepala sekolah Tomoe Gakuen doi mengambil studi di bidang musik, maknya euritmik masuk ke dalam kurikulum.

yang kecil itu, anak bawang 🧅

Salah satu hal yang bikinku ingin bersekolah di Tomoe Gakuen adalah; siswanya mengawali hari dengan melakukan hal diminati. Kurasa ini adalah hal yang baik ya karena bisa membantu membangun mood yang berpengaruh selama sehari penuh. Pun dengan makan siang dari laut dan darat, yang bikin siswanya mempelajari proses pengolahan dari dasar. Kalau kelasnya selesai lebih cepat mereka akan berjalan-jalan di sekitar sekolah dan menyapa para petani.

sans duls

Saat musim panas Mr. Kobayashi mengisi kolam dan membiarkan murid-muridnya berenang telanjang dengan tujuan untuk mempelajari anatomi. Kaget sih, tapi kupikir anak-anak mah masih suci tanpa dosa jadi ya sans aja 😁, ternyata mata pelajaran ini menuai pro dan kontra karena tubuh adalah aurat 😅. Di filmnya, aurat anak-anak nggak terlalu diperlihatkan secara eksplisit paling titik-titik atau dibikin kabur macem boneka. Oh ya, aku suka visualisasi imajinasi Totto-chan yang dibuat gebyar-gebyar nan berwarna, absurd sekaligus lucu.

bukan nudist pool

Di Tomoe Gakuen, Totto-chan memiliki teman dekat bernama Yasuaki-chan yang mobilitasnya terbatas karena terkena polio. Mereka selalu bermain bersama bahkan berbagi pohon, Yasuaki-chan suka membaca buku makanya ia senang saat gerbong baru di sekolah dijadikan perpustakaan. Sayangnya, kebersaamaan mereka nggak bertahan lama karena Yasuaki-chan meningggal, sedih banget yaini, apalagi sebelumnya Totto-chan dan Yasuaki-chan sempat menghabiskan waktu bersama.


Menurutku scene tersedih bukanlah scene saat Yazuaki meninggal dan Totto-chan berlari-lari tanpa arah dan tujuan karena emosinya belum bisa stabil, melainkan scene saat keluarga Totto-chan mesti pindah ke desa meninggalkan rumah mereka yang rata dengan tanah. Di scene ini perlahan suara naratornya berubah dari suara anak-anak menjadi suara orang tua, suara Tetsuko Kobayashi. Bohong banget kalau pada bilang nggak nangis 😁.


Meski harga tiketnya lebih malah dari byasanya, kurasa Totto-chan: The Little Girl at the Window ini sangat worth to watch terutama bagi kalyan yang pernah membaca bukunya. Well... karena masa tayang di bioskop udah berakhir, nantikan Totto-chan: The Little Girl at the Window di streaming platform kesayangan kalyan ya 😉.

All pictures were taken by the @watchmen.id thread
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ▼  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ▼  May (4)
      • Totto-chan: The Little Girl at the Window
      • Skincare Routine
      • How To Make Millions Before Grandma Dies
      • Halal Bihalal
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ►  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ►  Apr (1)

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates