Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Setelah hampir 6 bulan #stayathome, akhirnya aku cuti ygy 😁. Awalnya Pici berinisiatif merencanakan halal bihalal di Garut karena tahun ini kita nggak ada bukber dan WAG terpantau sepi. Iya sih... prioritas buibu saat ini adalah para bocil yang udah nggak bocil lagi dan seabrek kegiatan sekolah. Pun kita yang masih single, sibuk luar biasa mengurusi negara yang main gila 😉.

Dipikir-pikir sayang banget kalau beres halal bihalal langsung pulang ke rumah, mumpung masih di Garut yekan. Deya request yang ijo-ijo *lagi karena ingin grounding, sedang aku dan Icunk mah yes wae da lagi di masa tanggang. Tadinya Pici ngajak ke Gunung Sagara yang lagi hype di TikTok, namun menimbang track-nya yang sulit dan cuaca yang kurang coy kita memilih ke Gunung Papandayan.

parking with a view 😍 jangan coba-coba meninggalkan cokelat karena pasti meleleh

Kalau sebelumnya kita ke Gunung Papandayan untuk hiking tipis-tipis dan camping di pinggir tempat sampah, kali ini hiking beneran 😂. Tadinya kita mau camping karena Pici ingin barbeque-an, tapi nggak jadi karena prakiraan cuacanya hujan mulu. Jadilah kita memutuskan untuk tektok (pergi pulang) aja, dan yang pertama kali kubayangkan adalah... menyala kakiku 🦶🔥.

Sejujurnya aku sempat ragu karena nggak yakin mampu, terakhir kali hiking ke Gunung Papandayan kakiku pegal selama hampir seminggu. Sadar udah pada tuwir, kita mempersiapkan diri dengan jalan kaki 30-45 menit setiap hari selama 2-3 minggu. So far it works 😉, alhamdulillah kita semua sehat wal afiat, kakiku nggak pegal macem hiking yang lalu-lalu, cukup pake Salonpas semalam besoknya udah normal.

tanpa bermaksud pick me, ini tanaman apa sih? 

Kita pergi ke Gunung Papandayan berempat, + Intan yang memutuskan untuk join di last minute. Seperti byasa... niat suci berangkat shubuh, namun mandi dan beberes pun butuh waktu 😅 akhirnya kita berangkat sekitar jam 8an. Cuaca pagi itu cerah hingga cahaya matahari mampu menelusup di antara pepohonan dan menyilaukan kita yang sarapan darurat di mobil *nggak keburu yaini 😋.

Tiket masuk weekend Rp 40.000
Tiket parkir mobil Rp 40.000

Sebelum mulai kita mampir ke kios yang menyewakan berbagai perlengkapan hiking, cap cip cup aja sih toh isinya mirip-mirip. Untuk hal begini jangan remehkan the power of emak-emak ya, Pici langsung menawar harga sewa bahkan sebelum masuk kios 😂. Saranku, jangan lupa double check karena nggak semua barang yang disewakan kondisinya OK. Oh ya, penyewa wajib menyimpan KTP di kios.

Tracking pole Rp 10.000 (penawaran maksimal)
Vest 15.000 (penawaran maksimal)

ojek offline yang bikin pantat tepos 😅

Just in case ingin menghemat waktu dan tenaga kita bisa naik ojek dari pos 4 sampai pos 5, biayanya sekitar Rp 30.000 (percayalah... ini worth in every penny). Ada 10 pos yang mengelilingi Gunung Papandayan ini, hampir semua posnya dilengkapi toilet dan gazebo untuk beristirahat. Di pos tertentu ada warung-warung yang menjual makanan dan minuman, jadi sebenarnya nggak bawa bekal pun isokay laya, jajan aja di sana.

Dari pos 4 sampai pos 7 dan pos 9 track-nya disusun menggunakan bebatuan yang berasal dari material vulkanik di sekitar gunung. Untuk pejalan kaki track-nya dibikin bertangga-tangga sedang untuk motor trail track-nya dibikin lebih flat. Pada beberapa titik track-nya saling silang, yang mana bikin kita sering salah pilih track, kaget aja gitu lagi susah payah jalan eh tetiba disalip motor trail bawa logistik.

Indomaret di pos 7 yang menjual cuanki, baso dan gorengan
untuk harganya masih pake standar warung 👍

semangka Rp 2.000 aja

POS 1 Gerbang utama TWA Gunung Papandayan (loket)
POS 2 Tempat parkir
POS 3 Tempat lapor camping
POS 4 Pintu gerbang pendakian
POS 5 Area kawah I
POS 6 Area kawah II
POS 7 Persimpangan antara Ghober Hoet dan Hutan Mati
POS 8 Ghober Hoet
POS 9 Hutan mati
POS 10 Pondok Salada

Karena kita tektok, maka rute yang dipilih adalah:
Pos 1 - Pos 2 - Pos 3 - Pos 4 - Pos 5 - Pos 6 - Pos 7 - Pos 9 - Pos 10 - Pos 8 - Pos 7 - Pos 6 - Pos 5 - Pos 4

salah satu barbuk yang kutemukan 😁 

Aku bersyukur setelah beristirahat di Pos 7 kita pilih ke Hutan Mati dulu ketimbang Ghober Hoet karena track Tanjakan Omon sungguh sangat afghan... tsadesss banget. Sepanjang track aku menemukan banyak sole yang nyelip, mostly dari alas kaki yang bukan untuk aktivitas outdoor. Tapi memang edan sih rang-o-rang bisa-bisanya mereka hiking pake Crocs, Hush Puppies dan Air Jordan. Kamana atuh gaya... 😅.

Melihat para orang tua yang menggegendong carrier + bocil itu B aja, yang luar biasa justru melihat para lansia dan pasangannya tetap semangat mendaki meski dengan langkah yang terbata-bata. Pun dengan mb-mb yang pake rok panjang hingga menutup kaki, doi mah sans ya tapi kita yang berpapasan dengannya khawatir nggak sengaja menginjak roknya.

beberapa langkah dari pos 4
di sini kita masih fresh dan berapi-api menuju puncak, pucuk... pucuk... pucuk... 🍃

otw dari pos 4 ke pos 5
sungai air mineral yang menemani perjalanan kita, pemandangannya sungguh aduhai 😍

otw dari pos 4 ke pos 5
aku pake beberapa lapis baju biar nggak masuk angin dan kepanasan 😅 


otw dari pos 4 ke pos 5
bagai ikut rombongan Tong Sam Chong mencari kitab suci ke barat 😁

istirahat di antara pos 5 dan pos 6
jangan percaya review di TikTok yang bilang hiking di Gunung Papandayan cocok untuk pemula 😭

otw dari pos 6 ke pos 7
di beberapa titik kita bisa melihat pori-pori Gunung Papandayan yang mengeluarkan uap panas dan bikin permukaan tanah pasir jadi lembek

istirahat di antara pos 6 dan pos 7
kita jalan begini saat tengah hari, monanges tapi yaudin 😅

view dari pos 7
danau yang tercipta dari letusan Gunung Papandayan, kita nggak mampir kesana karena nggak tahu jalannya lewat mana 😅

view dari pos 7
 gazebo di belakang bukit adalah pos 6, kalau di maps mah deket sih 😅

angle lain dari pos 7
sunscreen
-ku bahkan udah meleleh sejak pos 4 😢

otw dari pos 7 ke pos 9
di tengah perjalanan Pici kasih kuliah singkat tentang Gunung Papandayan, mungkin kalyan pernan nonton di insta story kita 😁

istirahat di antara pos 7 dan pos 9
track paling berat, tekanan udara yang rendah bikin nafas tersengal-sengal, jantung berdebar dan mudah lelah

***

Untuk post yang terkait dengan Gunung Papandayan bisa dicek di link ini:
Camping di Gunung Papandayan
Camping di Gunung Papandayan (lagi)
Kebun bunga Hydrangea di Gunung Papandayan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Beberapa hari yang lalu di Twitter sempat ada yang minta di-spill screenshot film favorite di Letterboxd kali aja ada yang bisa masuk watch list. Saat mengecek akun Letterboxd aku jadi teringat lagi dengan draft post film Everthing Everywhere All At Once yang nggak kelar-kelar ini 😅. Aku udah bikin sejak, errr... beberapa tahun yang lalu gitu ya, sibuk banget ya akuteh *alasan 😅. Untuk saat ini film Everything Everywhere All At Once masuk dalam list film favorite-ku, bersama Amelie, The Fall dan Grand Budapest Hotel.

Kalau kalyan sering nonton film-filmnya MCU mungkin udah nggak asing dengan istilah multiverse, apalagi kalau kalyan mengikuti perjalanan The Avengers udah pasti khatam yekan 😁. Kupikir momen pamuncak multiverse ini udah selesai di The Avengers: End Game (review), selanjutnya tinggal beberes sisanya alias nyapu-nyapu. Maaf banget niya namun aku udah di tahap nggak excited nonton film dan series-nya MCU karena ceritanya yang bantet (gagal mengembang).

Bahkan Doctor Strange in The Multiverse of Madness (review) yang digadang-gadang lebih complicated kurang berhasil membawakan kegilaan yang tercipta dari multiverse. Kurasa MCU mulai bergairah lagi melalui Deadpool & Wolverine (review), yha~ Spiderman: No Way Home (review) mah ada di Sony Pictures ya. Secara MCU-lah yang memperkenalkan konsep multiverse, maka apa pun yang ke-multiverse-multiverse-an dianggap berhubungan dengan MCU.

So, adakah film multiverse yang non MCU?
Ada ✨👌.

Lemi introdusyu tu...

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Everything Everywhere All At Once

Sejujurnya aku menyesal nggak sempat nonton Everything Everywhere All At Once di bioskop, jadi pengalaman nontonnya terasa kurang shahih. Everything Everywhere All At Once ini cuma mampir sebentar di Kings dan BEC makanya nggak keburu nonton, tapi isokay laya... 😅. Kalau biasanya aku nonton di smartphone sambil ngemil, minum dan melakukan berbagai hal nggak penting, kali ini aku fokus mantengin biar nggak ketinggalan detail penting ✨👌.

***

Everything Everywhere All At Once terbagi menjadi 3 bagian, yang selalu dimulai saat Evelyn berada di meja kerjanya yang dipenuhi nota.

Everything

Evelyn Wang (Michelle Yeoh) dan suaminya Waymond Wang (Huy Quan) adalah pasangan paruh baya yang memiliki bisnis laundromat. Hubungan mereka belakangan ini memang sedang buruk, bahkan terancam kandas. Kedatangan bapake Evelyn yakni Gong Gong (James Hong) yang nggak merestui pernikahan mereka untuk Chinese New Year tentcunya bikin situasi makin rumit. Dan fakta bahwa anak mereka, Joy Wang (Stephany Hsu) come out akan hubungannya dengan Becky (Tallie Medel) bikin Evelyn merasa 'kacau' 💥.

Di tengah segala kekacauan ini, Evelyn dan Waymond mesti menemui Deirdre (Jamie Lee Curtis) untuk memperpanjang izin usaha landromat mereka di IRS (Internal Revenue System). Di tengah perjalanan tetiba Waymond bersikap aneh dan memberikan seperangkat device serta instruksi nyeleneh untuk Evelyn. Setelah mengalami beberapa kejadian di luar nalar, Waymond memberi tahu Evelyn bahwa ada universe lain selain universe yang ia tinggali saat ini.


Everywhere

Saat Evelyn melakukan hal nyeleneh dan mengaktifkan mode verse jump di device-nya tetiba doi berpindah universe, tentcu nggak semua verse jump-nya mulus kadang ada aja 'kesalahan' yang bikin doi nyasar. Selain bisa berpindah jiwa dan raga antar universe, Evelyn juga bisa meng-install special skill yang dimiliki oleh Evelyn dari universe lain. Tadinya kukira musuh Evelyn adalah Deirdre si auditor, ternyata malah Jobu Tupaki yang merupakan Joy dari universe sebelah yang memburu Evelyn di semua universe.

Bagi Evelyn semua universe yang disinggahinya merupakan perwujudan manifestasi what if dari pilihan hidupnya. Macem, apa yang akan terjadi kalau doi nggak bersama Waymond, apa yang akan terjadi kalau doi menekuni hobby nyanyinya, apa yang akan terjadi kalau doi nurut kepada ayahnya. Kurang lebih seperti itu laya... Di antara semua universe, aku paling suka saat Evelyn dan Joy menjadi batu di planet kosong karena akhirnya mereka ngobrol meski cuma pake teks 😂.


All At Once

Setelah mengalami hari yang absurd dan menegangkan di berbagai universe akhirnya Evelyn menemukan kedamaiannya. Evelyn bisa melihat perjalanan antar universe-nya sebagai perjalanan untuk menemukan dirinya yang 'hilang', baik itu karena beralih peran (sebagai istri dan ibu) atau karena kesibukannya mengurus laundromat dengan Waymond. Kurasa Evelyn hanya butuh validasi untuk semua pilihan hidupnya, we always need more time to accept yekan 😉.


***

Ada banyak hal yang kusuka dari Everything Everywhere All At Once ini salah satunya adalah kemampuan kru untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Alih-alih bikin mata ketiga ala Doctor Strange, dengan penuh kesadaran kru menempelkan mata-mataan yang suka dipake crafting di dahinya Evelyn dons. Saking iconic-nya mata-mataan ini, Letterboxd sampai bikin icon khusus untuk lamannya Everything Everywhere All At Once.

Sebagian universe yang disinggahi Evelyn mengambil referensi dari film, macem The Matrix, Ratatouille, dan Sauron-nya The Lords of The Ring. Untukku Everything Everywhere All At Once ini adalah film yang liar dan fancy, a complete package untuk khow-khow sekalyan yang menginginkan tontonan seru. Meski ber-genre sci-fi comedy tetap ada sisipan drama keluarganya kok, jangan lupa siapkan tisu ya pemirsa.

Dengan budget $20 M dan 5 orang kru kurasa nggak berlebihan kalau kubilang MCU seharusnya insecure, cuy... mereka bikin Doctor Strange in The  Multiverse of Madness terasa B aja. Jari-jari sosis yang lunglai, mata bagel dan ledakan confetti hanyalah sebagian dari kemeriahan yang ditawarkan oleh multiverse-nya Evelyn. Kalau kalyan ingin nonton film yang seru di akhir pekan kurekomendasikan Everything Everywhere All At Once ini. Perlu diingat, bagimu taste-mu bagiku taste-ku, selera kita bisa bisa aja nggak.



***

Everything Everywhere All At Once memenangkan 7 dari 11 nominasi di Academy Awards 2023 untuk katagori:

Best Picture 🏆
Best Director - Daniel Kwan, Daniel Scheinert 🏆🏆
Best Actress - Michelle Yeoh 🏆
Best Supporting Actor - Ke Huy Quan 🏆
Best Supporting Actress - Jamie Lee Curtis 🏆
Best Original Screenplay - Daniel Kwan, Daniel Scheinert 🏆
Best Film Editing - Paul Rogers 🏆
Best Supporting Actress - Stephanie Hsu (nominee)
Best Original Score - Son Lux (nominee)
Best Costume Design - Shirley Kurata (nominee)

So, even though you have broken my heart yet again, I wanted to say, in another life, I would have really liked just doing laundry and taxes with you.
Waymond Wang

***

Pictures were taken from IMP Awards website.

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Selamat hari raya Idul Fitri manteman, mohon maaf lahir dan batin ya~ semoga kita semua dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan yang akan datang.

Setelah bertahun-tahun menjalani bulan Ramadan secara mandiri, alhamdulillah tahun ini aku menjalani bulan Ramadan bersama keluarga. Mama yang sedang dalam masa pemulihan tentcunya absen berpuasa, pun Widy yang sedang dalam masa kehamilan. Meski begitu mereka tetap ikutan sibuk mempersiapkan menu berbuka 😁 ya beli es sekoteng, ya bikin es blewah, ya nyari gorengan, ya inilah ya itulah. Saat azan magrib berkumandang mereka juga yang paling heboh😂.


***

PANAS
Cuaca Subang yang panas bikinku meleyot macem teripang yang tetiba pindah habitat, bawaannya lemes mulu. Kalau nggak pergi kemana-mana (lah emang mau kemana?) biasanya aku pake setelan daster batik berbahan rayon, saking seringnya pake setelan daster, mama sampai mengancam menjadikannya keset 😂. Well... Kalyan pasti punya kan pakaian favoritos yang udah lusuh dan bolong-bolong namun masih betah dipake? Nah, itu dia.

berjemur dan pake baju motif tabrak lari

DECLUTTER 
Sebelum Ramadan kita (aku dan Wa End ajas sih 😅) memutuskan untuk beberes gudang samping, gerah banget melihat tumpukan barang yang bahkan udah ada sebelum aku lahir. Tyda habis thinking dengan rang-o-rang di sekitar, kok bisa ya betah dengan dengan kondisi yang nggak resik. Hadehhh... capek banget pokoknya, untungnya saat beberes itu ada tukang loak yang melintas, langsung aja jual... jual.... jual... *yang masih bisa dijual, sisanya mah dibuang.

berbukalah dengan pempek dan nasi kebuli 

MY EYES
Saat Ramadan aku sempat tertular sakit mata yang luar biasa durjana. Bukan cuma mata aja yang sakit, aku bahkan nggak bisa beranjak dari tempat tidur gegara sakit kepala dan demam menggigil. Feel-nya macem koronces tapi versi mata😭. Mungkin karena sedang minum obat mama cuma kena belekannya aja, sedangkan aku mah diborong ya... udah mah puasa, nggak minum vitamin pula huhu. Butuh sekitar 2 minggu sampai mataku berangsur-angsur membaik, termasuk area sekitar mata yang bengkak ala KDRT 😂.

Assalamualaikum... Mbah Kakung...
*H-1 sebelum sakit mata

DRESS CODE
2023 selamat dari sage
2024 selamat dari shimmer shimmer
2025 selamat dari burgundy
          selamat dari mahogany
          tapi nggak selamat dari katbol😅

hasil mantengin TikTok - Widy

***

Kupersembahkan to do list-ku selama 2 minggu ini (copy paste dari Calendar), alasan sebenarnya mengapa aku nggak sempat nge-love-in foto outfit Idul Fitri manteman atau kirim pesan Selamat Idul Fitri. Kuyakin to do list-ku ini nggak jauh berbeza dengan to do list kalyan, hayoh weh gegeroh jeung gegeroh  😂.

H-7
- bikin ketapang asin
- bikin ketapang manis
- bikin keciput
*minum Tolak Angin

H-6
- cuci dan jemur baju
- ganti layout ruang tamu dan ruang TV
- jemur karpet-karpet
- beberes bingkisan bocil
- beberes kamar yang nggak beres-beres

H-5
- bikin kolang kaling Fanta
- bikin choco crunchy
- beli kerupuk dan kirim-kirim
- jemur bantal sofa dan printilan
- ganti taplak meja makan
- bukber keluarga

H-4
- cuci dan jemur baju
- ganti alas lemari baju 5 pintu
- beberes baju sekalian declutter
*minum Tolak Angin

H-3
- beberes rumah yang sulit beres
- beberes baju yang udah disetrika
- beberes Tupperware
- ke pasar beli daging dan sayuran persiapan aftermath Idul Fitri
- beberes kulkas

H-2
- cuci dan jemur baju
- deep clean dapur
- pindahin pot tanaman
- belanja via Alfagift
- beli gas dan galon via Pongky
- beberes meja snack
- beberes kulkas
- silaturahmi dengan keluarga Wa End

H-1
- beberes rumah yang sulit beres
- prepare outfit yang mau dipake
- ambil ketupat dan manteman di Soklat
- beli air kemasan mini
- silaturahmi dengan keluarga Wa Purwo

H
- sholat Idul Fitri di mesjid terdekat
- sarapan ketupat opor
- sungkeman dan foto keluarga
- silaturahmi dengan keluarga ayah
- silaturahmi dengan keluarga mama
- tidur siang
- makan ketupat opor *lagi
- makan ketupat opor *lagi *lagi

H+1
- lanjutin proyek mangkrak: bikin pangsit
- cuci dan jemur baju
- beresin meja snack
- tidur siang

H+2
- lanjutin proyek mangkrak: bikin selai strawberry
- beberes kamar
- tidur siang
- transfer foto dari kamera

H+3
- lanjutin proyek mangkrak: bikin batagor dan basreng
- cuci dan jemur baju
- tidur siang
- kirim-kirim foto

H+ 4
- lanjutin proyek mangkrak: bikin saus tomat
- Grab Food ajalah... bosan hamba dengan ketupat dan mantemannya
- air di rumah (dan kompleks) mati padahal banyak cucian
- serah terima titipan bingkisan dengan Wa End
- tidur siang

H+5
- beli obat ke apotik
- beli bengkuang
- bayar utilities rumah *lupa
- beberes montly cash flow *apalagi ini

H+6
- cuci dan jemur baju
- jemur bantal
- (masih) beberes cash flow

H+7
*terpantau lelah ⚐⚐⚐

***

Ramadan tahun ini aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, beberes, beberes, beberes dan beberes haha Percayalah, nggak sampai sehari bermaaf-maafan kita udah berantem lagi 😁 ada aja hal yang men-trigger emosi. Meski nggak tentram-tentram banget seenggaknya mama nggak tantrum, riweuh cuy hehe 

sholat di mesjid dekat rumah

aku suka foto ini meski nge-blur

se-fruit bukti bahwa aku udah sungkem 😉

bangun tidur menjemur karpet

pasta dari tomat-tomat yang ditanam di halaman

nggak ada yang baru dari outfit Idul Fitri-ku 😅

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

How was your day? Hari-hariku belakangan ini kalau nggak kena hujan ya kena macet 😅. Beberapa hari sebelum mulih udik aku memutuskan untuk nonton Dark Nuns di bioskop untuk terakhir kali karena aku nggak tahu kapan bisa nonton film lagi. Di Subang udah ada bioskop sih, tapi tahu sendiri laya kalau di rumah bawaannya mager mulu, jangankan pergi ke bioskop, pergi ke warung aja udah effort banget ini.

Kabar Song Hye-kyo dan Jeong Yo-been bekerjasama udah santer terdengar sejak tahun lalu dan fakta bahwa keduanya pernah jadi lawan main Song Jong-ki tentcunya bikin netizen makin bersemangatz 🔥. Song Hye-kyo pernah jadi lawan main Song Jong-ki di Descendants of The Sun, sedang Jeong Yo-been pernah jadi lawan main Song Jong-ki di Vicenzo. Song-Song couple memang berakhir di pelaminan namun bubar jua di perjalanan.

Song Jong-ki... ada yang ngomongin nih *cepu 😂

Tadinya aku maju mundur mau nonton Dark Nuns, bisi nggak rame hehe. Yang review Dark Nuns tuh sebenarnya banyak namun entah kenapa terasa seadanya aja, mungkin tenggelam gegara hype-nya1 Kakak 7 Ponakan kali ya😅. Oh ya, aku nonton Dark Nuns ini sepulang kerja di Transmart Buah Batu, ketimbang hulang huleng kena macet di TMP yekan... toh sampai rumahnya tetap malam.

Dark Nuns ini bercerita tentang eksorsisme yakni prosesi pengusiran roh jahat dari inangnya (manusia, benda atau ruang), semacam ruqyah untuk warga katolik laya. Kalau kalyan udah pernah nonton The Exorcist (1973), The Conjuring (2013) atau The Nuns (2024) nah, kurang lebih seperti itulah eksorsisme. To be honest aku lebih suka Constantine (2005) karena ada Keanu Reeves-nya wkwk.

ditutup dulu matanya ya nak

Film dibuka dengan scene sus Junia (Song Hye-kyo) turun dari mobil dan... nyebats 🤯 sedang di dalam kamar, pastor Andrea (Huh Joon-ho) mulai kepayahan menghadapi Hee-joon (Moon Woo-jin) yang kerasukan. Yadeh... kita faham kok, writer-nim ingin menunjukkan bahwa sus Junia ini kewren nggak ada duwa, yang tetap slay di tengah kekacauan dan nggak bergeming meski diancam oleh roh jahat 😎.

FYI, untuk melakukan eksorsisme, eksorsis (orang yang melakukan eksorsisme) mesti mencari tahu nama roh jahat yang merasuki inangnya, makanya di awal ada sesi interview. Biasanya roh jahat tersebut akan nge-spill clue-nya tipis-tipis, tapi seringnya sih pada pick me, ingin banget ditanya-tanya 😅. Kalau molor begini biasanya pastor atau suster akan menggertak, mau diguyur pake air suci atau dibakar pake doa? 😱.

keduanya effortless beauty

saat sus Junia dan sus Michaela nggak sengaja menjadi saksi kematian orang tuanya Hee-joon

Setelah prosesi pengusiran roh jahat, orang tua Hee-joon membawanya ke rumah sakit karena kondisi fisiknya yang lemah. Yaiyalah leuleus... secara kerasukannya berhari-hari😅. Saat berada di rumah sakit Sus Junia menemukan bahwa roh jahat tersebut belum benar-benar meninggalkan Hee-joon. Sus Junia pun bertemu dengan sus Michaela (Jeon Yeo-been) dan pastor Paolo (Lee Jin-wook) untuk mendiskusikan pengusiran roh jahat (ulang).

Dari dialog antar karakter aku mengangkap bahwa ada lembaga khusus yang mengatur eksorsisme dan untuk melakukannya diperlukan sertifikasi khusus. Nah, sus Junia ini nggak memenuhi kualifikasi untuk jadi eksorsis gegara masa lalunya yang kelam, padahal doi jago banget. Di Dark Nuns ini yang memenuhi kualifikasi untuk jadi eksorsis adalah pastor Andrea, masalahnya doi udah 'dikerjain' duluan makanya nggak bisa jadi tendemnya sus Junia.

dukun tradisional Koriya 

sus Junia dan sus Michaela lagi meruwat Hee-joon yang masih kesurupan di laut
tyda faham apakah mereka pada bawa baju ganti atau pakee baju yang itu-itu aja seharian

Jadilah sus Junia PDKT ke pastor Paolo dan sus Michaela, awalnya sus Michaela menolak namun kartu tarotnya terus menerus mengarahkannya pada kasus Hee-joon. Mereka berdua membawa Hee-joon (tanpa sepengetahuan pastor Paolo) ke salah satu dukun kenalannya sus Junia dan melakukan ritual pengusiran roh jahat. Melihat durasi yang masih lama, kita udah bisa mendugong bahwa ritual pengusiran roh jahat ini nggak berhasil.

Di point ini aku merasa usaha writer-nim untuk mengawinkan konsep eksorsis dan perdukunan Koriya nggak berjalan mulus. Pasalnya, kita semua faham bahwa keduanya berdiri tegak dan nggak perlu acara kawin silang untuk membuktian bahwa kedua konsep ini bisa loh jalan bareng... Untukku, semua hal di Dark Nuns ini digarap dengan sangat apik, alur cerita yang make sense, sinematografi yang indah, akting cast-nya cakep dan setting-nya yang OK.

Kekurangannya cuma 1, konsepnya nggak kawin euy.

buseddd... yu cakep bener mb 😍

sayangnya doi nggak tertarik hehe

Kukira scene eksorsis di gereja adalah scene puncak di Dark Nuns ini, ternyata masih ada dongs... Selama nonton aku sempat beberapa kali merem gegara ngeray dengan ekspresinya Hee-joon yang lagi kesurupan. Atmosfir yang dibangun terasa gloomy dan mencekam, apalagi saat mereka otw ke gereja. Aku sampai mengira scene anjing mati adalah bagian dari mimpi-mimpinya sus Junia, ternyata beneran ceunah...

Selama nonton aku penasaran dengan stok air sucinya para eksorsis, apakah bikin sendiri atau diimpor macem air zamzam?

Oh ya, sepanjang durasi Dark Nuns ini berusaha mengoptimalkan rule of the thirds, satisfying banget laya... Apalagi kalau kameranya lagi fokus ke sus Junia, buseddd... aging gracefully. Micro expression-nya sus Michaella pun bikin terhanyut, yha~ di antara semua karakter yang ada di Dark Nuns, kurasa karakter sus Michaella ini adalah yang paling mewakili audience. Terima kasih kepada Ae-dong (Shin Jae-hwi), tanpa kendang-mu scene eksorsis Dark Nuns ini terasa'hambar'.

sus Junia dan sus Michaela berlarian membawa air suci ke gereja terbengkalai 
sumvah, takut banget mereka ketemu roh jahat karena cuacanya tetiba berkabut

sus Junia dan sus Michaela saat meminjam pusaka gereja pusat untuk eksorsismenya Hee-joon
sampai film berakhir aku masih kepikiran gimana sus Michaela menjelaskan pada gereje pusat bahwa pusaka gereja yang dipinjam udah terbakar bersama roh jahat 😅

Sejujurnya ending Dark Nuns ini terasa flop, yaudah weh gitu aja. Memang derajat manusia lebih tinggi ketimbang makluk ghaib, namun penggambaran karakater sus Junia yang terkesan agung ini bikinku mempertanyakan point yang ingin disampaikan. Scene sus Junia menghampiri kobaran api dengan segenap deritanya bikinku mikir, ini tuh kiasan apa memang ceritanya dibikin begini? Kagak realistis soale😅.

Kalau dibandingkan dengan film horor lintas genre lainnya, Dark Nuns ini memang agak kurang. Kurasa satu-satunya yang bikin kita pergi ke bioskop adalah the power of Song Hye-kyo. Ayo ngaku wkwk.

Dark Nuns adalah sekuel dari The Priest (2015), makanya ada scene pendeta Choi (Gang Dong-won) ini

***

* pictures were taken from @watchmen.id thread on Twitter

***  

Kalau kalyan merasa tulisanku menarik dan ingin menyemangatiku, boleh niya jajanin virtual... 😉.

Nih buat jajan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Nggak terasa udah 6 bulan aku pindah ke the unaesthetic side of Bandung, sungguh pengalaman yang luar biasa kena macet hampir setiap hari 😅. Kadang herman dengan diri sendiri, kok bisa ya aku bangun pagi dan memantapkan diri pergi kerja wkwk aku bersamamu wahai kabupateners 😉. Sedang weekend kuhabiskan dengan beberes, beberes dan beberes 😅. Heran banget deh kenapa rumah terasa berantakan mulu, apa aku yang sesak *pertanyaan pelik.

Akhir tahun lalu aku menghabiskan hampir sebulan penuh hanya untuk menyortir sampah (termasuk sampah sisa pindahan yaini), apa itu rebahan dan scroll sosmed sampai muntah? Yang ada aku bolak balik cuci - jemur - cacah sampah, yunow... tanganku sampai bengkak gegara mencacah selama berjam-jam. Biar sans biasanya aku mencacah sambil nonton drakor dan bersandar di tembok, begitu bangun kesemutan *ealah jompo.

masih fresh, baru aja dimandiin 😊

Aku udah beberapa kali setor sampah ke Bank Sampah Bersinar di Bojongsoang, kirim pake via ekspedisi atau Gosend karena mager tyada duwa 😅. Mumpung lagi ada urusan di luar rumah, kali ini aku yang setor sampah langsung ke workshop-nya. Lokasi BSB ini di pinggir jalan dan dilewati oleh TMP 3D, jadi kita bisa turun di halte di dekatnya dan jalan sekitar 15-20 langkah aja.

Di antara semua sampah yang bikinku pening adalah skincare, kalau material mah pasti ada standarnya laya namun warna dan bentuk packaging yang unusual malah bikin doi nggak bisa didaur ulang. Tadinya aku mau ke Sociolla Paskal namun saat kucek ternyata program recycle box mereka udah berhenti. Kenawhy bestie? Padahal ya niat kita setor sampah tuh biar sekalian beli yang baru *kan udah habis.

Ini sampahku, mana sampahmu? 😀.

what's in my bag?

semua botol ini dicuci bersih dan dikeletekin label-nya

biar gampang, tutupnya dipisahkan

masker yang udah dicuci ini dipisahkan karet dan kawatnya, lalu dicacah sampai encok pegel linu 😅

semua packaging ini dicuci bersih lalu digunting untuk memastikan nggak ada residu yang tertinggal

sampah elektronik

keyboard-ku yang udah ledeh 😂

bill, bon, nota, struk atau apalah itu namanya

karton yang dipotong kecil (bukan dicacah)

Untuk sampah karton ukuran besar dan botol minuman mah nggak aku setor ya, dikasih ke mang rongsokan yang sering ngacak-ngacak tempat sampah 😅.

🏢 Bank Sampah Bersinar @banksampahbersinar.id
📍 Jl. Terusan Bojong Soang no 174 A Bandung
📆 Senin - Jum'at 08.00 - 15.00
📆 Sabtu 08.00 - 13.00

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (15)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (1)
    • ►  Apr (2)
    • ►  Jun (3)
    • ▼  Jul (2)
      • The 13th Years Of (modern) Slavery
      • Sore: Istri Dari Masa Depan

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates