Assalamualaikum ya bestie…
Di long weekend Paskah aku memutuskan pulang ke rumah untuk mempersiapkan Idulfitri sekaligus nyicil baju dan kue yang bakal berat kalau dibawanya sekaligus. Byasa laya… liburannya seminggu, printilannya udah macem mau pindah kemana gitu 😂. Saat di rumah tetiba Fira nge-chat nanya ada info bukber nggak? Karena WAG angkatan terpantau sepi dan nggak ada pergerakan, ketimbang penasaran akhirnya Fira melempar wacana bukber di grup regional 😀.
Di masa mepet begini udah pasti tempat bukber incaran penuh termasuk waiting list-nya yekan... sezuzurnya kita udah nggak memikirkan menu dan tempatnya, selama masih bisa dijangkau, yuk gaskeun! Dari beberapa opsi yang ada kita memilih Waroeng Setiabudhi sebagai tempat bukber dadakan karena: bisa jalur ordal 😂. Kebetulan Waroeng Setiabudhi membuka cabang baru di daerah Dipatiukur, jadi bisa laya kita bantu melarisi usaha teman 😊😊😊.
Sorenya aku dijemput Deya yang caw langsung dari Baleendah, gils… jalanan Bandung menjelang waktu berbuka memang nggak ada duwanya. Beruntungnya saat itu suasana di Bandung area kota nggak begitu ramai sehingga perjalanannya lantjar djaya sampai kita sendiri heran. Eh iya, tadinya kita mau ikutan bukber pake dress code biar seru, tapi nggak ada yang mau karena memang nggak punya nyali pake motif macan, rawr! 🐯.
Aku terakhir kali ke Waroeng Setiabudhi cabang Setiabudhi beberapa tahun yang lalu dengan Widy, makan surabi oncom telur yang lama habisnya. Saat itu menunya masih didominasi oleh surabi-surabi-an, minuman pun masih standar pokoknya cucoklah untuk mahasiswa sekalyan. Sekarang Waroeng Setiabudhi udah join dengan Hawu Patani jadi udah ada menu makanan berat *penting 😁 macem pernasian dan permiean, pun dengan minumannya.
Waroeng Setiabudhi cabang Dipatiukur ini punya area parkir yang cukup luas, ada 2 opsi tempat duduk yang bisa dipilih yakni indoor dan outdoor, tenangs… tempatnya bersih kok dan jarak antar mejanya cukup luas jadi nggak akan beradu punggung. Bagi yang muslim kalyan bisa sholat ber-jama’ah di musholla-nya yang enakeun, aku nggak sempat ke toilet ya jadi nggak tahu gimana bentukannya.
Yang kusuka mereka masih mempertahankan bentuk asli bangunannya, misalnya jendela berbentuk diamond yang menjadi ciri khas.
Aku udah pernah nyobain ikan nila bakarnya saat bukber tahun… kapan ya *lupa, yumms… ikannya berdaging (nggak kurus) dan nggak berbau tanah, selaini itu side dish-nya lengkap. Sekarang aku nyobain nasi cumi bakarnya, sebenarnya sih enak apalagi saat ditetesi minyak dari sambalnya yang owren menyala, cuma mungkin gegera akunya masih lapar porsinya tampak nggak berarti 😁.
Berhubung masih soft opening, kita ditawari bikin ulasan di Google review untuk ditukar dengan mie ayam. Tentcunya takkan kulewatkan begitu aja 😀, ku kira hanya akan mendapatkan mie ayam porsi icip-icip kek di resepsi, ternyata 1 porsi utuh dongs mana mangkoknya gede 😭. Bumbu mie ayamnya leqoh dan diracik dengan serius, suwiran ayamnya kek diawurin dan topping-nya banyak 😍.
nasi cumi bakar |
mie ayam hasil tebus review 😁 |
udah pedas meski nggak pake saus |
yamin ini menggoda sekali |
ayam geprek nggak tahu punyanya siapa |
ikan nila bakar yang kubilang tadi |
Salah satu alasan mengapa aku voting bukber di Waroeng Setiabudhi adalah karena ingin makan surabi-nya. Saat masih jadi jojoba Memed pernah membangunkan kita untuk makan surabi, Memed mengira surabinya cimit makanya ngide beli banyak, begitu jadi eh… 8 dus. Tadinya aku ingin order rasa yang sama dengan yang Memed order dulu, tapi karena udah lupa akhirnya aku order surabi oncom. Meski rasanya cukup pedas, rasa oncomnya enak yaini~
Oh ya, kita dikasih free tajil.
Alhamdulillah bukber well spent. Terima kasih manteman yang bersedia meluangkan waktunya untuk ikut bukber dadakan di waktu yang udah mepet. Halal bihalal bisa kali ah…
Waroeng Setiabudhi @waroengsetiabudhibdg
📍 Jl. Teuku Umar no 11 Dipatiukur Bandung
📆 12.00 22.00 WIB
🥞 Rp 8.000 - Rp 28.500
🍜 Rp 25.000 - Rp 38.000
🍹 Rp 6.000 - Rp 28.000