Photo by Kyle Loftus |
Hello~
Meski mendengarkan musik saat bekerja bisa meningkatkan mood, nggak jarang aku malah nggak fokus karena terhanyut dengan liriknya yang seakan-akan ngajakin ngobrol. Yha~ sometimes it doesn’t work on me. Tergantung situesyen… hati.
Aku lupa baca thread-nya di Twitter Land belahan mana, di thread tersebut dijelaskan bahwa salah satu alasan mengapa kita bisa lebih produktif bekerja saat berada di coffee shop adalah karena tingkat kebisingan yang pas yakni sekitar 70 desibel. Tingkat kebisingan dibawah 70 desibel dianggap terlalu rendah sehingga membuat kita mudah mengantuk, sedang tingkat kebisingan diatas 70 desibel dianggap terlalu tinggi sehingga membuat kita terganggu.
FYI aja sih ini haha
Salah satu playlist favorite-ku di Spotify adalah Iconic Soundtrack, kalau kau suka menonton film mungkin kau akan suka, tapi kalau nggak pun ya gpp sih. Yang kusuka dari playlist ini adalah mostly isinya adalah scoring dari film-film yang alhamdulillah udah pernah ditonton (meski nggak semua) jadi sambil mendengarkan aku bisa sekalian membayangkan scene-nya. Asyik sekali bukan?
Saat masih kecil aku sering ZBL dengan panitia Academy Awards atau acara semacamnya yang memiliki nominasi untuk Best Original Score, Best Sound Mixing, Best Sound Editing etc. Macem: yaudah sih langsung aja ke Best Actor/Actress, Best Supporting Actor/Actress, Best Picture etc, aku ingin menonton acara inti, nonton nyanyi-nyanyinya dan lihat artisnya pake baju apa. Saat itu masih belum faham mengapa kita perlu memberikan apresiasi untuk ‘suara-suara’ yang terdengar sama?
Later did I know… saat itu nalarku baru meletek, mohon dimaklumi ya pemirsa.
Waktu pun berlalu dan aku pun belajar untuk memahami bahwa scoring adalah bagian yang tak bisa terpisahkan dari sebuah film. Kalau soundtrack adalah lagu yang diciptakan/dipilih untuk mengiringi film maka scoring adalah suara-suara yang dikomposisikan untuk membangun suasana dalam film. Scoring adalah bagian dari soundtrack namun soundtrack bukanlah scoring. CMIIW wahai suhu.
My Heart Will Go On-nya Celine Dion adalah soundtrack film Titanic.
Barcelona-nya Giulia Y Los Tellarini adalah soundtrack film Vicky Christina Barcelona.
Wouldn’t It Be Nice-nya The Beach Boys adalah soundtrack film 50 First Dates.
Scoring adalah saat Robbie mengetik surat untuk Cece secara menggebu-gebu di film Atonement.
Scoring adalah saat anggota keluarga le Domas berlarian bersembunyi demi mempertahankan diri di film Hide and Seek.
Scoring adalah saat Hedwig terbang mengantarkan surat dari Hogwarts ke rumah keluarga Dursley di film Harry Potter and The Sorcerer Stone.
Scoring adalah saat Forest dan Jennie menghabiskan waktu bersama di atas pohon di film Forest Gump.
Terbayang nggak? Well… Kurasa scoring akan lebih mudah difahami kalau udah menonton filmnya.
Ada banyak komposer yang bisa ditemukan di Spotify *I like it *pake suara Curutnya Ria SW So far, komposer yang karyanya sering kudengarkan belakangan ini adalah Hans Zimmer, opa (yang beneran opa, bukan oppa) yang satu ini adalah komposer untuk film-film popular, macem: Interstellar, Gladiator, Pirates of The Caribbean etc. FYI, doi nggak mengerjakan semuanya sendiri ya, kadang featuring dengan composer lain yaini.
Kalau kalyan udah bosan dengan playlist yang itu-itu aja, coba sesekali dengarkan playlist Iconic Soundtrack, mungkin kalyan akan suka.
Playlist Spotify-nya nggak bisa auto play, jadi klik mandiri ya :)