Hello~
Ini adalah post lanjutan dari post sebelumnya ya…
Tujuan kita selanjutnya adalah Hutan Pinus Mangunan dan HeHa Ocean View yang kalau di peta mah berada di daerah Gunung Kidul. Lagi, sepanjang perjalanan menuju kesana kulalui dengan tertidur 💤, beruntung AC bisnya nggak yang bikin semaput jadi kubisa lelap, paling kaki aja niya yang susah banget dikontrol 😅.
HUTAN PINUS MANGUNAN
Kita sampai di Hutan Pinus Mangunan menjelang sore, jelas bergeser jauh dari itinerary yang kudapat sebelum berangkat. Begitu turun kita langsung melakukan sesi dokumentasi sat set dan diberikan waktu hanya 15 menit aja ke Hutan Pinus Mangunan 😱. Coba jelaskan apa yang bisa didapatkan dari 15 menit wahai paduqa? 🥲 HAHAHA ternyata tidur siangku di bis lebih lama~ ketimbang saat di tujuan.
To be honest, aku nggak menikmati 15 menit itu 🥲.
Begitu memasuki area Hutan Pinus Mangunan hal yang pertama ada di benakku adalah: ini siapa sih yang memilih tujuannya? 😤 Asli. Monanges. Bukan karena Hutan Pinus Mangunan nggak bagus dan tertata, melainkan karena hutan pinus adalah hal yang biasa kita temui di Bandung. FYI. Aku selalu melewati hutan pinus setiap kali pulang ke rumah jadi ya B aja, nggak yang pulangnya mulung biji pinus untuk souvenir.
Kemudian kita kembali ke dalam bis, kembali ke kursi yang bikinku sakit pinggang, menempuh perjalanan ke HeHa Ocean View. Ketimbang misuh-misuh yang bikin ripuh kuputuskan untuk menikmati golden hour Yogyakarta sore itu melalui kaca jendela bis, daripada nggak sama sekali yekan 🤭 Kubiarkan cahayanya menyinari wajah hingga terasa hangat, menembus sanubari, merelakan sunset yang kuidam-idamkan meredup.
***
HEHA OCEAN VIEW
Menjelang maghrib kita sampai di check point-nya HeHa Ocean View, dari sana kita naik minibus aka elp menuju HeHa Ocean View. Hah? Gimana? Gimana? Iya guise… karena jalannya kecil bis kita nggak muat makanya pake minibus 🥲. Kukira jarak antara check point dan HeHa Ocean View dekat macem 5-15 menit makanya aku memilih untuk duduk di dekat pintu, ternyata jaraknya 30 menit yaini… HeHadeuuhhh 😅
Dari parkiran kita mesti jalan agak menanjak menuju loket, kalau nggak mau capek bisa sih pake ojek dengan biaya 5K, karena jaraknya nggak terlalu jauh kita memutuskan untuk jalan kaki aja. Dan terjadi lagi… kita langsung melakukan sesi dokumentasi sat set dan diberikan waktu hanya 15 menit aja di HeHa Ocean View 😅. OKAY.
15 menit selanjutnya kuhabiskan dengan memotret teman-temanku, udah macem challenge di TikTok aja 😂 Background-nya sama orangnya yang berganti, next! next! next! next! next! Sampai akhirnya aku capek dan memutuskan untuk ke parkiran duluan menunggu teman-temanku kembali.
***
Perjalanan menuju hotel adalah perjalanan yang panjang, berkali-kali kucek G-Maps berharap bis kita nggak sengaja melintasi time loop dan tring! udah sampai di hotel 😀. Ohya, karena kita nggak berhasil mencapai rest area tepat waktu, makan malam kita diantarkan langsung ke hotel. Begitu sampai ke hotel yang pertama kulakukan adalah makan, pondasi dulu dongs 😂.
Tadinya aku ingin rebahan aja menonton TV sambil meluruskan kaki, tapinya nggak jadi karena temanku mengajak main ke Malioboro. Memang Malioboro masih ramai meski udah tengah malam, sayangnya nggak semua tempat buka 24 jam jadi kita bingung mau ngapain 😁.
Di TikTok aku pernah menoton video ciwik-ciwik yang menyewa skuter dan berfoto di depan Tugu, yha~ ketimbang gabut yekan haha Kita menyewa skuter dari mas-mas yang stay di sekitar Malioboro dengan harga 30K/jam dan menitipkan ID sebagai jaminan. Kalem guise… nanti mas-masnya ngajarin kok cara pakenya yang nggak jauh berbeza dengan skuter manual (saat kita kecil).
Tentcu, pake skuter membuat kita tampak sedikit lebih muda dan bebas haha Kita berkeliling ke daerah sekitar Maliboro, yang ternyata nggak diperbolehkan untuk skuter *nggak ngeh karena spanduknya agak nyempil. Saat ingin mengembalikan skuter, Masnya mengajak kita untuk berfoto di depan Tugu, tawaran yang pastinya sulit untuk ditolak.
Kalau ada hal yang membuatku berkesan selama di Yogyyakarta, itu adalah skuteran tengah malam di Malioboro. Yang lain sana… minggir dulu! 😂.
Setelah sarapan kita memiliki waktu bebas nan terbatas untuk berbelanja oleh-oleh (opsional), sayangnya aku nggak bisa cabs ke ArtJog karena mesti mengikuti itinerary, eym… padahal Artjog adaah alasanku mengikuti gathering. Mungkinkah semesta menikungku gegara meninggalkan Icunk dan Deya di Bandung? 🤔.
Apalagi yang dilakukan wisatawan di waktu bebas? Yap. Ofkors belanja oleh-oleh. Kali ini aku ikut rombongan belanja temanku yang searah, rencananya aku ingin mampir ke ke Pasar Bringharjo untuk beli Wedang Uwu titipannya Icunk. Aku sengaja nggak menyisihkan budget untuk oleh-oleh karena memang nggak mood, lagi pula kebanyakan oleh-oleh expired date-nya sempit, nggak mungkin dipaketin ke rumah 😁.
Di Pasar Bringharjo aku membeli Wedang Uwu dan Serundeng pedas, karena kuyakin *pake banget pulang gathering aku mager tyada dua 💤. Tadinya mau beli Emping tapinya nggak jadi karena ingat setelah puasa kakiku sempat kram di tengah malam gegara makan Emping ½ toples. Iya guise… inilah tanda-tanda nyata penjompoan dini 😱. FYI. Serundeng pedasnya nggak benar-benar pedas ya, hanya sekelebat gitu.
Sebelum pulang ke Bandung kita sempat mampir di pusat oleh-oleh lainnya, sambil menunggu teman-temanku berbelanja aku memutuskan unuk jajan Baso Kawi di seberangnya, penyegaran dulu guise… mumet rasanya kepalaku kena AC mulu 🥴.
Perjalanan pulang ke Bandung kembali dilalui dengan tertidur, sesekali terbangun karena golden hour di Cipali menggelitik mataku melalui tirai yang disusupinya, membuatku sadar bahwa aku mengulangi rangkaian kejadian yang sama selama 2 hari berturut-turut. Matahari tenggelam dengan senyap menyisakan kita yang udah nggak tahu mesti ngapain lagi 😁.
REST AREA BANJARNEGARA
Kita berhenti di rest area Banjarnegara karena nggak sanggup sampai tepat waktu di rest area yang ada di itinerary. Sezuzurnya, aku pun ingin ke rest area ini… tapi nggak di malam hari juga siya haha 🤣 Selama ini foto dan video yang kulihat adalah versi default, makanya begitu switch ke dark mode langsung kaget sejadi-jadinya 😅. Mungkin ini hanya perasaanku aja, tapi aku beneran nggak betah (yakali rumah) dan ingin cepat-cepat cabs dari sana.
Mohon maaf geng ulang tahun Agustus, daku ngacir duluan ke parkiran bis dan nungguin kalyan disana 🥲.
***
Kita sampai di Bandung menjelang tengah malam, kalau Mas Tour-nya nggak ngasih pengumuman: udah sampai pintu keluar tol Kopo pake mic karaoke mungkin aku akan bablas tertidur.
***
Diantara semua cerita-derita liburan ke Yogyakarta aku mesti bilang bahwa liburan sat set ini memang yang paling beda. Kapan lagi coba liburan yang 2/3 waktunya dihabiskan di dalam bis? Baru kali ini yekan. Aku sih senang-senang aja punya teman yang tahu cara menghabiskan waktu dengan asyik, so far hotelnya nyaman, makanannya enak dan cemilannya banyak.
To be honest, aku merasa amazed pada diri sendiri karena dalam waktu 3 hari ini aku merasakan banyak emosi yang bergantian mengambil alih. Berusaha menyadari bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengamalkan stoicism 🤣 Semua hal terjadi saat itu benar-benar berada diluar kendaliku. Lagi. Ketimbang misuh-misuh… kali akan kubiarkan semesta menikungku dari balik itinerary yang disusun tanpa mengecek G-Maps 🥴🔨.
Setelah kupikirkan lagi, mungkin sebenarnya aku kurang cocok dengan konsep liburan sat set macem begini. Aku lebih cocok dengan liburan santai nan nyaman, macem menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan, jajan cemilan dan menikmati momen tanpa ada tendensi dokumentasi ✨👌🏻.
Liburan lagi kuy?!