Rabu 11 Maret
Meeting di Mucho Coffee, setelah kelar ngobrolin urusan kerjaan aku sempat mendengarkan ceritanya Flo yang baru pulang dari Jepang (dan ngasih cokelat juga). Katanya meski udah ada desas desus COVID-19 perjalanannya lancar jaya, nggak ada hal berarti kecuali orang-orang yang udah mulai jaga jarak antar sesama dan udah ada pengecekan suhu di bandara.
Kupikir Italian’s outbreak mayan mind blowing juga ya... karena kalau dipikir-pikir karakter orang Italia agak mirip dengan orang Indonesia. Mangan ora mangan sing penting kumpul (dengan keluarga). Suka nongkrong dengan teman dan ngeyel. Kupikir kalau pemerintah kita nggak siap bisa jadi Indonesia kan berakhir macem Italia. Semoga aja nggak...
Jadi, pemerintah Italia berinisiatif membatasi penyebaran COVID-19 dengan cara meliburkan hampir separuh pekerjanya atau dengan kata lain social distancing. Bukannya menuruti apa kata pemerintah, rerata pekerja yang sedang libur’ memanfaatkan waktunya untuk pulang kampung dan berkumpul dengan keluarga, sudah bisa ditebak ya apa yang terjadi selanjutnya...
Kamis 12 Maret
Udah nggak ngerti lagi dengan sikap pemerintah yang adem ayem tentrem padahal negara lain udah mulai siap-siap menghadapi COVID-19. Mbok ya kalau ngasih statement dipikir dulu... ini yang denger kan hampir satu Indonesia.
Mana nih yang suka ngeceng-cengin COVID-19? Yap. Sedikit demi sedikit candaan tentang COVID-19 mulai berkurang digantikan kekhawatiran atas ke-sangat-nggak-seriusan pemerintah dalam menanggapi isu COVID-19. Kadang suka mikir apa sih yang ada di pikiran mereka-mereka ini.
Twitter udah mulai serius ya... jokes receh masih ada tapi berita tentang COVID-19 nggak kalah bikin heboh. Masker di minimarket udah nggak ada, hand sanitizer menuju kepunahan, untung sebelumnya udah beli. Tinggal anti septic macem Dettol dan Bayclean yang masih setia mejeng di rak.
Jum’at 13 Maret
Meski suda tahu hasilnya apa aku tetap menunggu e-mail konfirmasi dari Stipendium Hungaricum, ingin memastikan aja. Gimana ya... di satu sisi aku merasa kecewa karena belum lulus, tapi di sisi lain aku merasa lega karena udah nggak merasa terbebani dengan task yang belum sempat kukerjakan. Mungkin seharusnya aku lebih santai kali ya... dan mencoba lagi.
Pagi ini aku mestinya ke workshop untuk mengecek sample sepatu baru dan mengambil beberapa sample sepatu untuk wear test. Sebelum berangkat Atak minta revisi grafis inner box sepatu, jadilah aku mengerjakannya dulu dan baru bisa berangkat sekitar jam 14.00. Cuacanya udah mulai nggak enak niya...
Sepulang dari workshop, angkot yang kunaiki cukup produktif yaw artinya banyak penumpang yang naik dan turun, tapi nggak tahu kenapa badanku udah mulai kerasa nggak enak, udah mulai kaya masuk angin lagi. Malamnya aku demam dan tidur cepat.
Sabtu 14 Maret 2020
Semalam aku demam, kayanya lumayan tinggi soalnya tidurku sama sekali nggak nyenyak dan kebangun-bangun, sakit sebadan-badan. Seharian cuma bisa rebahan gegara keleyengan mulu setiap kali duduk dan berdiri, mual dan sesekali sesak. Chat Uhti nggak bisa hadir ke nikahannya Ully padahal Deya udah bersedia jemput (asique), Icunk pulang ke rumah, Mamih ke nikahan saudaranya dan Memed nggak tahu dimana haha Byasalah, Neng yang satu ini lagi hectic ngurusin printilan nikahan.
Karena nggak memungkinkan untuk keluar maka konsultasinya via Halodoc aja, sumvah udah parno COVID-19. Meskipun menurut pemerintah dan broadcast yang seliweran di social media, COVID-19 nggak semenakutkan yang diberitakan. Ingin ku berkata hadehhh... Kalau China aja bisa kolaps lakita apakabar cuk? Udah bosan sih sebenernya scrolling timeline mulu, tapi aku nggak punya pilihan hiburan lainnya haha
Minggu 15 Maret 2020
Semalam aku demam lagi, padahal udah minum obat, hampir sama kaya kemaren malem cuma sekarang ditambah lemas. Tapi siangnya tetep mandi sih. Seharian aku rebahan, masih keleyengan mulu setiap kali duduk dan berdiri, masih mual dan sesekali sesak. Tambahnnya, udah nggak bisa liat screen lama-lama.
Pikiranku udah kemana-mana yaini, banyak banget ‘gimana kalau’ yang malah semakin membuatku tambah pusing. Khawatir juga dengan keadaan rumah sakit yang menjadi rujukan, kupikir kalau rumah sakitnya nggak siap nanti pasiennya nggak akan tertangani dengan baik, mana COVID-19 adalah hal baru.
Senin 16 Maret
Aku terbangun dengan keadaan yang lebih baik, seenggaknya suhu badanku udah kembali agak normal, meski sesekali masih keleyengan dan banyak istirahat. Akan ku dedikasikan hari ini untuk pekerjaan domestik yang nggak sempat ku kerjakan kemarin haha Menikmati hari pertama dari 2 minggu project WFH (Work From Home) yang dicanangkan oleh pemerintah.
Bhangkay syekali kelakuan tukang masker musiman ini, sama sekali nggak ada empatinya. Sumvah pusing banget liatin harga masker di e-commerce harganya udah pada nggak masuk akal, kalau pun murah belum tentu barangnya asli.
Sabtu, 21 Maret
Pagi ini akhirnya aku di-chat kurir @keranjangsegar yang meminta untuk dikirimkan point lokasiku, alhamdulillah yaw, setelah waiting list sejak hari senin aku kebagian juga hehe Setelah belanjaanku datang, aku sok sibuk membersihkan dan menyimpannya di kulkas, heran juga sih sebenarnya kok bisa ya aku se-random ini dalam memilih buah-buahan.
FYI. Aku membeli alpukat, pepaya, bengkuang, air kelapa muda, daun mint dan sepaket dim sum.
Komentar Widy: kenapa sih beli bengkuang? (meneketehe haha makanya kalau belanja ikutan milih napa)
Siangnya aku mendapatkan kabar yang kurang mengenakkan dari Memed, sehubungan dengan COVID-19 rencana pernikahannya berubah, dari akad + resepsi di hari yang sama menjadi hanya akad aja dan resepsinya menyusul. Tersedih yaini. Anyway, semoga Memed dan keluarga diberikan kelapangan hati menyikapi perubahan rencana ini, love you always sis...
Dengan dibatalkannya rencana resepsi Memed, maka batal pula trip kita ke Tasikmalaya, untungnya kita belum booking hotel. Yha~ begitu pun dengan tiket kereta, meski aku booking tiketnya menggunakan aplikasi KAI access, untuk pembatalannya aku mesti mendatangi stasiun KA. Di masa yang genting seperti ini... apa pun bisa saja terjadi.
Yap. Aku menghilangkan ATM mama (lagi), udah dicari-cari tapinya nggak ketemu, kemungkinan tertelan di mesin ATM saat aku terburu-buru pergi ke rumah sakit. Sesorean aku nonton lagi Om Hao... Malamnya aku dan Widy nge-Go Food-in Wingz O Wingz, ketimbang Chicken Magma Lava aku lebih suka Chicken Honey Lemon (ada manis-manisnya hehe), Jus Kejunya juga enak dan kita udah keburu kenyang sebelum makan saladnya.
Minggu 22 Maret
Menyenangkan sekali keadaanku jauh berbeda dari minggu lalu, pagi-pagi ku mengupas bengkuang dan makan pepaya. Masih batuk-batuk, tapi mama VC dan mewanti-wanti agar aku nggak usah keluar rumah dulu, bahaya. Bandung udah ada suspect COVID-19. Kita panik luar biasa.
Setelah ikutan menjalani 1 minggu WFH aku udah mulai merasa bosan, apalagi saat tahu mesti social distancing. Begini ya guise... statusku saat ini adalah remote worker, namun dalam seminggu aku punya 2 hari yang dikhusukan untuk workshop visit dan meeting, sedang sisanya WFH. Karena meeting adalah satu-satunya kesempatan kita untuk bersosialisasi dan keep in touch dengan rekan kerja, kebayang kan gimana anyepnya aku kini? *heu
Semoga per-COVID-19-an ini cepat berlalu, nggak kebayang soalnya...
Senin 23 Maret
Mengawali hari seninku dengan sarapan dim sum-nya Keranjang Segar dan menghabiskan pepaya sisa kemarin. B aja... haha Masih usaha meningkatkan daya imun dengan minum honey lemon shot, yang belakangan ini lemonnya beli aja yang udah udah jadi karena malay meresinnya. BTW, rasa lemonnya makin pahit, mungkin udah masuk bagian bijinya.
Rencananya hari ini adalah menelepon Call Centre BNI dan ke Stasiun KA Kiaracondong untuk pembatalan tiket ke Tasikmalaya. Dari pagi aku udah coba menelepon Call Centre BNI tapinya nggak bisa nyambung mulu, chat-nya apalagi, tanya @BNICostumerCare di Twitter nggak ada tanggapan. Apakah mereka (pegawai BNI) pada WFH juga?
Aku berangkat ke Stasiun KA Kiaracondong agak siangan, niatnya biar sekalian bisa jemuran pas di jalan haha nyatanya mataharinya nggak muncul-muncul. Mungkin Bandung kini adalah sister city-nya Forks. Di jalan masih rame aja, social distancing nggak berlaku apalagi kalau di perempatan traffic light, yang ada langsung disalip sama yang di belakang.
Sampai di stasiun minta formulir sekalian photo copy KTP ke mb costumer service, banyak juga ternyata yang mau pembatalan tiket. Hampir semuanya yang datang ke stasiun pake masker, tapi social distancing belum pada faham. Saat mengantri ZBL banget sama bapak yang dibelakang, mepet-mepet mulu nih ah, belum lagi emak-emak yang biasa nyelak antrian minta diduluin dengan alasan cuma (pembatalan) 1 tiket aja. Yukate kita arca... dari tadi berdiri tuh pada ngantri meur.
Saat masnya ngurusin pembatalan tiket punyaku, bapak yang dibelakang malah ngantri di depanku, hadehhh... saking KZLnya ku tegur sambil sewot “pak, ngantrinya di belakang bukan di depan!”, kemudian bapaknya mundur, tapi kemudian ngantri lagi di depanku.
Jadi gini ya, pihak stasiun udah kasih sign jarak pake lakban warna kuning di lantai dan aku berdirinya udah mengikuti sign. Bapak yang di belakang dan orang-orang di belakangnya mungkin masih belum familiar (atau kurang peduli) dengan sign-nya, yang ada jadinya malah mepet-mepet mulu macem ngerapetin shaf kalau mau sholat berjama’ah.
Selesai pembatalan tiket aku langsung caw ke kosan, mungkin gegara sugesti COVID-19 juga kali ya tapi balik dari stasiun berasa balik dari perang. Bagitu sampai aku langsung cuci kaki dan tangan pake sabun, sekalian pake face wash, aku merasa kotor. Baju yang tadi kupake langsung kucuci, jirr... makin kisyut aja nih tangan.
Karena masih batuk maka ku minum obat dan ketiduran, terbangun sore dan langsung ngemil bagelen haha baca di Twitter Tokopedia menutup akun tukang masker musiman, semoga aja e-commerce yang lain juga ikutan. Selain itu, yang cukup panas adalah berita anggota DPR dan keluarga (± 2000 orang) menyatakan bersedia ikut rapid test. Hadehhh lagi...
24 maret 2020
Nothing special today... kecuali aku berusaha keras untuk tetap kerja meski batuk nggak juga reda. Rencananya hari ini ke klinik, tapi ternyata kliniknya baru buka jam 2 siang, nggak berencana ke rumah sakit sebab kondisiku lagi nggak baik. Khawatir kalau ke rumah sakit malah terpapar dan malah makin sakit, dengan semakin banyak pemberitaan tentang COVID-19, semakin parno.
Tumben Widy pulang siang, bawa Wingz O Wingz lagi... Mungkin yang kemarin masih kurang haha Unfortunately, klinik yang rencananya ku datangi ternyata tutup entah karena apa, jadilah aku mencari klinik lainnya. Kecewa sih... karena aku mesti merubah rencanaku, tapi lebih kecewa lagi saat ku tahu apotik yang biasanya ku datangi juga tutup. Like, what? Apakah semuanya udah pake mode WFH?
Setelah mencari via G-Maps, aku menemukan klinik 24 jam dan mendatanginya. Jalanan udah pada sepi, tapi masih ada aja yang lalu lalang dan berkumpul bersama macem biasa. Di klinik yang ternyata sepi juga aku disambut mb dan mas yang lagi jaga dan tanpa perlu menunggu lama aku langsung diperiksa.
Saat diperiksa itu aku ditanya-tanya pertanyaan standar masa kini: udah berapa lama? Ada demam nggak? Ada sesak nggak? Seminggu ini kemana aja? Ketemu siapa aja? Yang kujawab dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya.
Kesimpulannya aku kena radang dan diwanti-wanti untuk konsisten minum obat, rutin minum madu di pagi dan sore hari, makan makanan bergizi, banyak minum air putih, istirahat yang cukup dan pake masker kemana-mana. OKAY. Aku rebahan aja.
Setelah pulang dari klinik aku langsung mandi dan ganti baju, makan dan minum obat. Sisanya rebahan sambil scrolling timeline yakeles ada yang rame haha
25 Maret 2020
Meeting reguler masih via Blue Jeans, nggak perlulah pake Zoom macem online class masa kini. Teh Nopi bilang situasi di US udah agak kacau, orang-orang panic buying dan meminta kita bersiap-siap untuk 2-3 minggu yang akan datang. Jangan lupa membeli masker, hand sanitizer dan vitamin C, kalau bisa nyetok makanan kali aja situasi makin kacau.
Urusan COVID-19 ini mau nggak mau berimbas pada urusan bisnis yang mana berimbas juga pada kerjaan, masih abu-abu. Banyak bisnis yang mulai hiatus, terutama retail, fashion dan apparel diprediksi akan terjun bebas meski memasuki masa panen (ramadhan). Orang-orang akan lebih memilih makanan dan grocery ketimbang meng-upgrade penampilan.
Kupikir ini adalah saat yang tepat untuk bilang: winter is coming.
Yha~
COVID-19 is coming here.
Alhamdulillah, untuk minggu ini aku nggak mesti ke workshop sebab situasi nggak begitu kondusif, Ian ternyata sakit juga. Belum tahu ke depannya akan gimana yang jelas untuk saat ini kita berkomunikasi via e-mail dan WA, untuk kerjaan nggak ada yang berubah langsung submit aja ke Trello. Karena aku adalah remote worker kebijakan WFH terasa B aja, tapi excited karena teman-temanku (akhirnya) bisa merasakan apa yang kurasakan setahun belakangan ini.
26 Maret 2020
Nothing special here hehe aku kerja sampai sore, repot juga mendesain sambil batuk dan ngantuk gegara minum obat, bawaannya ingin rebahan mulu. Aku udah merasa jengah dengan pemberitaan COVID-19 di media sosial, banyak kesimpangsiuran dan keenggakjelasan terutama dari pemerintah. Udah nggak ngerti lagi... kenapa sih pemerintah nggak tegas dan gercep.
Mulai nyari pattern masker via Pinterest, rencananya ingin buat masker sendiri sebab nggak yakin bakal kebagian masker apa nggak. Mulai nonton Itaewon Class, sumpah ingin banget benering rambutnya si Park Seo Ro-Yi rapihin poninya rata gitu.