Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

“Subang tuh dimana yah?”
“Gue pernah lewat sih, tapi gak pernah mampir”
“Tau... tau... tapi belum pernah kesana 😁”
“Ohh... kok baru denger ya? Emang dimana?”
“Eh, udah ada listrik belum di rumah kamu?”

Begitulah... komentar-komentar mengharukan ketika baru kenalan, seakan-akan I was lived in the middle of nowhere 😁. Saking noticeless-nya mereka baru ngeh ketika aku sebut Ciater, bukan Gunung Tangkuban Perahu yang main gate-nya masuk wilayah Bandung meski sebenarnya ½ dari Gunung Tangkuban Perahu masuk wilayah Subang. Macem wisman yang lebih kenal Bali ketimbang Indonesia 😅.

Jutaan kali aku bolak-balik dari Subang ke Bandung atau dari Bandung ke Subang, belum pernah sekalipun aku menemukan transportasi resmi yang mengakomodir rute Subang-Bandung selain mobil elf atau elp yang suka ngetem lama di terminal. Satu-satunya bis yang rutenya melewati rute Subang Bandung hanyalah bis dari Indramayu. Mungkin orang nggak tahu Subang karena minim transportasi, karena itu juga orang lebih memilih kendaraan pribadi macem mobil atau motor 🤭.

Bagi yang belum pernah ke Subang dan berniat pergi kesana pasti deh googling dulu. Mau pake transportasi apa? Berapa lama jaraknya? Berhentinya dimana? Tarifnya berapa? Lewat daerah mana aja? Nih, ku kasih tahu ya...

ELF (update pandemi awal)
💰 Rp 40.000 - Rp 45.000 sekali jalan *hari raya tarif naik.
🚐 L300 yang udah butut
📆 jadwal keberangkatan tidak tentu, biasanya udah stand by sebelum jam 6 pagi.
🚦 melewati daerah Cikole, Lembang, Ciater, Jalancagak dan Tambakan.

📍 pick up point di Subang
05.00-07.00 WIB di bunderan pos polisi depan Toko Harmoni
07.00-sore di Terminal Subang

📍 drop point di Subang
07.00-15.00 WIB di Terminal Subang
15.00-malam di depan Yogi Optical

📍 pick up point di Bandung
Terminal Ledeng
Terminal St. Hall (di belakang pintu selatan Stasiun Bandung, di sebrang Pasar Baru)

Diusahakan menggunakan elf yang ngetem di terminal ketimbang yang ngetem di jalanan. Karena elf yang ada di terminal tidak akan berangkat sebelum mobilnya penuh, jadi ngetemnya sudah habis duluan di terminal, sedangkan elf yang ngetem di jalanan mencari penumpang sambil jalan, jadinya seloww... bisa-bisa molor sampai 3 jam 🥴. Tips: Pilih seat di row paling belakang atau kedua dari belakang agar nyaman. Jangan pilih seat di row tengah karena 2 seat + kursi tambahan harus muat untuk 5 orang 🥲.

BIS (Bandung-Indramayu)
💰 Rp 30.000 (nggak update karena udah nggak pake lagi🙏🏻)
🚌 bis
📆 jadwal keberangkatan tidak tentu.
🚥 melewati daerah Cikole, Lembang, Ciater, Jalancagak dan Tambakan

📍 pick up point di Subang
Di depan Terminal Subang (bisnya nggak masuk terminal)
Di sekitar The Big House

📍 pick up point di Bandung
Terminal Leuwi Panjang

TRAVEL PAK MAMAN (update Agustus 2022)
📞 +6281 220 973 873
💰 Rp 85.000 - Rp 95.000 sekali jalan *hari raya tarif naik
🚐 Luxio & Ertiga
📆 untuk informasi jadwal keberangkatan dan pick up bisa kontak Pak Maman.
🚦 weekdays melewati daerah Cikole, Lembang, Ciater, Jalan Cagak dan Tambakan, khusus weekend via tol Cipali.

Rata-rata costumer-nya masih berasal dari Subang kota karena Travel Pak Maman belum ekspansi keluar kota, tujuan terjauhku adalah Cilengkrang, tapi kata driver-nya bisa sampai Jatinangor. Kalau kalyan menginginkan kenyamanan kurekomendasikan Travel Pak Maman ini, driver-nya friendly, bisa ngobrol santai dengan costumer-nya dan berhenti ke ATM dulu😁 Minus-nya sering molor karena sistem door to door-nya cukup menyita waktu.

WB TRANS (update Agustus 2022)
📞+62 818-827-188
💰 Rp 80.000 sekali jalan, Rp 130.000 PP *hari raya tarif naik
🚐 minibus
📆 jadwal keberangkatan 1 jam sekali
🚥 via tol Cipali

📍 pick up point di Subang
Jl. Otto Iskandardinata no 74, Karanganyar (samping STIESA)

📍 pick up point di Bandung
Jl. Dr. Djunjunan no 53 Pasteur

Kalau kalyan butuh transportasi yang lebih on time, kurekomendasikan pake WB Trans, jangan lupa chat admin-nya dari H-sekian karena high demand terutama saat weekend. Pool-nya ada di Pasteur dan Dago. Yha~ sekarang udah ada pool yang resminya 😀. Meski kita beli tiket PP jadwal (hari dan jamnya) bisa memilih sendiri, seat-nya ditentukan oleh admin. Bukti pembayarannya jangan dibuang, sebelum berangkat dicek lagi (terutama tiket PP).


DAMRI (update pandemi awal)
💰 Rp 45.000
🚌 bus
📍 via Tol Cipali

Nggak ada informasi lebih lanjut mengenai trayek ini sejak pandemi. Kemungkinan trayeknya udah dihapus karena Bandara Kertajati kurang produktif 🥲. 

dari grup WA info DAMRI

Akhirnya aku nyobain pake DAMRI juga ya, berangkatnya dari Pool DAMRI Bandung yang letaknya di depan Stasiun Bandung, karena khawatir macet long weekend aku datang 1/2 jam lebih awal. Pas banget mau berangkat, mungkin karena khawatir macet long weekend juga kali ya... makanya bus DAMRI yang kunaiki ini berangkat 1/2 jam lebih awal dari jadwal, yang seharusnya berangkat jam 16.00 jadinya 15.30. Bus DAMRInya termasuk model lama ya, semua seat-nya menghadap ke depan.

Kalau melihat jadwal yang tertera di gambar yang seliweran di grup WA, harusnya DAMRI Bandung-Subang ini keluar di pintu tol Kaliangsana yang berarti melewati daerah Kalijati dan Dawuan sebelum sampai di Terminal Subang. Nyatanya kemarin itu keluarnya di pintu tol Subang yang mana memang lebih deket ke Terminal Subang. Lupa nanya juga ya kenapa rutenya nggak sesuai dengan gambar, tapi kemungkinan besar sih untuk memangkas waktu karena sebelumnya kita terjebak macet di Padalarang. Nggak tau deh kalau ntar...

Aku sih yes dengan adanya DAMRI Bandung- Subang ini, selain lebih cepat, nggak perlu desek-desekan lagi kaya di elf. Soal harga ya relatif sih, toh ada rupa ada harga kan hehe Kalau melihat rute DAMRI antar kota terbaru diatas, sebenarnya DAMRI itu menyasar market Kertajati namun tak lupa untuk mempermudah akses ke kota-kota sekitarnya. Berarti tinggal Kereta Api nih :) wkwkwkwk

***

Untuk tujuan lanjutan seperti ke Pagaden, Pamanukan atau Kalijati bisa menggunakan angkot dan ojek konvesional. Sedangkan untuk moda transportasi umum di dalam kota di Subang bisa menggunakan becak atau Grab. Ya, di Subang kini ada Grab, cuma karena masih baru jadinya driver-nya belum banyak dan pick up point-nya masih belum pas.

***

Sebelumnya nggak pernah mengira kalau post tentang transportasi umum dari Subang ke Bandung atau sebaliknya ini menjadi salah satu post yang paling sering dibaca di blogku, bahkan sampai saat ini (Agustus 2022) traffic view-nya sudah mencapai 40ribu sekian. Ternyata... berfaedah juga yha~ 😁🙏🏻. Kalau kalyan bingung mau makan apa di Subang, mungkin post di bawah ini bisa membantu:

ADA APA DI SUBANG?

Karena post ini adalah post aktif yang sering dijadikan referensi, maka aku pun selalu berusaha untuk meng-update-nya, beberapa diantara kalyan bahkan menghubungi via DM IG. Kalau masih ada yang belum jelas kalyan juga bisa tanya ini itu via questions box yang ada di samping kanan 😉. Terima kasih sudah membaca dan menghubungi. Anyway, mewakili semua gapura perbatasan daerah Subang dan sekitarnya;

SELAMAT DATANG DI KOTA SUBANG
😊😊😊
Share
Tweet
Pin
Share
48 comments

Menurut informasi dari sesembak suweg made in Kadungora, ada 2 merk pewarna kain yang biasa dipakai untuk tie dye, yaitu Wantex dan Dylon. Ia merekomendasikan Dylon karena lebih bagus meski harganya lebih mahal dibandingkan dengan Wantex 😉. Dylon dijual bebas di toko-toko tekstil atau aksesoris, kalau ingin mudah bisa mencari di internet namun harga yang ditawarkan online shop biasanya relatif lebih mahal daripada di toko, bahkan bisa mencapai ±50 % (ingat ya, itu belum termasuk ongkir sist ...😅).

Untuk daerah Bandung, Dylon bisa dicari di daerah Otista seperti di Toko WK atau Toko Victory, ada juga di daerah eks Kings Shopping Centre yaitu di depan toko benang Dunia Baru, Toko Jopankar gitu ya kalau nggak salah ...

Di Toko WK
(^.^): Teh ada Daylen?
(*.*): Daylen?
(^.^): Iya.
(*.*): Nggak ada!
(^.^): Beneran teh? Kata temen saya disini ada.
(*.*): Emang buat apa?
(^.^): Buat ngewarnain kain
(*.*): ...
(^.^): ...
(*.*): Ohh ... Dilon!
(^.^): Emh ...  (^.^!) kuat ka ... leqoh ...

Jangan-jangan nih ... ada yang nyebutnya Delon 😅 Kaya Mizone, yang semakin ke timur berubah menjadi Misen atau Mijen. Endonesa 🤭. Cik, geura pangbanyurkeun caina ku senok. Karena hanya berkomunkasi via chat, aku mengasumsikan membaca Dylon dengan Daylen dan benar-benar lupa kebanyakan penjaga toko di Banung adalah orang Suna yang suka minum Panta. Mati gaya juga sih sama si teteh-tetehnya 😂.

Saat aku ke Toko WK, yang ada hanya Dylon saja karena stock Wantex sedang kosong. Harganya ± Rp. 16.000 per bungkus. Oh iya, terdapat 2 package Dylon yang berbeda, yang pertama menggunakan tin (kaleng) kecil seperti package permen Milton (temennya Pagoda Pastilles) zaman dulu, sedangkan yang kedua menggunakan plastik sachet seperti shampoo. Kata si tetehnya, Dylon yang packagenya menggunakan plastik sachet adalah versi terbaru dari Dylon yang packagenya mengunakan tin, harga dan isinya mah sama aja.

Kalau dibandingkan, Dylon yang ada di toko warnanya tidak seberagam yang dijual oleh online shop, mungkin karena faktor ini juga ya harganya jadi lebih mahal. Tapi lebih disarankan untuk membeli langsung di toko, selain karena lebih cepat dan lebih murah, terkadang online shop suka lupa mengupdate stocknya.

Dylon ini termasuk pewarna kain yang bersifat panas (hot dying) karena membutuhkan proses pemanasan terlebih dulu, yaitu dengan cara merebus serbuk Dylon yang telah dicampur air sampai mendidih sebelum kemudian diaplikasikan ke kain, dan untuk mendapatkan pewarnaan yang merata, kain harus ikut direbus di cairan Dylon. Seharian melakuakan eksplorasi tie dye aku malah bingung, kenapa warnanya tidak sepekat gambar-gambar di internet. Iya, jenis pewarnanya memang berbeda, tapi kan masa iya bedanya jauh banget? 

Hasil eksplorasi tie dyeku warnanya lebih soft dan hambar kaya yang nggak mau nempel.

Meneketehe.


Ternyata untuk mendapatkan warna yang lebih pekat aku harus menambahkan sedikit garam di cairan Dylon karena garam sifatnya mengikat, mengikat apa? Mengikat celupan. Kan tie dye ... tie = ikat dan dye = celup. Kak Shab menyarankan agar menambahkan sedikit deterjen untuk menghilangkan timbal, eh, jangan lupa kain yang mau dicelup juga harus direbus dulu.

Untuk tye dye tutorial bisa dilihat di Youtube atau di Pinterest, kebanyakan hasil pencarian linked dengan shibori atau marbling pattern.
Karena ini adalah eksplorasi maka sah-sah saja untuk menambahkan berbagai macam aplikasi pada material yang akan digunakan. Treatment yang berbeda meski meski menggunakan bahan yang sama ‘tetap dihitung’ sebagai eksplorasi. Here is mine. Hasil eksplorasi yang terpilih adalah kain katun yang dicelup 2 kali menggunakan pewarna kain, kemudian ditambahkan aplikasi tassel yang terbuat dari benang sulam dengan warna gradasi antara turqouise, putih dan baby blue. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Weekend ini mau kemana?

Kemana aja asal yang gratis.

After a years ... akhirnya aku dan Widy memutuskan untuk main bareng lagi, jarang-jarang kan bisa main bareng, apalagi kalau udah hidup masing masing kaya gini. Heuu ... 😔

Meski sebenarnya kita adalah saudara kandung, orang-orang sering salah mengira kita ini hanyalah teman belaka karena wajah kita emang nggak mirip, mereka baru ‘ngeh’ kita ada ‘benang merah’nya saat diberi tahu bahwa kita beneran saudara kandung. Kadang mereka juga salah mengira aku adalah adiknya dan Widy adalah kakaknya.😊

Kita memilih untuk main dari sore ke malam karena kalau main siang cuacanya labil (panasnya kebangetan dan hujannya nggak tanggung-tanggung) jadi bawaannya sering emosi haha 😆

Serius adik kakak? *kata orang-orang

Teras Cihampelas

Sejak diresmikan di awal tahun ini, Teras Cihampelas jadi magnet wisata baru yang turut menyumbang macet. Pedagang yang sebelumnya suka mangkal di sepanjang jalan Cihampelas kini direlokasi ke atas (Teras Cihampelas) agar lebih tertata dan mengurangi macet. Sedangkan pedagang yang nggak (mau) direlokasi lebih memilih untuk memepetkan lapak dagangannya ke toko-toko di sepanjang Jalan Cihampelas.

Agak ganggu juga sih, apalagi dengan tiang penyangga Teras Cihampelas yang ukurannya besar-besar. Eh tapi sama aja sih sempitnya mah, Cuma bedanya kalau dulu trotoarnya sempit karena pedagang sekarang trotoarnya sempit karena tiang.

Sebenarnya ya Teras Cihampelas itu disability friendly, sudah ada jalur khusus bagi pengguna kursi roda (atau baby stroller) dan lift yang disediakan untuk disablity user dan manula. Sayangnya lift tersebut  sedang under maintenance karena (katanya) lebih sering digunakan orang-orang non disabilitas yang malas naik turun menggunakan tangga.

Mungkin mereka Cuma nganter ... kaya di rumah sakit daerah, yang sakitnya satu, yang nganternya bisa sampai satu mobil bak terbuka. 😳

Tapi emang sih, jarak tangga dari ujung-ke ujung itu lumayan jauh, apalagi kalau mulainya dari depan Ciwalk. Teu kaditu, teu kadieu.

Di Teras Cihampelas, banyak kios-kios pedagang souvenirs, tetep ya yang banyak peminatnya mah kios makanan. Selain itu terdapat beberapa spot foto yang jadi incaran umat Instagram, sambil nunggu giliran foto kita nongkrong sambil liatin orang-orang yang juga lagi nongkrong. Karena posisinya di atas, kita jadi bisa megang daun-daun dari pohon yang ada di sepanjang jalan Cihampelas, eh tapi hati-hati ya dengan kabel listriknya.

Kuy! Geje juga ya ternyata ngeliatin orang lalu lalang di Teras Cihampelas.

Me. Scanning peoples 😊

PSY Yakiniku Steamboat

Karena Widy request makan di PSY Yakiniku Steamboat, kita pun meninggalkan Teras Cihampelas yang semakin gelap malah semakin ramai. Meski bukan kali pertama ke PSY Yakiniku Steamboat, kita sempat berkali-kali salah jalan karena lupa lagi tempatnya dimana, padahal ya itu udah pake google maps.

Benar apa kata orang tua zaman dulu, kalau maghrib jangan keluar rumah nanti suka disasarin setan.
Tadinya kita duduk di bawah pelampung karena  niatnya ingin foto-foto, eh tapi pas duduk kita malah ambles karena cushion-nya terlalu empuk ... dan mejanya jadi tinggi banget. Yaudah lah ya ... daripada nanti makannya nggak maksimal mending pindah.

Barulah ketika masak-masak kita ngobrol, meskipun nggak serius-serius amat topiknya, ya ... kecuali kepo nanyain mantan (-_____-).

Nggak ngerti juga kenapa kita bisa ngabisin semuanya padahal itu porsinya untuk 4 orang ~ 😝

Pelampung yang sebelah sini ya, bukan yang sebelah sana.
Properti pamer grup WA keluarga

Alun-alun Mesjid Raya Bandung

This is it ...

Wah ... harusnya bawa alas kalau mau duduk sambil leyeh-leyeh, karena meskipun rumputnya sintetis saat hujan tetap basyahhh. Pernah nggak sih kepikiran, berapa banyak kaki yang udah pernah menginjak rumput ini?

Oh iya, satu lagi, jangan lupa bawa kantorng keresek untuk alas kaki biar nggak bolak- balik kalau mau menyebrangi alun-alun. Yakali, siapa tahu mau langsung ke Kota Kembang.

Spending time di alun-alun mah nggak usah khawatir kelaparan, karena banyak yang jualan, paling yang harus dikhawatirkan adalah keinjek anak-anak yang lagi main hehe Widy malah udah siap bawa mainan untuk menghabiskan waktu, ishhh ... keliatan banget ya sering main sendiri. 

Coba ya bisa naik ke menaranya malem-malem ^.^
Me vs You
Okay. Abaikan yang dibelakang.
Udah ya. Bye!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Fashion illustrator adalah sebutan bagi orang-orang yang membuat fashion illustration atau gambar—gambar yang berhubungan dengan fashion, tidak harus melulu tentang outfit, aksesoris seperti jewelery atau perfume juga termasuk fashion. Jika menggambar adalah nama fakultas, maka fashion adalah nama jurusan.

Setiap fashion illustrator memiliki ciri khas masing-masing, baik itu mengenai style illustration-nya atau tools yang digunakan. Mostly, fashion illustrator membuat fashion illustration menggunakan coloring tools ketimbang digital tools semacam Wacom, selain lebih cepat, fashion illustration yang dibuat menggunakan coloring tools itu lebih mudah dikontrol dan lebih artsy.

Di bawah ini ada beberapa fashion illustrator  yang bisa dijadikan inspirasi ketika membuat fashion illustration. Sebenarnya masih banyak fashion illustrator lainnya yang lebih keren, yang mungkin belum pernah di-feed walking-in Instagramnya. So, this list is based my research only.

Let’s check this out!

@paperfashion

@julianehennes
 
@kathkrnd

 @niunka_kaminska

@agata_wierbicka

@ahvero

 @antonio_soares

@designersfamily

@jianlin_huang

@kiquy
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

A couple days ago, I watched Uncensored with Michael Ware on the National Geographic channel. At first, I’m very confused when seeing the theme title, it’s fashion. F-A-S-H-I-O-N.
Seriously? Fashion theme in National Geographic?

Yes! And you should go watch it.

Michael Ware is an honest man, yes it’s true, he didn’t lie when he commenting the Kanye West fashion show by ‘It’s very boring’ and shared his personal thought about who should be called designer worthy.

Yep, he is not a man with great taste in fashion, but he represents a people's mind who surprised people who released a clothing line because had billions of followers on IG and declared himself as a designer. The truth is, all over the world already knew he only buy the designs from designers who work on him.

As a (fashion) designer want to be, I very much agree with Michael Ware. If you called yourself a designer you should be can designer, the people who buy your designs and produce under his label couldn’t call designers, they are called a businessman.

FYI. The Kadarsihan stole the spotlight more than the show itself. They are...cushionable.

The latest issue I read about fashion week is the argument about fashion blogger existence, most fashion journalists think they are very annoying and didn’t have a journalist attitude. I understood because fashion journalists spent a long process before releasing their writing, the critics came from research and (mostly) not from their personal taste. Besides that, this fashion business is theirs, so they had a right to feel annoyed by the people who never did the long process like them come instantly.  I think so...

But let’s think about the marketing side.

When they come into fashion shows actually they didn’t really come as a fashion blogger, they are fashion buzzers. That’s the truth.

As you know, the real fashion blogger is not always glamourous as the common, the only one that makes them called fashion bloggers is they are writing about fashion on their blog and provide fashion content seriously. I mean, they should have some research and analysis before writing right.

Because sometimes they couldn’t get the pass for the fashion show or the events they are writing about.

But nowadays fashion blogger called is in the grey area, are they really fashion bloggers or just fashion enthusiasts? Sometimes, the social part took a bigger portion than the fashion part. Too many events make them forget how to write because they are too busy to take a selfie and write a caption.

So. In which part are you? The fashion journalist, the fashion blogger, or the fashion enthusiast?

After watching several fashion show and peeking behind the stage Michael Ware think that fashion is a complex business where art and creative people work hard together to present a show just for us.

Fashion is an endless business, even every time isn’t enough to show you how it lives. Since fashion became the most prospective business, it grew daily. Because fashion is not only about how to mix and match, prefer the nice one, or pick the best. But how we live in it.

For me, Michael Ware is too stiff as being narrator, but considering his background as a field journalist, he is the man who did his first Fashion Week report. I understood. But, if I can choose, I prefer him doing an interview than being a narrator because he is more relaxed and exciting.

Fashion reportage in Fashion TV is advertisement alike, but fashion reportage in National Geographic is science. I wish National Geographic provide more about fashion in science style like this.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (21)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (2)
    • ▼  Aug (2)
      • Pirates of the Carribean Movies
      • Diam Itu (C)Emas

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Dinda Puspitasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kae Pratiwi
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Mira Afianti
  • Monster Buaya
  • N Journal
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Check This Too

  • Minimalist Baker
  • Spice The Plate

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Community

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates