Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Let’s do a little throwback to cousin’s day out as I promised you before…

Untuk mengisi liburan lebaran sekitar 8-9 tahun yang lalu kita memutuskan untuk main ke Gunung Tangkuban Perahu. Ada beberapa opsi tempat wisata yang masuk list namun yang paling reliable untuk diajukan perizinannya adalah Gunung Tangkuban Perahu. Well... Sebagai manusia yang pernah muda pada masanya, kita pun ingin turut merasakan euphoria bermacet-macetan liburan lebaran dan update status macem mutual friend di social media 😁.

Oh ya, beberapa sepupuku tinggal di Surabaya makanya kadang suka kasihan karena liburan lebarannya sebentar dan nggak kemana-mana 😅. Selain itu, fakta bahwa ciwik-ciwik lebih banyak menghabiskan waktu di dapur bantuin masak atau menyiapkan ini itu bikin (aku aja sih) nggak betah 😁. Kurasa hal semacam ini nggak hanya terjadi di keluargaku aja, yha~ kalyan begini juga kan? wkwkwk.

Kita berangkat dari rumah agak pagian demi menghindari macet di daerah Ciater, ternyata rang-o-rang pun berpikir hal yang sama dongs 😅. Honorable mention to mobil legend-nya Wa Gun yang berhasil melalui jalur alternatif Sagalaherang yang agak sempit dan nggak selalu mulus dengan OK meski AC-nya nggak nyala 😂. Untungnya cuaca saat itu nggak begitu panas jadi kita masih bisa ngobrol dengan nyaman di salam mobil sambil sesekali bercanda. 

jajan dulu ygy

Seingatku saat itu sempat turun hujan namun kembali cerah saat memasuki area Gunung Tangkuban Perahu. Secara udah lama nggak main ke Gunung Tangkuban Perahu kita sempat heran dengan pengaturan tarif masuk yang sungguh sangat nggak friendly, terutama untuk warlok sekalyan. Tanggung udah sampai, kita memutuskan untuk lanjut naik ke atas meski masih ngedumel perkara tarif masuk yang ternyata bisa di nego 😤.

Kupikir wisata di daerah Jawa Barat bisa sangat mandeg gegara punglinya udah macem birokrasi yang punya beberapa layer. Well... mungkin udah seharusnya pemerintah bertindak lebih tegas kepada pengelola + krucils yang semena-mena getok harga 😤. Kalau kalyan ingin main ke Gunung Tangkuban Perahu pastikan kalyan mempersiapkannya dengan matang, termasuk mengecek tarif masuk, fasilitas, jalur evakuasi dan masker.

view dari parkiran

ada yang jual gas malah 😁

Ada beberapa kantong parkir yang disediakan untuk kendaraan pribadi atau umum (travel, bis, atau angkot), salah satunya terletak di pinggir kawah. Yha~ kalyan nggak salah baca, turun dari mobil kita  bisa langsung jalan ke depan dan melihat kawah Gunung Tangkuban Perahu dengan leluasa. Pernah nggak sih mereka khawatir mobilnya nyuksruk ke pinggiran kawah? Aku sih iya😅 parno aja gitu.

Di sepanjang bibir kawah berjejer kios-kios yang menjual baju hangat, cinderamata, makanan dan cemilan. Untuk harganya masih wajar siya... permicinan duniawi masih aman kok 👌. Percayalah... suhu dingin Gunung Tangkuban Perahu niscaya bikin kita mudah merasa lapar dan mendambakan kehangatan macem mie bakso dan cuanki yang kuahnya masih ngebul. 

kawah Gunung Tangkuban Perahu

zoom in kawah Gunung Tangkuban Perahu

ini yang lihat kawahnya 😁 

ciwik-ciwik

wefie

saat kita jadi photobomb untuk couple di sebelah 😁

bukan untuk ditiru, in frame yang dipaksa 😂

Kita turun dari Gunung Tangkuban Perahu sekitar setelah sholat Ashar, meski udah sore situesyen masih ramai yaini. Rang-o-rang masih berdatangan, mobil-mobil masih mencari parkiran, kang dagang masih berkeliling. FYI, semakin sore aroma belerang semakin menyengat dan menembus masker yang kita pake. Kalau kalyan melewati jalur Subang- Bandung atau sebaliknya saat menjelang malam mungkin kalyan akan mencium aroma belerang ini. Busuk.

Sebelum sampai di rumah kita sempat mampir makan sate kelinci dan ketan bakar, so nice so good.

from where I stand

aku dan pashimina berwarna pink sirup es goyobod

view gunung tetangga

***
Pictures are taken by:
- Smartfren Andromax 😁
- Go Pro-nya Mas Sulung 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hay manteman!

Terinspirasi dari thread peta wisata kuliner yang dibuat oleh (Lala Bohang atau Qasimin – Memekan Lirik, lupa lagi pokoknya 😅) saat merencanakan pernikahannya yang terkena imbas covid-19 beberapa tahun lalu. Kupikir asyik juga niya membuat peta kuliner kampung halaman sendiri, jadi kerabat dan teman-teman yang hadir bisa wisata kuliner mandiri 😁. Ngaku deh... setelah resepsi pasti masih pada lapar kan?! Apalagi kalau baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat (yang menjadi tujuan), nggak mungkin nggak ingin mencicipi kulinernya yekan 😏.

Eh BTW aku membuat ini bukan dalam rangka OTW kewong yaw (meski sebenarnya sah-sah aja kalau alasannya begini 😂). Aku hanya ingin mempermudah pencarian, kali aja lagi mampir di Subang tapi masih belum tahu mau makan apa. List kuliner yang ada di Subang ini tersusun dari memory lane-ku yang lahir dan besar di Subang, makanya aku lebih banyak memasukkan kuliner lawas ketimbang kuliner baru. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan taste, rasa makanannya mungkin udah nggak relate lagi dengan palette lidah kita, namun memory-nya masih mengendap menjadi ‘rasa yang pernah ada’ wkwk.

Jangan lupa, bagimu taste-mu bagiku taste-ku. Selera kita bisa sama bisa juga nggak.

FYI. Aku nggak akan merekomendasikan Saung Liwet Mang Nana atau Nasi Timbel Mang Yayan karena kupikir B aja 😅. Aku kurang suka dengan konsep makan liwetan di saung-saung yang ada kolongnya, karena saat ramai pegawainya akan keteteran membersihkannya 😭. Aku memang kurang suka makan di luar karena nggak bisa mengontrol rang-o-rang yang makannya bunyi (ceplak), bikin nggak mood aja gitu 😁. Alasan yang sama mengapa aku selalu nge-skip video mukbang lalapan yang lewat FYP-ku 😎.

Here they are…

RM. PURNAMA
Jl. Jend. Ahmad Yani no 80-82 

Dulu di Subang ada 2 rumah makan yang sama enaknya yakni RM. Sedap dan RM. Purnama, harga keduanya memang di atas rata-rata. Aku pertama kali makan beef steak dan kawan-kawannya di RM. Sedap, sayangnya RM. Sedap udah tutup karena kurang fleksibel. Sedang RM. Purnama masih bisa survive karena berelasi dengan pi-ein-eis, RM. Purnama menyediakan catering untuk rapat dan acara-acara di pemerintahan. Tahu sendiri yekan, indikator tempat makan enak adalah kalender supplier dan pi-ein-eis.

Rekomendasi menu - nasi kotaknya (bisa beli satuan), pepes tahu (yang nggak cukup 1 😭), mie goreng dan kue basah.

RM. ARUM SARI TUTUP
Jl. Jend. Ahmad Yani no 100 

RM. Arum Sari masih sejajaran dengan RM. Purnama, cuma parkirnya agak sempit karena lokasinya berada di jalan yang menurun. Memang ya rupanya macem rumah makan lama dengan meja kayu dan kursi tinggi, terakhir kali kesana tempatnya masih terawat kok. Saat masih sehat mama sering mengajak kita makan disini, menu favorite-ku adalah tongseng sapi dan sop jando, untuk harga kurasa masih standar laya. Karena udah lama nggak kesana aku nggak tahu apakah menunya masih sama atau udah berubah. 

Rekomendasi menu - tongseng sapi, sop jando, sate maranggi.

RM. PADANG BANG MIDUN
Jl. Letnan S. Parman (samping PEMDA Subang)

So far yang paling kusuka adalah RM. Padang Bang Midun. Official name-nya memang nggak Padang banget macem Sari Bundo, Sederhana atau Danau tapi makanannya beneran Padang 😁. Yang kusuka dari RM. Padang Bang Midun adalah mereka nggak pelit bumbu, apalagi bumbu Rendang-nya yawla leqoh (pake huruf Q). Harganya sepadan dengan rasanya dan porsinya lebih dari cukup (untukku), makanya kadang bisa sampai 2 sesi makan 😊.

RM Padang Bang Midun ini terbilang baru ya karena saat aku SD mah belum ada, aku baru tahu RM. Padang Bang Midun dari Pongky. Saranku, datanglah sebelum jam makan siang karena varian masakannya masih lengkap jadi masih bisa milih. Favorite-ku masihlah rendang, peyek udang, udang balado dan terong balado, tapi yang lain juga enak kok, hanya bukan favorite-ku aja 😉. Aku jarang makan di tempat karena rumahku terbilang dekat, tanggung aja gitu, kalau bisa makan di rumah ngapain makan di luar.

Rekomendasi lain - RM. Padang Basuo.

SATE PUJAMARI
Jl. Dr. Satiman (sebrang Toko Mas Gaya Baru)

Inilah tukang sate paling legend (di keluargaku) 😊, Sate Pujamari ini bisa dibilang ada hampir di setiap fase up and down-nya keluargaku. Kita tahu Sate Pujamari ini dari teman kantor mama, dulu mereka berjualan pake gerobak kecil sekarang udah punya lapak sendiri. Rasa satenya agak manis dan harganya murce, pilihannya ada sate ayam, sate sapi, sate kulit atau sate usus. Sambil menunggu satenya dibakar byasanya ibunya ngajak ngobrol, hal inilah yang bikin kita ikrib dan menjadi langganannya.

Rekomendasi lain - Sate Kajojo.

GADO-GADO TUTUP
Jl. Pasar Baru (dekat pos kamling)

Saatku SD gado-gado Pasar Pujasera ini adalah favorite-ku, paling enak se-Subang-eun 😂. Kubilang begini karena belum menemukan gado-gado yang seenak, sebersih dan serapi gado-gado ini di Subang. Aku selalu excited setiap kali diajak membeli gado-gado ini karena senang melihat toples kacang bawangnya yang bersih dan tersusun rapi. Rasanya mah nggak usah ditanya… enak banget, sayangnya saat aku kuliah udah tutup dan nggak ada regenerasi 😥. 

Rekomendasi lain: ketoprak depan Pegadaian *beda jauh 😅.

NASI GORENG 
FYI. Makanan favorite-ku adalah nasi goreng, dan diantara semua nasi goreng yang pernah kucoba hanya nasi goreng Hanjuang yang rasanya masih 'nempel' di lidah. Aku tahu nasi goreng Hanjuang ini dari Wa Purwo, bedanya dengan nasi goreng biasa adalah topping wortelnya yang nikmeh... asli enak banget 😍. Sayangnya nasi goreng Hanjuang ini tutup saat aku di ma'had 😭, sedih sih... karena sampai saat ini aku belum menemukan rasa yang mirip-mirip. Kurasa nasi goreng terenak adalah yang dibikinin, bukan yang bikin sendiri  😂.

Rekomendasi lain - Nasi Goreng Klasik Perumnas, Nasi Goreng Mas Watra.

MIE BAKSO & MIE AYAM
Saatku kecil mie bakso yang hype adalah Virgo dan H. Bang Ade, keduanya merupakan saudara kandung. Kalau mama belanja ke pasar biasanya kita disuruh makan baso di Virgo, nanti dijemput kalau udah selesai. Saking seringnya ke Virgo aku sampai hafal stiker yang nempel di meja kasirnya, kalyan begini juga nggak? 😂 . Aku nggak punya mie bakso & mie ayam favorite di Subang karena selalu ngikut Widy, biasanya yang jual mie bakso jualan mie ayam juga. 

Rekomendasi lain - Bakso Jando Siswo, Bakso Jando Mantep, Bakso & Mie Ayam Goyang Lidah, Bakso Malang H. Heri.

KEDAI MINOS
Jl. Pasar Baru No.02

Kurasa Kedai Minos adalah tempat ter-legend bagi anak sekolahan di Subang, well... siapa sih yang nggak tahu Minos? Aku... ✋. Aku baru ke Minos saat kuliah, itu juga diajakin Widy yang kangen jajanan SMA-nya wkwk. First impression-ku adalah... anjirrr 😂. Minos ini bersebelahan dengan tempat dingdong *jebakan umur 😁 makanya banyak yang nongkrong, mereka menyediakan makanan dan minuman khas anak sekolahan. Kalau kalyan gabut bisa kesini ya...

Rekomendasi menu - batagor kering, batagor kuah, minuman berwarna, berasa dan berembun.

PISANG KEJU & SEBLAK CEKER
Jl. O. Jaya Wisastra No.22

Aku nggak terlalu suka seblak tapi kalau ada yang ngajakin beli mah hayu 😊 so far seblak yang rasanya OK adalah 2 Putri, lokasinya berada tepat di samping bakso H. Ade. Setiap kali kesini kita selalu bingung, mau pilih seblak atau pisang keju? Akhirnya kita beli dua-duanya sih haha 

Rekomendasi menu - seblak ceker, pisang keju.

***

Siapa yang sering bimbang memilih antara martabak manis dan martabak telur? Yha~ selamat, aku dan kamu… masa kecilnya dipenuhi martabak 😂. Aku nggak tahu niya dengan kalyan namun saat kecil martabak adalah makanan yang enaakkk banget 😍, aku suka pinggiran martabak manis yang crispy dan kulit martabak telur yang renyah. Aku lebih suka martabak klasik dengan topping keju dan cokelat ketimbang topping ini itu yang porsinya berlebihan, FYI aja sih ini mah 😁.

MARTABAK MANIS
Saatku kecil martabak manis yang terkenal se-Subang-eun adalah martabak Citra yang kiosnya terletak di pasar Pujasera. Yang kuingat, di depan kiosnya disediakan bangku jadi kita bisa menonton proses pembuatan martabaknya dari 0. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan taste, martabak Citra mulai tersisihkan apalagi letaknya berada di dalam pasar Pujasera. Scene favorite-ku adalah saat masnya mengaduk-aduk adonan di dalam tong, satisfying banget 😍.

Rekomendasi lain - Martabak Denai, Martabak Liberty 

MARTABAK TELUR
(lagi) Saatku kecil martabak asin yang terkenal se-Subang-eun adalah martabak H. Mas Yani yang kiosnya terletak di Pasar Pujasera. Yang kuingat, kiosnya martabak H. Mas Yani ini lumayan luas dan nggak pernah sepi. Biasanya martabak manis dan telur dijual bersamaan, jarang banget menemukan pedagang yang fokus hanya pada satu jenis martabak. Scene favorite-ku adalah saat masnya melempar-lempar adonan ke udara, dari yang asalnya kecil lama-lama jadi lebar 😍.

Rekomendasi lain - Martabak H. Mas Yani, Martabak H. Mas Bewok

***

Setiap daerah pasti punya toko dengan nama-nama unik, ada yang pake nama keluarga, nama owner, nama estetik, nama iseng-iseng atau nama hasil wangsit 😂. Nggak jarang nama unik tersebut menjadi trademark yang bikin kita kangen pulang kampung. Ada banyak toko dengan nama yang menurutku unik di Subang namun yang menjadi juwara adalah…

TOKO MACAN KETAWA
Jl. Letjen Suprapto no 119 (sekarang jadi Mixue)

Saat kecil, keluargaku sering mampir ke toko kelontong Macan Ketawa untuk membeli Aqua, entah apa yang ada di pikiran owner-nya sampai menamai tokonya dengan Macan Ketawa. Setiap kali ke toko Macan Ketawa kita (aku dan Widy) nggak bisa nggak cekikikan karena kita pikir namanya bodor pisan, mana ada kan macan yang bisa ketawa, eh... kecuali macan Cisurupan kali ya 😂.

TOKO MENANTI 
Jl. Letjen Suprapto, Pasar Pujasera blok B no 16

Saat kecil, keluargaku sering mampir ke Toko Menanti, mereka menjual aneka keripik dan kue kering yang tersusun rapi di dalam kaleng bercat biru. Favorite-ku adalah emping manis dan kue kancing yang krimnya dihabiskan duluan 😆. Karena tahu kita suka es yoghurt yang ada di Toko Menanti mama sampai nyetok di kulkas, nggak perlu nunggu besok untuk menghabiskannya 😁.

TOKO REMAJA
Jl. Letjen Suprapto no 41 (sebrang eks bioskop Candra)

Saat kecil, keluargaku sering mampir ke Toko Remaja, mereka menjual snack macem ciki-cikian dan permen-permen yang nggak kita temui di warung terdekat. Mereka juga menjual printilan ulang tahun, mistletoe, plastik berbagai ukuran, alas kue bahkan tustel. Yha~ kalyan nggak salah baca… mama pernah difoto di dalam Toko Remaja untuk mencoba tustel yang dibelinya. Favorite-ku adalah kue basahnya… 💖.

***

Alhamdulillah sekarang Subang udah mulai berkembang, apa pun makanan dan minuman insya allah ada yang penting ada duitnye haha 10 tahun yang lalu kalau mau fast food macem Pizza Hut, KFC atau Starbucks kita mesti ke rest area dulu, sekarang mah tinggal nge-go food aja yaini. Kopi-kopi galau dan cemilan nggak ngenyangin udah mudah dicari, pun dengan Hokben dan Kabobs yang akhirnya buka di Yogya 😂.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Telah sampailah kita pada bulan-bulan yang ada long weekend-nya, coba deh dicek kalendernya pasti ada minggu-minggu dimana ada 1 hari libur yang nyempil, eh apa udah mengajukan cuti? Di long weekend Idul Adha ini aku memutuskan untuk pulang ke rumah, Widy dan Bagus nggak merayakan Idul Adha bersama dan memilih untuk pulang ke rumah masing-masing.

Tadinya kita mau leyeh-leyeh aja di rumah, nge-Go-Food dan ngobrol dengan mama, tapi kayanya kurang asyik ya, jadilah kita main ke rumah Puput di Gunung Cupu. Aku terakhir ke Gunung Cupu saat mengambil pisang untuk seserahan, sedang Widy saat kecelakaan, iya… tahun lalu Widy sempat kecelakaan setelah pulang dari rumah Puput dan sejak saat itu doi belum kesana lagi.

gunung cupu

Secara geografis, Gunung Cupu terletak di bagian selatan rumahku, terlihat jelas kalau dari loteng. Untuk menuju ke Gunung Cupu kita membutuhkan waktu ± 30 menit melewati hutan kecil, kebun-kebun, sawah-sawah dan semak-semak. Jalannya cukup untuk 1 mobil dengan kontur tanah yang naik turun, alhamdulillah sebagian jalan udah diaspal, sedang sisanya masih konsisten dengan coran yang rompal dan berbatu-batu.

Kita berangkat dari rumah sekitar jam 10 pagian, sengaja agak siangan *iya, percaya  karena nungguin Mixue buka dulu. Dengan sotoynya kita beli es krimnya untuk para bocil dongs, sepanjang perjalanan ke Gunung Cupu aku pegangin es krimnya biar nggak ngeguling. Effort banget yekan, padahal disana juga ada warung-warung yang menjual es krim, lha~ meneketehe… aku udah lama nggak kesana.

Tadinya kita hanya berniat untuk main ke rumahnya aja, nggak kepikiran untuk sekalian main ke Pasir Heulang karena cuacanya yang panas. Tapi melihat Puput yang udah siap dengan tas yang berisi timbel dan kengkawan, ofkors kita sih yes haha Es krim Mixue yang kubawa tenctunya udah meleleh, tapi karena tanggung, es krimnya ku pegangin lagi sampai di Pasir Heulang.


Pasir Heulang ini adalah tempat wisata yang terbilang masih baru ya karena masih di bawah 5 tahun, nothing special tapi kurasa Pasir Heulang ini tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu. Karena berada di dataran tinggi okors view-nya cakep banget apalagi saat sunrise dan sunset, sayang banget… Grab nggak sampai ke Pasir Heulang 😅.

Saat kita kesana kebetulan cuaca cerah berawan jadi nggak yang terlalu panas gimana gitu, selain itu ada banyak pepohonan yang bikin adem. Ada beberapa gazebo yang bisa kita gunakan untuk menyimpan barang bawaan atau botram. Parkirannya cukup luas dan ada warungnya, just in case kalyan ingin makan Pop Mie dengan view kota Subang.

Cuacanya mendayu-dayu bikin ngantuk 😁.

itu bukan Gunung Tangkuban Perahu ya

signature pose di masa muda

sepi karena panas



hanash 

mandatory picture

balik jajan

sugar rushing

adik~

abege masa gitu


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

“Subang tuh dimana yah?”
“Gue pernah lewat sih, tapi gak pernah mampir”
“Tau... tau... tapi belum pernah kesana 😁”
“Ohh... kok baru denger ya? Emang dimana?”
“Eh, udah ada listrik belum di rumah kamu?”

Begitulah... komentar-komentar mengharukan ketika baru kenalan, seakan-akan I was lived in the middle of nowhere 😁. Saking noticeless-nya mereka baru ngeh ketika aku sebut Ciater, bukan Gunung Tangkuban Perahu yang main gate-nya masuk wilayah Bandung meski sebenarnya ½ dari Gunung Tangkuban Perahu masuk wilayah Subang. Macem wisman yang lebih kenal Bali ketimbang Indonesia 😅.

Jutaan kali aku bolak-balik dari Subang ke Bandung atau dari Bandung ke Subang, belum pernah sekalipun aku menemukan transportasi resmi yang mengakomodir rute Subang-Bandung selain mobil elf atau elp yang suka ngetem lama di terminal. Satu-satunya bis yang rutenya melewati rute Subang Bandung hanyalah bis dari Indramayu. Mungkin orang nggak tahu Subang karena minim transportasi, karena itu juga orang lebih memilih kendaraan pribadi macem mobil atau motor 🤭.

Bagi yang belum pernah ke Subang dan berniat pergi kesana pasti deh googling dulu. Mau pake transportasi apa? Berapa lama jaraknya? Berhentinya dimana? Tarifnya berapa? Lewat daerah mana aja? Nih, ku kasih tahu ya...

ELF (update pandemi awal)
💰 Rp 40.000 - Rp 45.000 sekali jalan *hari raya tarif naik.
🚐 L300 yang udah butut
📆 jadwal keberangkatan tidak tentu, biasanya udah stand by sebelum jam 6 pagi.
🚦 melewati daerah Cikole, Lembang, Ciater, Jalancagak dan Tambakan.

📍 pick up point di Subang
05.00-07.00 WIB di bunderan pos polisi depan Toko Harmoni
07.00-sore di Terminal Subang

📍 drop point di Subang
07.00-15.00 WIB di Terminal Subang
15.00-malam di depan Yogi Optical

📍 pick up point di Bandung
Terminal Ledeng
Terminal St. Hall (di belakang pintu selatan Stasiun Bandung, di sebrang Pasar Baru)

Diusahakan menggunakan elf yang ngetem di terminal ketimbang yang ngetem di jalanan. Karena elf yang ada di terminal tidak akan berangkat sebelum mobilnya penuh, jadi ngetemnya sudah habis duluan di terminal, sedangkan elf yang ngetem di jalanan mencari penumpang sambil jalan, jadinya seloww... bisa-bisa molor sampai 3 jam 🥴. Tips: Pilih seat di row paling belakang atau kedua dari belakang agar nyaman. Jangan pilih seat di row tengah karena 2 seat + kursi tambahan harus muat untuk 5 orang 🥲.

BIS (Bandung-Indramayu)
💰 Rp 30.000 (nggak update karena udah nggak pake lagi🙏🏻)
🚌 bis
📆 jadwal keberangkatan tidak tentu.
🚥 melewati daerah Cikole, Lembang, Ciater, Jalancagak dan Tambakan

📍 pick up point di Subang
Di depan Terminal Subang (bisnya nggak masuk terminal)
Di sekitar The Big House

📍 pick up point di Bandung
Terminal Leuwi Panjang

TRAVEL PAK MAMAN (update Agustus 2022)
📞 +6281 220 973 873
💰 Rp 85.000 - Rp 95.000 sekali jalan *hari raya tarif naik
🚐 Luxio & Ertiga
📆 untuk informasi jadwal keberangkatan dan pick up bisa kontak Pak Maman.
🚦 weekdays melewati daerah Cikole, Lembang, Ciater, Jalan Cagak dan Tambakan, khusus weekend via tol Cipali.

Rata-rata costumer-nya masih berasal dari Subang kota karena Travel Pak Maman belum ekspansi keluar kota, tujuan terjauhku adalah Cilengkrang, tapi kata driver-nya bisa sampai Jatinangor. Kalau kalyan menginginkan kenyamanan kurekomendasikan Travel Pak Maman ini, driver-nya friendly, bisa ngobrol santai dengan costumer-nya dan berhenti ke ATM dulu😁 Minus-nya sering molor karena sistem door to door-nya cukup menyita waktu.

WB TRANS (update Agustus 2022)
📞+62 818-827-188
💰 Rp 80.000 sekali jalan, Rp 130.000 PP *hari raya tarif naik
🚐 minibus
📆 jadwal keberangkatan 1 jam sekali
🚥 via tol Cipali

📍 pick up point di Subang
Jl. Otto Iskandardinata no 74, Karanganyar (samping STIESA)

📍 pick up point di Bandung
Jl. Dr. Djunjunan no 53 Pasteur

Kalau kalyan butuh transportasi yang lebih on time, kurekomendasikan pake WB Trans, jangan lupa chat admin-nya dari H-sekian karena high demand terutama saat weekend. Pool-nya ada di Pasteur dan Dago. Yha~ sekarang udah ada pool yang resminya 😀. Meski kita beli tiket PP jadwal (hari dan jamnya) bisa memilih sendiri, seat-nya ditentukan oleh admin. Bukti pembayarannya jangan dibuang, sebelum berangkat dicek lagi (terutama tiket PP).


DAMRI (update pandemi awal)
💰 Rp 45.000
🚌 bus
📍 via Tol Cipali

Nggak ada informasi lebih lanjut mengenai trayek ini sejak pandemi. Kemungkinan trayeknya udah dihapus karena Bandara Kertajati kurang produktif 🥲. 

dari grup WA info DAMRI

Akhirnya aku nyobain pake DAMRI juga ya, berangkatnya dari Pool DAMRI Bandung yang letaknya di depan Stasiun Bandung, karena khawatir macet long weekend aku datang 1/2 jam lebih awal. Pas banget mau berangkat, mungkin karena khawatir macet long weekend juga kali ya... makanya bus DAMRI yang kunaiki ini berangkat 1/2 jam lebih awal dari jadwal, yang seharusnya berangkat jam 16.00 jadinya 15.30. Bus DAMRInya termasuk model lama ya, semua seat-nya menghadap ke depan.

Kalau melihat jadwal yang tertera di gambar yang seliweran di grup WA, harusnya DAMRI Bandung-Subang ini keluar di pintu tol Kaliangsana yang berarti melewati daerah Kalijati dan Dawuan sebelum sampai di Terminal Subang. Nyatanya kemarin itu keluarnya di pintu tol Subang yang mana memang lebih deket ke Terminal Subang. Lupa nanya juga ya kenapa rutenya nggak sesuai dengan gambar, tapi kemungkinan besar sih untuk memangkas waktu karena sebelumnya kita terjebak macet di Padalarang. Nggak tau deh kalau ntar...

Aku sih yes dengan adanya DAMRI Bandung- Subang ini, selain lebih cepat, nggak perlu desek-desekan lagi kaya di elf. Soal harga ya relatif sih, toh ada rupa ada harga kan hehe Kalau melihat rute DAMRI antar kota terbaru diatas, sebenarnya DAMRI itu menyasar market Kertajati namun tak lupa untuk mempermudah akses ke kota-kota sekitarnya. Berarti tinggal Kereta Api nih :) wkwkwkwk

***

Untuk tujuan lanjutan seperti ke Pagaden, Pamanukan atau Kalijati bisa menggunakan angkot dan ojek konvesional. Sedangkan untuk moda transportasi umum di dalam kota di Subang bisa menggunakan becak atau Grab. Ya, di Subang kini ada Grab, cuma karena masih baru jadinya driver-nya belum banyak dan pick up point-nya masih belum pas.

***

Sebelumnya nggak pernah mengira kalau post tentang transportasi umum dari Subang ke Bandung atau sebaliknya ini menjadi salah satu post yang paling sering dibaca di blogku, bahkan sampai saat ini (Agustus 2022) traffic view-nya sudah mencapai 40ribu sekian. Ternyata... berfaedah juga yha~ 😁🙏🏻. Kalau kalyan bingung mau makan apa di Subang, mungkin post di bawah ini bisa membantu:

ADA APA DI SUBANG?

Karena post ini adalah post aktif yang sering dijadikan referensi, maka aku pun selalu berusaha untuk meng-update-nya, beberapa diantara kalyan bahkan menghubungi via DM IG. Kalau masih ada yang belum jelas kalyan juga bisa tanya ini itu via questions box yang ada di samping kanan 😉. Terima kasih sudah membaca dan menghubungi. Anyway, mewakili semua gapura perbatasan daerah Subang dan sekitarnya;

SELAMAT DATANG DI KOTA SUBANG
😊😊😊
Share
Tweet
Pin
Share
48 comments

Sisingaan is art performance from Subang Jawa Barat, also known as Gotong Singa or Singa Depok. It was a famous art performance in the Subang area, especially in Pantura (Pantai Utara Jawa / north Jawa Barat) such as Pamanukan, Indramayu, and Karawang.

Sisingaan means a fake lion. An artificial lion. In Bahasa Indonesia lion means singa, the Si word that is repeated twice, and a comment behind indicates a fake character or pretend situation in the Sundanese language. So, Sisingaan is an acculturation word from Bahasa Indonesia and Sundanese language.

It's performed by 4 (or more) men carrying the sitting lion doll, they walk around the village followed by their family and neighborhood, and they also dance following the music rhyme. At some point, the men will stop walking and perform their dance to entertain the viewers.

For Sisingaan, they used Sundanese traditional music, but for Sisingaan followers, they used dangdut music. So with the costumes, the boy who rode Sisingaan would wear Sundanese traditional costumes and the men would wear uniforms, such a modification design from Sundanese traditional costumes.

Commonly Sisingaan is performed to celebrate khitan, a Muslim tradition of remarked boy's maturity by circumcision. But, nowadays not only boys can ride Sisingaan, but adults can be, even sometimes they (adults) are the boy's parents. In some regional anniversary events, the leader would ride Sisingaan to be seen by people.

Sisingaan didn't come out by itself or suddenly created, there is a reason behind his genesis. In the 1800s, while the Dutch (Holland) and England still being an alliance, Subang was under their authority. They built a planter community named P & T Lands, in daily The Dutch managed the politics and England managed the economy of that company.


Because of the double ownership of P & T Lands, a lot of Subang people live miserably. That condition made them suffer and released an unsatisfied atmosphere in Subang. Then, they created Sisingaan to tease the colonizer.

The lion itself was chosen as a symbol of colonizers, Dutch and England, that's why in every Sisingaan performance at least they performed 2 lions. The boy who rides Sisingaan is a joke of the colonizer, representing the rude ambitions of squeezing a resource that isn't theirs.

In the beginning, Sisingaan was created as a disjunctive symbol for teasing the colonizer, but it grew into a folk culture of Subang. Even now Sisingaan is the main performer at Subang annual events.

Like other folk cultures, the tradition has been changed and modified depending on the situation. So with it. Nowadays Sisingaan form isn't only about a lion, it has transformed into the other form that people see on Television.

In North Subang, especially in the Pantura area. Sisingaan can be found in abstract, weird, and odds versions. It still has a lion head but with a tiger stripe body, horsetail, and bird wings, or a dragon head with a cow body and dragon tail in missy patterns.


That transformation can't be separated from the ancient folk culture (another folk culture) that appeared even before Sisingaan itself. That ancient folk culture has acculturated with Sisingaan in different tastes.

No matter how far Sisingaan has changed, it still is the disjunctive folk culture of Subang that was raised by the era.
(picture source: www.google.com)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Di Lebaran hari ke dua, keluarga kami memilih untuk menghabiskan waktu bersama di Ciater. Kebetulan keluarga kami dari Surabaya berlebaran di Subang. Karena macet kami baru bisa sampai ke villa pada sore hari, jalannya macet banget. Seperti liburan keluarga pada umumnya, kami memasak sendiri makanannya, membawa dari rumah.


Di villa terdapat fasilitas kolam renang air hangat (bukan panas) yang cukup untuk 1 keluarga. Awalnya kita semangat, tapi lama-lama merasa kagok karena ada keluarga lain yang ikutan nyemplung 😁. Tanpa perlu aba-aba yowes bubar haha FYI bajuku luntur kena air belerang, jadi bergradasi.

Pagi harinya kami kami beres-beres kilat dan berniat untuk pulang ke Subang, tapi karena dirasa kurang padat schedule hari ini nya (^.^) kami memutuskan untuk pulang melalui jalur yang berbeda dari biasanya, via Sagalaherang dsk (dan sekitarnya).


Di perjalanan pulang itulah kami menemukan sebuah tempat wisata bernama Wisata Alam Capolaga yang baru kami ketahui keberadaannya, karena penasaran kami pun turun untuk mencari tahu. Menurut tukang parkir setempat, Wista Alam Capolaga adalah sebuah tempat (eco) wisata berhiaskan curug (air terjun) yang mengalir dari sela-sela bebatuan dan semak-semak yang rimbun serta sungai berair jernih, cocok untuk liburan keluarga atau yang mau pacaran 🤭. Kami pun terbujuk...


Untuk mencapai Wisata Alam Capolaga kami harus melalui jalanan semi berbatu, naik dan turun. Disana terdapat 2 buah curug yaitu Curug Carembong dan Curug Sawer, ukurannya air terjunnya tergolong sedang malah agak kecil dan agak kurang bagus.




Meskipun kurang puas dengan curug nya kami terhibur dengan suasana yang sejuk dan asri, terlebih lagi di bagian sungainya.yang mengalir tenang dan dangkal. Bahkan ada beberapa pengunjung (anak-anak) yang nyemplung main air.



Setelah puas melihat-lihat kami memutuskan untuk bergegas pulang karena harus packing pulang ke Surabaya.


Wisata Alam Capolaga
Kampung Panaruban Desa, Jl. Raya Cicadas, Cicadas, Kec. Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat 4128
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates