Quote-nya Bapak Sandi Indonesia |
Selain dikenal dengan peninggalan sejarah dan budayanya,
kota Yogyakarta dikenal juga sebagai kota museum, ada banyak sekali museum yang
bertebaran di penjuru kota Yogyakarta. Sebut saja Museum Merapi, Museum
Vredenburg, Museum Affandi dll. Mengunjungi museum juga bisa dijadikan sebagai salah satu option bagi yang ingin menghabiskan
waktu di dalam kota. Karena selain menyajikan wisata edukatif, harga tiket
masuk museum cukup terjangkau atau malah gratis.
Tadinya aku berniat mengisi short trip kali ini dengan tour
de museum, aku bahkan sudah menyusun list
museum mana saja yang akan dikunjungi. Namun sayangnya karena berbagai hal, aku
baru bisa mengunjungi museum di hari terakhir dan mempersempit list. Museum pertama yang aku kunjungi adalah Museum Sandi
Indonesia, museum ini benar-benar ada loh
di Yogyakarta, merupakan satu-satunya di Indonesia dan yang pertama dunia
(September 2016). Aku sendiri juga baru tahu tentang Museum Sandi Indonesia
ketika searching via Simbah Gugel.
Museum Sandi Indonesia terletak di Jalan FM Noto, Kotabaru,
Yogyakarta. Menempati bangunan yang dulunya berfungsi sebagai Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Yogyakarta. Buka dari hari Senin sampai dengan
hari Jum’at sejak pukul 08.00 WIB. Bagi yang ingin mengunjungi museum pada hari
Sabtu dan Minggu bisa konfirmasi dulu dengan pihak pengelola.
Untuk memasuki Museum Sandi Indonesia pengunjung tidak
dikenai biaya apapun (gratis) karena dikelola oleh pemerintah Yogyakarta.
Pengunjung hanya harus mengisi buku tamu (guestbook)
digital di main entrance.
Selanjutnya, petugas akan membimbing kita untuk memasuki ruangan
presentasi, disana kita akan disuruh untuk menonton short (education) movie mengenai persandian. Sejak kapan
digunakan, apa tujuannya, bagaimana perkembangannya, siapa yang berjasa meng’ngeh’kan Indonesia dan lain sebagainya. Setelah selesai kita bisa menyusuri ruangan demi ruangan
untuk melihat perkembangan sandi di Indonesia melalui diorama. Mungkin banyak
yang belum tahu bahwa Indonesia memiliki Bapak Sandi yaitu dr. Roebiono
Kertopati, beliaulah yang pelopor (official)
yang menggagas penggunaan sandi di Indonesia.
Salah satu diorama di Museum Sandi Indonesia |
Satu-satunya alasanku keukeuh
ingin berkunjung ke museum sandi adalah karena penasaran ingin melihat enigma,
bagi yang belum tahu apa itu enigma coba deh
nonton film Imitation Game. Di film tersebut diceritakan bahwa enigma adalah
mesin pemecah sandi/kode buatan Jerman yang digunakan ketika perang dunia ke 2
melawan Inggris.
Terus?
Nggak ada hehe
Tapi jika kamu penggemar Robert Langdon si cryptograph yang gemar memecahkan sandi
iluminati atau Alan Turning yang gemar mengisi TTS (Teka Teki Silang), tentu
berkunjung ke Museum Sandi Indonesia akan menjadi pengalaman yang menyenangkan. Kebanyakan mesin sandi yang menjadi koleksi Museum Sandi
Indonesia merupakan buatan Belanda, karena... kita (Indonesia) perang dengan
mereka (Belanda). Seiring perkembangan zaman mesin sandi pun ikut beregenerasi,
dari yang awalnya sebesar mesin tik lambat laun berubah sampai seukuran kompas.
Salah satu mesin sandi di Museum Sandi Indonesia |
Makanya, pada saat perang dulu yang menjadi incaran utama
musuh selain kurir pembawa pesan adalah petugas mesin sandi.
A : Sandi
atau nyawa?
B : Atau
A : Sandi?
Nyawa?
B : spasi
A : W(T.T)W
Yang cukup mengejutkan untukku adalah ketika mengetahui
bahwa ternyata Indonesia memiliki Sekolah Tinggi Sandi, sayangnya lokasi
Sekolah Tinggi Sandi itu tidak disebutkan. Yang diperlihatkan hanyalah foto
bangunan dan seragam yang digunakan oleh siswanya, kemungkinan besar Sekolah
Tinggi Sandi tersebut berada di bawah naungan departemen tertentu karena
keberadaannya yang jarang diketahui publik.
Seragam yang dikenakan oleh siswa/i Sekolah Tinggi Sandi Indonesia |
Jika di lantai 1 pengunjung akan melihat diorama dan koleksi
mesin sandi dari masa ke masa, di lantai 2 pengunjung akan melihat memorabilia
milik Bapak Sandi Indonesia dan Ketua Sandi se-Indonesia dari masa ke masa.
Memang sih agak kurang nyambung V(^.^)
Di ruangan lainnya terdapat display foto-foto dan dummy (benda tiruan) yang bisa digunakan
sebagai simulasi. Lalu ada interaktif multimedia
yang lebih cocok untuk pengunjung anak-anak.
Memorabilia di Museum Sandi Indonesia |
Menurutku, tak ada salahnya untuk menambahkan bagian khusus
untuk membahas hacker (peretas).
Karena di masa kini sandi/kode lebih banyak dibuat dan dipecahkan di dunia digital
ketimbang dunia nyata. Sebagai museum pelopor tentu ada beberapa kekurangan yang
perlu ditingkatkan, salah satunya adalah mengenai benda koleksi. Tidak mudah
bagi pengelola untuk mendapatkan benda krusial semacam mesin sandi, apalagi
jika benda tersebut sudah menjadi incaran kolektor.
Dengan berdirinya Museum Sandi Indonesia ini akan bisa
meningkatkan awareness masyarakat
mengenai dunia persandian dan benda bersejarah. Semakin banyak pengunjung yang
datang, semakin terbuka juga kesempatan museum untuk mendapatkan koleksi.
FYI. Ana keukeuh menyebut cryptograph sebagai sandiman.