Outdoor area Warung Kopi Klotok Pakem. |
The next day, aku pergi berjalan-jalan ke
Malioboro sambil menunggu Ana yang masih ngeprint tugas. Meskipun masih pagi, sudah
banyak kok wisatawan (khususnya domestik) yang berburu oleh-oleh. You can hear them used their native language...
Sekitar tengah hari Ana menjemput dan
mengajakku ke kampusnya. Ternyata lumayan jauh ... (U.U) kampusnya terletak di
Ring Road Utara Yogyakarta, melewati Taman Pelangi dengan arah menuju Gunung
Merapi.
Setelah membereskan urusannya, kita berencana
untuk makan siang.
“Mau makan yang kejawen apa yang biasa?”
“Kejawen yuks ...”
“Berarti sekarang kita ke Kopi Klotok yah
...”
Jarak Warung Kopi Klotok Pakem atau yang
biasa disingkat Kopi Klotok tidak terlalu jauh dari kampus Ana, dekat malahan.
Tadinya aku pikir kita nyasar ketika memasuki jalan kecil di pinggir sekolah,
karena melewati kebun-kebun tembakau dan palawija. Meski demikian terdapat
spanduk penunjuk arah di sepanjang jalannya.
Warung Kopi Klotok Pakem ini letaknya berada
di areal pesawahan, menghadap ke arah Gunung Merapi. Ketika sampai pengunjung
akan menemukan 2 buah bangunan, yang pertama adalah bangunan yang dijadikan
sebagai Warung Kopi Klotok Pakem dan yang satunya lagi adalah bangunan rumah
huni pemiliknya.
Kesan pertama ketika memasuki Warung Kopi Klotok
Pakem adalah seperti sedang berada di rumah Mbah (Kakek/Nenek) di desa, beneran loh, seperti rumah Mbah. Bagi
yang mudik Lebarannya ke daerah pedesaan di Jawa tentu familiar dengan suasana
yang ku maksud (^.^).
Suasana ‘rumah Mbah’ begitu terasa ketika
memasuki bangunan tersebut. Rumah tradisonal yang terbuat dari batu bata dan
kayu dengan lantai tegel (tehel) dan pondasi batu. Furniture usang yang pernah hits pada masanya, serta dapur besar tempat
tungku dan hasil bumi disimpan memang menjadi ‘jualan utama’ Warung Kopi Klotok
Pakem (selain makanan tentunya).
Menariknya pengunjung bisa memilih tempat
duduk yang diinginkan, bisa di dalam warung, di teras warung, di dapurnya, di
halamannya atau di teras rumah pemiliknya. Serius ... di teras rumah pemiliknya.
Jadi pengunjung bisa intip-intip dikit ke rumah nya #eh 6(@.@)9
Beneran homey ini mah hehe
Warung Kopi Klotok Pakem menggunakan sistem buffet (prasmanan), jadi pengunjung bisa
mengambil dan menentukan porsi sendiri. Karena letak tempat penyajiannya di
area dapur, pengunjung bisa menonton langsung proses pengolahan makanannya,
bahkan tak sedikit pengunjung yang ngintil di belakang karyawannya, mau minta
yang anget.
Sego Megono-nya Warung Kopi Klotok Pakem. |
Menu yang disajikan adalah makanan khas Jawa
pada umumnya seperti gudeg, tehu bacem, sayur tempe, telur dadar, sambal dll.
Tapi yang menjadi andalan adalah Sego Megono (Nasi Megono) yaitu nasi yang
dicampur dengan sayuran, kelapa parut dan bumbu-bumbu lainnya, sepintas
mengingatkan akan nasi urap.
Oh iya, pasti pada penasaran kan dengan Kopi
Klotok. Kenapa dinamai Kopi Klotok? Apa bedanya dengan kopi biasa?
Based on my research, yang membedakan Kopi Klotok dengan kopi lainnya adalah proses
penyajiannya. Kopi dimasukkan ke dalam panci tanpa air yang kemudian dipanaskan
di atas tungku. Nah, ketika sudah agak gosong barulah dimasukkan air sampai
mendidih, ketika mendidih itulah akan tersengar suara ‘klotok klotok’, dari
situlah muncul sebutan Kopi Klotok.
Kopi Klotok- nya Warung Kopi Klotok Pakem. |
Untuk sekali makan rata-rata pengunjung
mengeluarkan sekitar Rp. 25.000, karena... pengunjung bebas nambah d(^.^)b dan katanya lagi, yang sedang
hamil bisa makan gratis (@.@) <-- gak tahu deh kalau yang ini.
Saking homeynya
Warung Kopi Klotok Pakem ini, kita sampai betah berlama-lama ngobrol ini itu.
Coba deh bayangin dari jam 12 siang sampai
dengan menjelang Isya kita mager disana, tapi Ana juga bilang dia
sering jadi tamu abadi, so no
problemo ... pemiliknya baik kok.
Jika sedang berada di Yogyakarta atau
kebetulan sedang melewati daerah
Pakem, tak ada salahnya mengujungi Warung Kopi Klotok Pakem. Suasana ‘rumah
Mbah’ yang familiar sangat menyejukkan, terlebih lagi jika sepi hehe
Warung Kopi Klotok Pakem kalau sudah sepi. |