Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Beberapa bulan belakangan ini mood-ku nggak karuan, ketimbang produktif mengerjakan ini itu aku lebih banyak mager dan rebahan. Yha~ something isn’t going so well... Imbasnya jadi malay ngapa-ngapain termasuk ngeblog, heu... 😌

Aku menonton film Bebas ini bulan lalu yaw dengan geng nonton Ubertos kebanggaannya warga Bandung Timur 🥳. Di bulan Oktober lalu ada beberapa film bagus yang masuk list nonton, tapi yang memenuhi syarat dan menang voting adalah film Bebas. 

Film Joker dicoret dari list sebab rumornya film ini mengakibatkan efek depresif, ditambah lagi Memed udah nonton. Film Perempuan Tanah Jahanam dicoret dari list sebab sepi peminat 🤣 Masih kapok cuy dengan Sebelum Iblis Menjemput. Dan film Susi Susantuy mesti di-pending sebab rilis di bulan November.

Film Bebas ini adalah adaptasi dari film Korea berjudul Sunny yang hype saat aku masih kuliah, bercerita tentang manis getirnya sebuah geng remaja di SMA yang setelah berpisah belasan tahun dipertemukan kembali. 

Aku suka film Sunny ceritanya segar dan menghangatkan, acting para cast-nya pun tampak natural. Saking hype-nya film Sunny sudah beberapa kali diadaptasikan, yap, Indonesia adalah negara kesekian yang mengadaptasi. 

Kupikir keputusan Miles Film membeli 
hak cipta ini adalah keputusan yang baik ya, seenggaknya nggak mesti nyontek macem yang udah-udah 🙃.

Menurutku film Sunny adalah salah satu film Asia yang memorable, sebab temanya asyik nggak hanya berfokus pada kisah kasih tak sampai macem film Sunny Indonesia (a.k.a Cinta Pertama), pokoknya menyenangkan aja mengikuti setiap scene-nya.

Kali ini Mira Lesmana turun langsung menulis skenario filmnya bersama Gina S. Noer yang juga menulis skenario film Keluarga Cemara dan Dua Garis Biru. 

Karena kultur Indonesia agak berbeda dengan kultur Korea maka ada beberapa penyesuaian yang dilakukan, macem judulnya yang nggak Sunny, tokoh antagonis yang cowok dan yang paling penting; adanya member cowok.

Kupikir kehadiran member cowok di geng Bebas ini turut memberi warna, lagian kalau member-nya semua cewek ya pasti identik dengan film cewek yang mana berimbas pada market target. Lagipula kita (orang Indonesia) pada umumnya nggak familiar dengan sekolah khusus perempuan, kalau pun familiar pasti mikirnya pesantren 😅... 

Nah, karena setting sekolahnya SMA Indonesia maka karakter antagonisnya adalah cowok ngeselin yang demen ngajak ribut. Surprisingly, banyak cast nggak terduga yang muncul sebagai cameo di film Bebas ini, asyik sih ya... 🤩 Sebagai anak generasi 90an yang udah cukup umur tapi belum merasa tuwa aku merasa bernostalgia dini 😋.

Memang sulit rasanya untuk nggak membandingkan film Sunny saat menonton film Bebas, in deepth spoiler ever. Kupikir sedari awal Miles Film memang ingin membuat film Bebas ini nggak se-Sunny film adaptasi Sunny lainnya. Bahkan judul filmnya diganti menjadi Bebas, yap, realistis aja sih ya, di Indonesia lagu Bebas lebih familiar ketimbang lagu Sunny.

Film Bebas mengambil setting tahun 90an, kalau dibandingkan dengan film Sunny memang agak lebih kekinian laya. Tapi aku suka sih... merasa relate aja gitu dengan dengan music score-nya. Serius deh ini, hampir semua playlist-nya aku kenal haha 🤣🤣🤣

Film Bebas dibuka dengan scene dimana Vina Panduwinata (Marsha Timothy) merasa hidupnya gitu-gitu aja.

Hmm... yawla Mb... kehidupan udah stabil, interior rumah udah kece, punya anak cakep, eh punya suami Darius Sinathrya pula. Cuy... niqmad mana yang kau dustakan? 🤔

Vina pada kita:
Yha~ namanya juga manusia... 😌

Seperti yang kita tahu Vina mengunjungi ibunya (Sarah Sechan) di rumah sakit dan bertemu dengan Krisdayanti a.k.a Kris (Susan Bachtiar) teman SMAnya dulu, sebab menurut dokter umurnya nggak ‘kan panjang, Kris meminta Vina untuk mengumpulkan kembali gengnya semasa SMA, geng Bebas.

Pencarian geng Bebas ini membuat hidup Vina kembali ber’rasa’. Mula-mula Vina mengunjungi mantan sekolahnya demi mencari alamat geng Bebas, agak mempertanyakan juga sih ya, apakah Vina ini gaptek atau terlalu realistis.

Emang nggak kepikiran ya nyari via socmed? 😋

Di mantan sekolahnya Vina bertemu dengan gurunya (Tika Panggabean) yang memberikan informasi tentang Jessica (Indy Barends) yang kini berprofesi sebagai agen asuransi. Kemudian mereka mencari keberadaan member geng Bebas lainnya via detektif swasta merangkap teman SMAnya yakni Dedi.

Pertemuan mereka dengan Jojo di awal agak awkward ya, padahal Jojo (Baim Wong) dulu paling coy dengan Jessica. Pecah gongnya malah saat Baby (Dea Panendra) datang dengan gayanya yang lenjeh, bangsyat memang Dea Panendra ini jadi scene stealer dimana-mana 😍 Tapi  kuyakin sih, suatu saat nanti Dea Panendra bakal shining, shimmering, splendid.

Then, mereka menemukan Gina (Widy Mulia) yang hidupnya nggak berjalan mulus, setelah ditinggal suaminya ia mesti menghidupi kedua anak dan ibunya (Cut Mini) yang stroke. Disini aku malah merasa salut sama mboknya a.k.a ARTnya Gina yang setia mengabdi meski keadaan udah nggak semakmur dulu. Langka banget kan... Apalagi di zaman sekarang.

Mungkin gegara udah lama nggak ketemu, kupikir chemistry geng Bebas dewasa nggak sekuat chemistry geng Bebas remaja, kurang coy aja gitu. Ada beberapa scene yang feel kebersamaannya kurang dapet, macem scene pembacaan wasiatnya Kris yang malah terasa jalan sendiri-sendiri.

Marki-flashback ke masa remaja geng Bebas.

Vina Panduwinata (Maizura) adalah anak baru made in Sumedang yang baru pindah ke Jakarta, karena ke-innocent-annya ia direkrut geng Bebas yang saat itu belum punya nama. Mereka adalah Krisdayanti (Sheryl Sheinafia), Suci (Lutesha), Gina (Zulfa Maharani), Jessica (Agatha Pricilla) dan Jojo (Baskara Mahendra). Sejak punya geng Vina jadi anak gaul.

Karakter dan visualisasi geng Bebas ini nggak berbeda jauh dengan versi aslinya, selain beberapa penyesuaian ada beberapa issue yang diangkat, macem single parents dan sex orientation. So far nggak genggeus kok malah terasa relate dengan keseharian kita sebagai warga +62 yang demen mantengin twitwor haha

Sejak awal Suci kurang setuju Vina ikut bergabung di geng Bebas, pasalnya logat Sundanya Vina mengingatkannya akan ibu tirinya (Happy Salma). ZBL beralasan sih hehe 😅 Tapi... gara-gara kesundaannya inilah Vina menangkan duel dan mulai di-notice geng Baby Girls yang ciut gegara ada Liputan 6 😂.

Kupikir, scene duel di rooftop adalah scene ter-favorite sejuta umat 😘 Adu bacot antar geng ini memang juwara terutama saat bagiannya Jojo vs member Baby Girls yang nyolot ngeselin. Tektokannya pas dan yha~
asyik aja nontoninnya 😂. Meski scene salatri-nya Vina kurang diekspose, tapi kusuka sih style kesurupannya 😂 sayang nggak ada ‘aing maung’ 🐯.

Disini aku suka Amanda Rawles, karakternya pas dan (akhirnya) cocok untuknya, perkara acara MTv yang maut tayang mah lewat haha Ketimbang scene duel ditengah-tengah tawuran, aku malah lebih suka saat mereka kejar-kejaran di tengah kios-kios di dalam gedung. feel-nya lebih terasa...

Karena sekolahnya di Indonesia, maka tokoh antagonisnya adalah cowok bernama Andra (Giorgino Abraham). ZBL... Tapinya pantes haha 😅 Yang malah agak kurang sreg adalah tokoh kecengannya Vina yakni Jaka  (Kevin Ardilova) gimana ya... kurang gimana gitu, yha~ intinya sih bukan seleraku aja haha 😅

Sedari awal film Bebas ini dinarasikan dengan kocak, tektokan antara Sarah Sechan dan Marsha Timothy adalah opening yang menarik, seenggaknya kita akan dibuat tertawa mengenai opininya tentang ke-sok-urban-an urang Sunda. Dan sepokat a.k.a spokat a.k.a sepatu adalah benda penting yang nggak boleh terlewatkan.

Setelah pertengahan film barulah tensi kekocakkan mereda digantikan dengan konflik real manusia dewasa yang lebih serius. Memorable scene lainnya adalah saat geng Bebas menghajar gengnya Jefri Nichols gegara gangguin Mia (Syifa Hadju) mulu. Meski Baskara nggak ikutan dan Cuma jadi seksi dokumentasi, kusuka style-nya yang good looking.

Bisa dibilang film Bebas adalah film adaptasi yang cukup berhasil, filmnya menyenangkan dan relate dengan masa 90an yang pernah kurasakan. Film Bebas ini bukan hanya membawa memori kita ke masa paling menyenangkan di seluruh dekade, namun juga memberikan tontonan yang asyik, bukan tipikal film yang akan mudah dilupakan.

Ketimbang film Ada Apa Dengan Cinta yang meski sama-sama menyasar persahabatan remaja, kupikir aku lebih suka film Bebas ini. Lebih nyata. Yha~ sadar diri aja sih sebenarnya... cowok indie pecinta puisi yang sok misterius macem Rangga hanyalah fatamorgana belaka 😌. Rangga adalah mimpi-mimpi indah tak terperi sebelum Revaldo menginvasi serial Ada Apa Dengan Cinta 😅.

FYI. Semua serial yang diadaptasi dari film layar lebar di tahun 2000an ‘meh’.

Oh iya... Ada Reza Rahardian disini dan aku malah merasa film Bebas dan film My Stupid Boss berada di universe yang sama.

Jadi, sist Mirles dan bro Riri Riza adakah rencana mengadaptasikan You Are The Apple of My Eyes? 😋
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Berbulan-bulan yang lalu – di saat hari masih sering hujan dan matahari masih sesekali menyapa –. Setelah hampir setengah hari menunaikkan wear test sepatu kesana kemari, aku berakhir di Gramedia. Sambil menanti hujan yang tak jua reda, aku iseng membaca buku-buku sample (yang plastiknya sudah terbuka), beberapa buku nggak menarik, beberapa lainnya nggak asyik. Yha~ 😁

Namun sebagai bagian dari jama’ah KonMari yang masih kepikiran beli buku Sparks of Joy apa nggak, aku menghampiri tumpukan buku self development  dan declutter ala Jepang. Lihat-lihat doang sih... kali aja ada diskon 😋. Salah satu buku yang menarik perhatianku adalah Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life karya Hector Garcia dan Francesc Miralles, sebab ada sample-nya boleh dong aku membaca sambil menunggu hujan reda 😉.

Kalem.
Kali ini aku nggak akan me-review buku 😋.

Dalam bahasa Jepang iki berarti kehidupan dan gai adalah nilai, terjemahan bebasnya; nilai kehidupan alias value of life. Meski demikian, ikigai juga diartikan sebagai alasan kenapa kita bangun pagi. Namun menurutku sendiri ikigai adalah konsep mengenai esensi hidup, semacam life purpose khususnya dalam ranah pekerjaan. 

Aku hanya sempat membaca buku Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life setengahnya saja, hujan sudah reda dan aku sudah ingin pulang, ngantuk ziz... 😒 Di perjalanan pulang aku malah jadi agak kepikiran; “apakah aku sudah menemukan ikigai-ku?”.

Kalau untuk alasan kenapa aku bangun pagi... Kupikir sudah ya 👌🏻.

Di post pernah begini aku pernah bilang kalau aku sering over thinking akan segala hal sekitar 30-60 menit setelah bangun pagi. Saat itu, aku sering berpikir... Kalau saja aku memiliki kuasa untuk mengubah keadaan yang nggak menyenangkan ini pasti akan ku lakukan, aku bahkan sok-sokan rela menukar apa yang yang kumiliki (except mind, body and soul also love 😏) demi hari yang yang kuinginkan. Macem; here take my money... 😅

Hari dimana aku bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?”.
Asyik banget nggak tuh? Haha🤣.

Memang ada hari-hari buruk dan mengesalkan yang mesti ku lalui demi mencapai hari yang ku inginkan, but all paid off. Ada kepuasan yang meledak-ledak saat aku berhasil mencapai hari-ku, rasanya seperti menonton di bioskop sendirian di seat paling tengah untuk film terbaik. Segalanya tampak luas dan terbuka 🤩. Ada langit sungguhan dan panji-panji yang berkibar mengiringi makan malamku di aula Hogwarts.

Percayalah, bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?” rasanya lebih berharga ketimbang semua hasil qerja qeras bagai quda yang pernah ku miliki.

Sampai hari ini, aku sangat mensyukuri hari-hari dimana aku bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?”. Nggak setiap hari sih... sebab kadang kesiangan atau memang sedang jadwalnya hari malas 😆 Meski sebenarnya sudah tahu hari ini mau ngapain, kupikir “hari ini ngapain ya?” adalah sugesti terbaik untuk mengawali hari.

Namun, setelah kupikirkan lagi, alasan kenapa aku bangun pagi dan ikigai itu adalah hal berbeda, maksudnya, sebab  (sampai saat ini) aku belum menemukan korelasinya. Alasan bangun pagi ya alasan bangun pagi, ikigai ya ikigai. Yha~ mungkin memang sudah seharusnya aku beli bukunya, biar ilmunya nggak nanggung hehe 😋

Kalau melihat diagram-nya, ikigai adalah titik sumbu yang menghubungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission.


Passion
Sebenarnya aku masih bingung kalau ditanya tentang passion  😅 Sebab kupikir ada banyak hal yang ku sukai dan ku kuasai (ehm... a little self proclaimed wouldn’t hurt, isn’t?).

Aku suka menulis dan kupikir sejauh ini cukup capable. Aku menikmati seni visual sebab ku pikir hal tersebut sangatlah eye pleased. Aku suka menjadikan hal-hal lebih terorganisir. Aku menikmati momen dimana aku berada di rumah, rebahan sambil Twitter-an, so called homebody. Aku suka bepergian dan mengunjungi tempat-tempat baru. Aku menikmati hari-hari menyenangkan dimana aku bisa berjalan kaki sepuasnya. Aku suka hal-hal absurd. Aku suka berpikir. Aku suka berimajinasi.

Ada banyak hal yang ku sukai, namun lebih dari segalanya, aku suka menjadi diri sendiri.
Lebih challenging. IFYWIM 😏.

Sebab passion dalam konsep ikigai adalah perpaduan dari hal yang di sukai dan di kuasai, maka bolehlah kalau ku bilang passion-ku untuk saat ini adalah menulis, menulis apa? Menulis tentang diriku sendiri haha 😊 Kupikir, itu adalah alasan terbaik kenapa aku lebih suka menjadi blogger ketimbang menjadi writer.

Profession
FYI,  Saat ini aku adalah seorang footwear designer alias desainer alas kaki alias tukang gambar sepatu~ Memang profesiku ini nggak se-‘wah’ atau se-prestige profesi lainnya yang terdengar keren saat diucapkan dan ditulis dengan bangga di bio. Nggak sedikit juga yang mencoba mengasosiasikan footwear designer sebagai bagian dari fashion designer, nggak salah sih... 😅 tapi kita (footwear dan fashion) beda lho... 🤔

Kalau ditanya kenapa memilih menjadi footwear designer (ketimbang designer di ranah lainnya)? Well... aku hanya bisa bilang; aku suka sepatu 🥰. Mungkin nggak semua orang akan setuju denganku, namun kupikir sepatu adalah statement items yang paling lugas (ketimbang tas atau aksesoris). Sebab se-absurd apa pun padu padan fashion-mu, selama sepatunya keren semuanya akan auto termaafkan 😋.

Sebab profession dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang di kuasai dan hal yang membuat kita dibayar karenanya, maka sudah dipastikan ya... profesiku adalah footwear designer. Meski kadang ingin mencoba profesi selain di ranah desain, aku suka profesiku 😉.

Vocation
Nah, ini agak berat ya bahasannya haha Yang aku tangkap, vocation adalah seberapa penting impact profesiku bagi orang lain. Memang untuk saat ini nggak banyak yang membutuhkan skill-ku sebagai footwear designer kecuali manufaktur atau UKM yang bergerak di bidang persepatuan, tapi karena nggak banyak itulah footwear designer menjadi profesi yang cukup limited.

But, hey! I made your shoes... I made your day 🙃 Kalau nggak ada sepatumu akan sama membosankannya dengan film Mulholland Drive. Akulah yang memikirkan kombinasi material dan warna untuk sepatumua. Akulah yang mengurusi segala hal yang terjadi di balik sepatu yang kau pakai saat ini. Akulah yang membuat sepatumu begitu manis, begitu keren, begitu asyik... It was me 😊.

Sebab vocation dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang membuat (kita) dibayar dan hal yang dibutuhkan oleh banyak orang, maka itu artinya vocation-ku adalah footwear designer. Kuharap akan ada saatnya dimana aku akan bekerja untuk diriku sendiri 👊🏻.

Mission
Ternyata, ada yang lebih berat ketimbang vocation 😌 Kupikir mission ini lebih ke tugas jangka panjang  ya, berat juga memikirkan jawabannya. Di satu sisi aku suka diriku dan disisi lain aku adalah footwear designer, keduanya bukan hal yang seirama.

Sebentar, kupikirkan dulu... 🤔

Kemungkinan terdekatnya sih aku memiliki signature untuk setiap desain yang pernah kubuat, eh gini nggak sih cara mainnya? Haha 😅 Kupikir karya yang terlahir dariku mestilah merupakan sebagian dari diriku, sedikit personal touch mungkin akan membuatnya lebih manits... Mungkin ya... 🤭 Bagaimana dengan menulis? Meski untuk saat ini konten blog-ku nggak selalu berfaedah dan melulu tentangku, kupikir menjadi blogger adalah salah satu hal terbaik yang ku lakukan.

Sebab mission dalam ikigai adalah perpaduan antara hal yang di sukai dan (ternyata) menjawab kebutuhan banyak orang, maka aku memutuskan mission-ku untuk saat ini adalah memiliki signature untuk setiap desain yang pernah kubuat, gitu kali ya haha 🤣🤣🤣

Ikigai
Jadi, apa ikigai-ku? 😅

Tadi ku bilang kalau ikigai adalah titik sumbu yang menghubungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission. Maka bisa dibilang ikigai-ku untuk saat ini malah masih meraba-raba 😌 antara footwear designer dan menulis tentang diri sendiri. Masih belum ngerti juga apakah bisa bangun pagi dan bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?” bisa dikatakan sebagai ikigai.

Eym... Mungkin sudah seharusnya kubeli bukunya 😅

Mesti ku akui, mencari ikigai nggak semudah ekspektasiku, ada banyak pertimbangan dan fokus yang terbelah saat aku mencoba menganalisa diri. Aku punya banyak spesifikasi untuk semua istilah, ikigai, value of life dan life purpose memiliki makna yang berbeda untukku, makanya jadi bingung sendiri 🙁.

Tapi kalau ikigai hanya berarti alasan kenapa kita bangun pagi, kupikir aku sudah menemukan jawabannya tanpa mesti menyambungkan 4 elemen penting dalam hidup ini, yakni; passion, profession, vocation dan mission. Bertanya pada diri sendiri; “hari ini ngapain ya?” saat bangun pagi membuatku yakin bahwa aku siap menjalani dan menaklukkan hari. Baik buruknya 🥺, susah senangnya 🥺, baper julidnya 🥺.

Kupikir urusan per-ikigai-an ini belum kelar ya haha 😅 Masih rancu dan aku mesti memikirkan ulang apakah ikigai hanya berarti alasan kenapa kita bangun pagi ataukah lebih dari itu. Ku harap bisa secepatnya memutuskan apa ikigai-ku, semakin lama semakin liur, malay jadinya.

Well... Semoga harimu menyenangkan 😘.

Peace, love and gawl.
Lestari
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ▼  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ▼  Oct (2)
      • Mengartikan Ikigai
      • Bebas
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ►  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ►  Apr (1)

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates