Antologi Rasa
Udah akhir Februari
aja nih ... berasa Januari kemarin Cuma teaser
tahun 2019 😂😂😂
Di bulan
Februari ini ada beberapa film yang rilis, salah satu yang menarik minatku
adalah Antologi Rasa yang diadaptasi dari novelnya Ika Natassa. FYI Antologi Rasa
adalah novel Ika Natassa pertama yang kubaca dan yha~ membuatku jatuh hati
seketika, nggak perlulah kujelaskan mengapa sebab kuyakin kalian pun akan jatuh
hati saat membaca novelnya ❤❤❤.
Tentcunya aku
pun membaca novel Ika Natassa yang lain, berharap akan menemukan plot-plot
yang katakanlah ... ngeri-ngeri sedap haha Dan diantara semua novel Ika Natassa,
Antologi Rasa ini memang yang paling matang dari segi penceritaan dan karakter,
oh ya ... jangan lupakan quote-qoute-nya yang juwara.
Err ... Bukan berarti
novel Ika Natassa yang lain nggak bagus ya ... Cuma yang paling kusuka adalah
Antologi Rasa.
Sebelum Antologi
Rasa, Critical Eleven dan Architecture of Love sudah lebih dulu difilmkan, aku
nggak nonton sebab memang kurang tertarik dan review-nya kurang asyik, jadilah aku menunggu film Antologi Rasa
ini. Sebagai pembaca novelnya tentu aku (kita) memiliki ekspektasi yang tinggi
terhadap film Antologi Rasa ...
Gimana nggak
ngarep ya, fans service-nya cociks sih hehe Ada masanya dimana kita betah menyimak
akun Twitter @harrisrisjad dan @kearatedjakusuma saling berbalas mention (yang juga auto-RT), terbaper-baper ingin ikutan, tapi kemudian sadar ... mau
siapapun yang di-mention yang membalas
adalah Ika Natassa *ehe.
BTW aku
#teamharris yaw ... kamu #teamharris juga atau #teamrully?
Setelah sempat
gonta-ganti cast akhirnya official poster fim Antologi rasa rilis
juga, agak kecewa sebenarnya dengan pemilihan tagline-nya. Kupikir tagline
bagi yang sudah menemukan namun tak bisa memiliki kurang terasa esensi Antologi Rasa-nya, lebih cocok the more you make me suffer the more I find
I love you ... eh tapi balik lagi sih ya, ini kan film bukan novel.
Karana universe-nya Ika Natassa ini sambung
menyambung menjadi satu, maka ada beberapa karakter yang udah nyolong start tampil duluan di film Critical
Eleven. Yap. Beliau adalah si tengil Raefal Hady. Kupikir Raefal Hady ini adalah
sebenar-benarnya visualisasi Harris Risjad. Oke sip. Lalu ada Anggika Bostrelli
yang direncanakan akan berperan sebagai Keara. Oke sip juga ini.
Setelah
gembor-gembor sana sini eh ternyata ... cast-nya
diganti tcoy! Aduh ... udah terlanjur naksir nih, gimana dong? Heu ...
Minatku lantas
susut.
Lha terus kenapa
nonton?
Penasaran.
Dan ingin
membuktikan kebenaran review yang
diRT Ika Natassa haha
Menurut prediksi
Icunk, film Antologi Rasa ini nggak akan lama di Ubertos secara XXI-nya nurut
banget sama market. Makanya mesti
cepat-cepat ditonton sebelum keburu turun layar.
Harris Risjad
(Herjunot Ali), Keara Tedjakusuma (Carissa Peruset), Rully Walantaga (Raefal
Hady) dan Denisse adalah 4 sekawan yang ... udahlah ... langsung ke kesimpulan
aja ya haha
Kalau ditanya worth to watch nggak Antologi
Rasa ini? Kupikir itu tergantung,
kalau belum pernah membaca bukunya bolehlah nonton toh bahkan secara garis
besar pun filmnya nggak satu nyawa dengan bukunya, tapi kalau sudah pernah
membaca bukunya ... hmm ... don’t expect too high.
Diulang lagi ya
...
Don’t expect to
high because it
wasn’t that high.
Sepanjang film
diputar yang ada aku malah cengo mikirin “jirr ... apaan nih ... Rp 35.000ku
terbuang siya-siya” Belum pernah merasa sekesal ini pulang dari bioskop ... Jadi
mon maap ya wahai #sobatmisquen kalau sekedar penasaran mah mending di-hold dulu
nontonnya, Rp 35.000 bisa sangat berarti di tanggal tuwa macem sekarang.
Di awal film ku
merasa Junot trying so hard
to get Keara menjadi Harris Risjad, banyak tingkah dan banyak
bacot, tapi baiknya Junot akhirnya mampu menempatkan dirinya berada pada level yang pas sebagai Harris Risjad.
Satu-satunya yang mengusikku malah kumisnya yang macem lele, KZL dah ini.
Kita pasti
mengakui Carissa ini cakepnya pake banget, secara visual cocoklah berperan sebagai Keara yang gemar pake high end
brand (+ kata Icunk kakinya bagus).
Kekurangannya cuma satu, expressionless.
Setiap kali galau jidatnya dibuat kerang
kerung jadi kesannya nggak natural (padahal emang acting)
dan ekspresi nangisnya jele’ terutama scene
di dalam mobil.
Selain itu yang
cukup mengganggu (selain fakta Carissa cakepnya pake banget) adalah intonasi
pelafalan dialognya, pada beberapa scene
Carissa memecah kalimat yang agak panjang menjadi beberapa bagian dan bagiku
ini genggeus. Yha~ mungkin tarikan nafas doi memang kurang panjang ... jelas, bukan
kriteria murid favorite-nya Pak
Babam.
Sedangkan Raefal
Hady ini terkesan kurang penting ya, setiap kali Raefal ngomong aku mesti
berkali-kali menghela nafas dan mengelus dada “naon sih ieu si Rully, geje deh ...”. Tak ketinggalan Denisse yang
hadir sebagai pemanis belaka, yang toh tanpa kehadirannya pun film akan tetap
berjalan.
Sayang Dinda (Angel
Pieters) hadirnya sekejap, padahal Dinda seharusnya cukup berperan dalam
hubungan Keara dan Panji. Permisi ... Panji adalah Manusia Millenium haha *apeu
Panji ini adalah iparnya Dinda sekaligus pacar pengalihannya Keara yang
mendominasi hampir setengah buku Antologi Rasa.
Di pertengahan
film kita mulai menyadari kenapa Junot mesti trying so hard, yap, karena cuma Junot yang
berusaha untuk melebur dan berkemistri dengan lawan mainnya. Serius nanya nih, MANA KEMISTRINYA? MANA? AAA ... AA ... A *pake echo. Kita tungguin sampai kelar ternyata emang nggak ada.
Nggak ada
kemistrinya ini levelnya macem dimasukin WAG tanpa kenal satu sama lain,
canggung dan terbata-bata. Junot kemana, Carissa kemana, Raefal apalagi.
Hambar. Apalah artinya kissing scene yang di-zoom maksimal kalau kemistrinya nggak ada sama sekali ... Lelah
hamba ... ingin rasanya cabs tapinya nggak jadi karena inget Rp 35.000ku ada di
mereka.
Kalau biasanya
OST diputus dengan smooth pada
peralihan scene, di film Antologi
Rasa mah nggak berlaku ya, cara OST diputus mirip kita kalau lagi mainin volume
TV, digedein-dikecilin-digedein-dikecilin-digedein-dikecilin begitu sampe selesai
jadi jatuhnya nggak smooth dan
genggeus.
FYI. Suara OST-nya
lebih kencang ketimbang suara dialog antar cast-nya, cukup mengganggu karena
kita jadi nggak fokus mendengarkan cast-nya
berdialog.
Namun mesti
diakui film Antologi Rasa ini memiliki gambar yang menawan dan HD, kita bahkan
bisa melihat wajahnya Carissa di-zoom sampai kelihatan bulu halus di pipinya
yang mulus. Nyatanya gambar yang menawan dan HD tak cukup untuk memuaskan
dahaga penonton yang haus cerita berbobot dan berbelit rumit macem benang
kusut.
Kalau
dideskripsikan dalam 3 kata, film Antologi Rasa ini ... dangkal, hambar dan
geje. Berbeda jauh dengan novelnya yang pernah mengaduk-aduk perasaan
ciwik-ciwik di masa kuliahku dulu. Yha~ Antologi Rasa terasa hanya mentok
sebatas judul belaka.
Mon maap nih mb
Ika Natassa, novel Antologi Rasa-mu memang bagus (dan aku suka) namun gagal
diadaptasikan ke film. Mungkin nanti bisa dicoba format web series macem Sore,
Istri dari Masa Depan atau serial televisi yang tayang di Net TV. Kalau nggak
sreg dengan episode pertama kan bisa dicoba nonton episode keduanya, siapa tahu
berubah persepsinya.
Kali ini, bukan
cuma kisah cinta Keara yang berantakan, kisah nontonku juga berantakan ...
0 comments
Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~