The Gift-nya Hanung
The Gift
memberikan pengalaman menonton yang cukup berbeda, gimana aja judulnya, berasa
dikasih hadiah sama Mas Hanung 😍 *ehe. Banyak yang bilang kalau The Gift adalah
hadiah darinya karena telah diberi kebebasan untuk berkarya dengan
gayanya sendiri dan tak sedikit juga yang berkomentar kalau The Gift adalah proyek
balas dendam setelah sukses ‘dikerjain’ film-film pesenan.
Seperti biasa ...
Aku sih yes 😂😂😂.
Sejak Ayat-ayat
Cinta 1, ku merasa idealismenya Mas Hanung buyar perlahan-lahan, mungkin karena
kebanyakan terima order film kali ya
jadinya kurang fokus. Salah satu karya terbaiknya adalah Catatan Akhir Sekolah
(CAS) yang dirilis saat aku masih SMA, berasa sezaman aja gitu dengan Vino dan
Marcell 😂 Long shot di opening scene-nya kewren
gilak dan OST-nya yaitu I Remember-Mocca pernah ditahbiskan sebagai lagu
termanits sepanjang sejarah perfilm-remajaan versiku... dulu 😘.
Begitupun dengan
Perempuan Berkalung Sorban, Hanung membagikan pemikirannya tentang kritik
sosial dan moral di lika liku kehidupan pesantren, bagus kok filmnya 🖏. Hubungan
keterikatan batin antara Hanung dengan tempat kelahirannya membuat Yogyakarta
hampir selalu menjadi setting filmnya,
nggak semua ya... sebagian besar, maka tak usah heran jika Hanung akhirnya membuat film Sang Pencerah, biopic-nya bapake Muhammadiyah.
Keseriusan Hanung
dalam menggarap film The Gift ini kulihat tersirat pada official poster-nya yang
menampilkan wajah Reza Rahadian dan Ayushita bagai pinang di belah 2. Yang
secara nggak langsung kasih statement
tentang kejelasan hubungan mereka yang lebih utuh dibandingan hubungan gambar
dibawahnya 😏 ehe. Trailer-nya yang ditayangkan
sebelum Deadpool 2 ini sangat menggoda imajinasi, membuatku dan Icunk langsung
janjian nonton The Gift.
The Gift adalah
film Indonesia kedua yang ku tonton di bioskop tahun ini, yang pertama ...
tentcu adalah Dilan 1990 yang sepikannya bikin giung seluruh social media timeline netyzen se-Indonesia. Nonton kali ini, ada Lisna diantara
kita *elahh haha 😊 Mungkin karena masih jam-jamnya berbuka, studio nggak terlalu
rame dan... yang paling penting nih ya, nggak ada anak-anak 💖💖💖
Berbahagialah
kalian wahai social media philanthropic, penikmat senja, star
gazer, petrichorian, hujan seharian, tetesan embun pagi dan entah apalagi,
The Gift adalah film yang sekiranya cocok untuk genre kalyan sekalyan... Dialog-dialog yang kalau kata Rei mah
‘ngena di hati’ niscaya akan membangkitkan jiwa-jiwa melankolia yang sudah
terkubur recehan Twitter 😂😂😂
Premis cerita
tentang korelasi antara: penulis yang mandeg
ide – pergi menyepi ke Yogyakarta – bertemu dengan cowok rese – yang
ternyata adalah pemilik suatu usaha sudah banyak digunakan untuk FTV yang
judulnya so... clickbait. Tapi yha~ ini Hanung lohh 😚... mood-nya lagi OK 👌... imajinasinya meletup-letup 💗, children fruit-nya mangats 📣dan... kesempatan yang datang menghampiri ✯. Taa
... Daa ... Jadilah The Gift! 👏👏👏
Yang paling
kusuka dari The Gift adalah sinematografinya yang memanjakan mata, filter tone yang digunakan benar-benar menggugah dan aesthetic, gimana aja lagi scrolling
up / down feed-nya para influencer
sekalian. Uncchhh... Gemay deh ah 💏! Meski ada beberapa scene yang pengambilan angle-nya
agak kurang pas, mencong-mencong, semuanya akan auto termaafkan saat menonton filmnya sampai selesai.
Oh iya, pada
sebagian scene khususnya scene pribadi karakter –karakter
utamanya di-shoot dengan teknik camera handled jadi ya agak sedikit pusing. Ya meski sebenernya termasuk aesthetic sih... Kadang aku malah
merasa lagi nge-stalk filmnya haha Scene terbaik adalah scene di Kaliurang dan
pantai-pantaiannya, ambience sinar
matahari pagi dan deburan ombak yang menyapu kaki yang ‘ndelep di pasir basah terasa sampai di kursi penonton, kan jadi
ingin liburan... 😉
Feel me... 🍃
Semacam gitu kali
ya... haha 😂😂😂
Tiana (Ayushita
Nugraha) adalah seorang penulis yang sedang mengalami creative writer block dan memutuskan untuk melarikan
diri ke Yogyakarta demi menyelesaikan novelnya, ia menyewa kamar di rumahnya
Harun (Reza Rahardian) yang menurutnya rese karena selera musiknya yang
genggeus. Ya eyalaahhh... siapa juga yang nggak kesyel kalau lagi kerja malem
diganggu musik metal yang bikin kuping pekak 😓.
Sadar kelakuannya
ganggu, besoknya Harun ini nyuruh simboknya untuk ngajak Tiana sarapan di
rumahnya. Disinilah mbnya baru sadar kalau masnya nggak bisa lihat, tapi ya itu
tadi... gegara masih baper kejadian semalem yang ada mereka berdua malah adu sengak,
podo aee... 💩 Agak nggak biasa juga
sih komposisi perkenalannya, udah mah
ngobrolnya pake bahasa yang agak baku terus pada keukeuh mempertahankan
ke-sok-sengakan-nya. Hadehh... 😫
Itu kali pertama
yha~ Kali kedua ... Raisa haha Selanjutnya Harun kasih satu pot bunga untuk
Tiana sebagai permintaan maaf karena sarapannya nggak ngenakin, eh kemarin pada
jadi makan nggak sih mereka? Patut ditiru nih ini, kalau ngasih bunga sekalian
sama pot-potnya ya biar nanti kalau sudah layu bisa tumbuh lagi yang baru,
nggak mesti nunggu kering dulu baru dibuang *elaahh
Harun yang
eksistensinya misterius menarik minat Tiana secepat tebak-tebakan nggak jelas
tapi berakhir dengan aktivitas meraba-raba nikmeh 😏.
Feel me... 🍃
Feel me... 🍃
Feel me... 🍃
Hubungan mereka
menjadi dekat sampai cukup pada alasan untuk mempercayakan kunci pintu yang menyekat
ruang pribadi mereka, semacam metafor kode keberlangsungan suatu hubungan gitu
kali ya haha. Eym... Masing-masing saling memperkenalkan dunianya, scene gini-giniannya dibuat begitu indah
dan artsy, terasa hangat di sanubari 💖.
Harun yang
kayanya dulu adalah anak seni rupa tapi suka nge-sketch sampai ngebela-belain buat patung dada Tiana dongs, bahkan
iya-iya aja diajak latihan tari dan jalan-jalan ke Kaliurang. Mungkin Masnya
terlalu cepat menyimpulkan... karena ditengah-tengah kebahagian yang kalau
kata Lala Bohang mah terlalu sementara untuk dirayakan muncul karakter pembanding
dari masa lalu bernama Ari (Dion Wiyoko).
Kedatangan Ari
yang tiba-tiba membuat Tiana gamang, bimbang memilih antara yang pake hati tapi
kadang bikin sakit hati atau yang nggak kepikiran tapi menawarkan masa depan.
Kalau nggak inget Harun lagi nganggur pasti aku milih doi 😂 haha Tau sendirilah... ini hati loh, bukan ruang tamu *ehe Tapi Tiana harus menghadapi masa
lalunya dan membiarkan masa depan membawanya... ke Italy.
Eh. Gimana?
Gimana? *tanya penonton kepada Harun dalam hati.
...
Kosong 🍃
...
ASTAGFIRULLAH
ALADZIMM !!!
Harun yang kecewa
karena merasa dibohongi Tiana marah-marah di workshop, patung dada Tiana yang masih setengah jadi dilempar
begitu aja, seakan-akan nggak pernah inget buatnya pake hati. Itu muka benyek tcoy! Serius deh ini... Sayang
aja udah setengah jadi... Tinggal setengah hatinya lagi. #tips mending nungguin sampai jadi keras dulu adonan (patung)nya
biar nanti pas dilempar bunyinya “braakkk!!!” nggak “bleekk”, jele’ aja
kedengerannya.
Kupikir film ini
akan diakhiri dengan keputusasaan Harun seperti yang diperlihatkan trailer-nya, padahal udah siap-siap aja
nih mau mewek heuheu. Seperti FTV yang mudah ditebak alur ceritanya, mereka
bertiga dipertemukan kembali di Italy, nah disini udah mulai males nontonnya
ingin balik lagi ke Yogyakarta aja. Kenapa diantara sekian banyak orang di
dunia ini ketemunya sama yang itu-itu aja?
Takdir 😔.
Okay, the case is closed.
Meski awalnya
agak skeptis dengan ending-nya yang
dikhawatirkan akan dieksekusi secara FTV juga, aku merasa ending The Gift yang Hanung berikan ini worthed ya. Udahlah... nggak usah nuntut sekuel, nanti malah nggak
asyik kaya AADC2, yang meski setelah sekian purnama Rangganya tetep kere dan
Cinta mulu yang ngemodal.
Product placement-nya The Gift ini oke
punya ya, nggak ganggu apalagi keliatan banget ngiklannya kaya
sinetron-sinetron. Sayang nggak nonton sampai credits, padahal sebenernya sepanjang nonton kepo bertubi-tubi dengan
make-up-nya Tiana, lipen setipnya nomor berapa sih mb? Gimana ya
ngejelasinnya, meski gelap, meski terang, warnanya keluar. BTW, sepatunya Tiana
di scene curhat di makam brand-nya apa ya? Kok keren sih 😍...
Yawla, Tiana... panutanqu 6(>.<)9
Keputusan Hanung
untuk memberikan peran Harun kepada Reza Rahardian adalah keputusan yang tepat
ya, karena sebosen-bosennya liat Reza di film-film komersil meski diakui bahwa
Cuma Reza Rahardian yang bisa membawakan karakter Harun, seakan-akan peran
tersebut memang dibuat khusus untuknya. Di media
visit-nya The Gift, terselip komentar
Bia “Alhamdulillah... Mas Hanung telah kembali”, well... bukan Cuma Hanung ya yang “telah kembali”, Reza Rahardian
pun telah kembali ke haribaan kita semua.
Tadinya kupikir
Tiana kecil diperankan oleh Romaria loh 😜 Seumur-umur nonton film yang ada
Ayushita-nya, penampilannya sebagai Tiana di The Gift adalah pencapaian terbaik
setelah Me VS High Heels. Memorable... Sedang untuk Dion Wiyoko, nggak usah ditanya lah ya... gimana kualitas
aktingnya, apalagi kalau sudah pernah nonton serial Sore, Istri Dari Masa Depan.
Seperti yang
kubilang di awal, The Gift memberikan pengalaman menonton yang cukup berbeda.
Bukan Cuma sekedar nonton ngeliatin visualisasi imajinasi karya sutradara, script writer dan krunya belaka, tapi juga membuat kita mengolah kepekaan
rasa yang tercipta dari visualisasinya, setiap detik scene-nya membuat kita me’rasa’ dan menggiring imajinasi sampai setara
dengan standarnya Hanung. Duhh... kuat
ka beurat kieu ⌣
Kalau ada waktu
luang bolehlah nonton The Gift, karena selain hal-hal diatas film ini akan membuat
kita ingin pergi mantai... sekedar untuk menikmati. Oh, iya kalau gampang
terharu jangan lupa siapin tissue, yakali
ntar nggak kerasa tiba-tiba brebes mili.
Next: kayanya Buffalo Boys, karena trailer-nya
yang cociks + ada Hannah Al-Rasyid.
* All pictures taken from here
0 comments
Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~