Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Semangats bestie… masih ada post yang lain yang menunggu untuk dibaca 🤭.

Karena masih ada waktu luang sebelum ke Pracimasana kita memutuskan untuk mengunjungi Museum Lokananta yang lokasinya berada di Lokananta Bloc. Beberapa kota kini udah ada Bloc-Bloc-annya, apakah Bandung akan menyusul? Atau ternyata udah ada tapi akunya yang belum tahu 😅

Kita sampai di Lokananta Bloc sekitar jam 11 siang, hanash bund… sun screen-nya udah pada luntur 🥵. Di Museum Lokananta kita diarahkan oleh Pak Satpam untuk membeli tiket (yang ternyata bisa online 😌) sekaligus menitipkan barang. FYI, pengunjung hanya diperbolehkan membawa smartphone dan tripod (untuk selfie), sedang barang lainnya mesti dititipkan.


Museum Lokananta adalah museum sejarah musik dan rekaman di Indonesia, yha~ Lokananta adalah studio musik legendaris di era 1960-1990. Studio Lokananta memproduksi VHS dan piringan hitam (vinyl) untuk musisi dan dokumentasi acara penting macem Muktamar Muhammadiyah dan siaran RRI. Musisi alumni Lokananta, diantaranya: Waldjinah, Gesang dan Titiek Puspa.

Meski teknologi yang digunakan udah nggak relate dengan device masa kini, Studio Lokananta merilis versi VCD dan kasetnya kok, jadi masih bisa laya 😅 masih pada punya VCD player dan tape player kan? 😁 Saat ini vinyl, VCD dan kaset hanya bisa dinikmati oleh segmented market yang punya device, mungkin bukan perkara merilis via digital platform-nya melainkan perkara royalty-nya, who knows yekan…

Oh ya, demi kenyamanan bersama Museum Lokananta hanya membuka 3 sesi kunjungan per harinya, jadi pastikan kalyan datang di waktu yang tepat ya. Museum Lokananta terdiri dari beberapa ruangan interaktif dimana kita bisa berinteraksi langsung dengan objek yang dipamerkan. Meski kita diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ruangannya, ada beberapa guide yang akan memandu sekaligus dimintai tolong saat berfoto.


GALLERY LINIMASA
Di ruangan ini kita banyak membaca artikel, mendengarkan rekaman dan melihat benda-benda bersejarah yang berhubungan dengan Studio Lokananta



GAMELAN
Di ruangan ini kita cuma sebentar karena isinya adalah seperangkat gamelan yang nggak boleh disentuh atau dimainkan

DISKOGRAFI
Di ruangan ini tersimpan berbagai koleksi vinyl Studio Lokananta, kita nggak bisa masuk cuma bisa ngintip aja dari pintu kaca.


BENGAWAN SOLO
Di ruangan ini kita bisa melihat proses rekaman yang lucu 😆.



ANEKA NADA
Di ruangan ini kita bisa melihat berbagai koleksi vinyl dan kaset Studio Lokananta dari dekat, kita juga bisa mendengarkannya pake headset yang udah disediakan.



PROKLAMASI
Di ruangan ini kita bisa mendengarkan rekaman proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

RUANG PAMER
Di ruangan ini kita bisa melihat berbagai koleksi vinyl dan kaset Studio Lokananta yang dan beberapa instalasi seni.


Di bagian tengah ada taman yang dilengkapi dengan meja dan kursi, kalau cuacanya adem kayanya sih nyaman ya duduk dan ngobrol disana. Sayangnya, saat itu kita datang menjelang tengah hari makanya panas banget 😂. Setelah selesai berkeliling Museum Lokananta kita memutuskan untuk caw ke Lokananta Bloc di sebelah, penyegaran dulu guise…

💸 HTM: 50K (OTS dan online)
📌 Jl. Ahmad Yani no. 389, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta
🗓️ Rabu-Senin 10.00 – 16.00 (sesi 10.00, 12.00 dan 14.00)

tyda mau kalah dengan geng arisan macan, tetap difoto meski panas banget

***

Dari Museum Lokananta kita mampir di Filosofi Kopi, yha~ ngapain lagi kalau bukan untuk jajan dan ngobrol (lagi) 😂 Mungkin karena masih baru jadi belum banyak tenants yang buka, tapi enak sih jadi nggak terlalu rame… Sebelum caw dari Museum Lokananta aku sempat menanyakan lokasi musholla, ke mas guide-nya, begitu dicari kagak nemu-nemu dongs… Ternyata letak musholla-nya masih berada di lantai 2 bangunan lama, makanya sulit ketemu 😅.







***

Dari Lokananta Bloc kita mampir ke Pasar Gede untuk jalan-jalan dan membeli oleh-oleh macem wedang uwuh, teh campur dan bumbu pecel. Tadinya kita mau jajan tipis-tipis ala TikTok tapi nggak jadi karena ingat sebentar lagi kita mau ke Pracimasana. Aku nggak belanja ya karena masih punya stok bumbu pecel dan teh dari ngunduh mantu kemarin, yang kusuka dari Pasar Gede adalah suasana pasarnya yang bersih dan rapi ✨👌🏻.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Tujuan pertama kita di Solo tentcunya adalah makan, yang Burger King tadi shubuh masuknya sahur ya bukan sarapan 🤭. Sebelumnya kita udah bikin list-nya Selat Solo yang recommend, lupa lagi pertimbangannya apa tapi kita berakhir dengan Selat Solo Tenda Biru ini.

Turun dari KRL Yogyakarta-Solo kita langsung menuju pintu keluar dan dengan penuh kesotoyan diri kita menunggu bus di halte. Sialnya, aku baru tahu bahwa Solo ternyata memiliki 3 feeder bis (yang berbeda), maafin aku guise… 🥺 langsung pening begitu melihat maps-nya. Kita nggak sempat searching rute bis di KRL sebab udah kepalang ngantuks paska jalan-jalan shubuh di Malioboro.


Lagi. Dengan penuh kesotoyan diri kita naik bis yang sekiranya akan mengantarkan kita pada Selat Solo Tenda Biru, untuk kemudian turun di halte terdekat dan order Go-Car. Bukannya dari tadi huhu Saat sampai di Selat Solo Tenda Biru situesyennya cukup ramai, pengunjung hari itu didominasi oleh buibu bapack-bapack yang baru pulang dari upacara 17 Agustus.

Selain menyajikan menu Selat Solo, mereka juga menyediakan menu lain yang sezuzurnya bikin penasaran macem Sop Matahari dan Nasi Pecel Wader. Meski sempat gamang kita memantapkan diri untuk order Selat-nya, yha~ kapan lagi yekan kita sengaja kemari. FYI, Selat Solo adalah hidangan gubahan yang terinspirasi dari Salad, kadang disebut Bistik Jawa.

Yang kita order:


SELAT DAGING & SELAT GALANTINE
Selatnya terdiri dari potongan kentang goreng, wortel dan buncis kukus, daun selada, tomat, telur pindang dan olahan sapi (iga, daging dan galantine) yang disiram kuah barbeque. Kalau byasanya bumbu barbeque-nya disajikan macem sauce, di Selat ini bumbu barbeque-nya diencerkan dan disajikan macem kuah.

Bedanya, Selat Daging pake potongan daging macem Rendang, sedang Selat Galantine pake bola-bola daging macem di IKEA. FYI, galantine adalah daging cincang yang dimasak ala sosis dan digulung macem lagi bikin bolu gulung, kita mengenalnya dengan… Rolade wkwkwk 🤭. Iya guise… Galantine adalah Rolade tanpa partisi telur dadar, makanya kurasa sah aja kalau mereka bikinnya macem bola-bola daging.

Well… ternyata rasa Selat-nya nggak masuk di palette lidah kita yaini, kenawhy? Karena nggak ada sambalnya 😱. Meski kurang suka pedas aku setuju sih kalau Selat-nya pake sambal, at least mencoba untuk mengimbangi rasa manis dari kuahnya yang cawerang 😂.

Selat Daging 21K

Selat Galantine 16K

MENDOAN
Enak. Ukurannya pas untuk sekali gigit.

Mendoan bite size 7K

ES GEMPOL PLERET 
Aslinya Icunk yang order, tapi karena nggak sesuai ekspektasi jadinya dimakan bareng. Gempol dan Pleret terbuat dari tepung beras, dan kuahnya pake kuah Dawet.

Es Gempol Pleret 8K

IMHO, aku menyesal nggak order menu selain Selat-nya 🥲. Pasalnya aku lihat menu order-an rang-o-rang kok menarik banget, macem menu yang ada di resepsi (orang Jawa tentcunya). Kangen banget rasanya makan supnya yang bening dan sederhana, yang sayangnya mesti bikin sendiri karena belum nemu yang mirip di Bandung. Aku lebih suka Mendoannya ketimbang Selat-nya, karena bagiku taste-ku bagimu taste-mu.

@tendabiru_solo
📌 Jl. Dr. Wahidin No.26, Purwosari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta
📅 Senin - Minggu
⏰ 09.00 - 18.00
🍲 13K - 30K
🥟 7K - 15K
🍹 3K - 14K

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Ini adalah post muqaddimah dari rangkaian post jalan-jajan ke Solo-Yogyakarta, alhamdulillah wacana yang udah mengendap bertahun lamanya bisa terealisasi. Liburan kali ini disponsori oleh… diri sendiri 😆 Aisya, Deanty dan Lestari.

Setelah mempertimbangkan dengan seksama dan dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya (cukup 2 bulan aja 😅) kita memilih untuk berlibur di bulan Agustus. Karena: ada harpitnas (*penting), ArtJog masih buka, load kerjaan nggak begitu banyak (terutama Deya, yang shadow job-nya ngintil mulu 🥲) cuacanya masih hangat (cenderung panas) dan faktor X yang tidak terdefinisikan.

Meski Ijen dan Baluran masih menggoda, kita tetap memilih Solo dan Yogyakarta sebagai tujuan liburan kita kali ini. Kenawhy? Karena ke Ijen dan Baluran nggak cukup 3-4 hari aja ya guise… menurut penerawanganku, setidaknya kita butuh 2 minggu kalau mau liburan ke Ijen dan Baluran 🧐. 1 minggu untuk acara inti (termasuk perjalanan Bandung-Banyuwangi 20 jam) dan 1 minggu untuk recovery. Hello~ sobat jompo.

Yha~ kita tahu kok, Yogyakarta adalah tujuan yang B aja, apalagi kalau kita udah berkali-kali kemari. Hampir semua konturnya udah pernah kita singgahi, dari pegunungan, pantai, air terjun, sampai jalan santai sekitar Taman Sari. Dan Bowo menjadikan Yogyakarta-Bandung tampak begitu dekat macem Cibiru-Cileunyi, yang kalau di Path mah: sleeping at Yogyakarta, wake at Bandung, touch down UIN SGD 😁.

Yogyakarta adalah pilihan yang (ny)aman untuk kita, setidaknya untuk saat ini.

Kita menambahkan Solo sebagai tujuan karena wara wiri mulu di FYP TikTok 😅. Karena TikTok kita jadi tahu bahwa Yogyakarta-Solo bisa ditempuh pake KRL dalam 1 jam aja dan ada banyak tempat yang bisa dituju. Tentcunya dari semua list yang udah kita susun nggak semuanya bisa ter-checklist, beberapa tempat mesti tercoret karena waktu, jarak dan ketahanan (tubuh kita) yang mulai terbatas.


16 AGUSTUS 2023 (RABU)

Kita semua berangkat dari Stasiun Bandung pake kereta Lodaya (Ekonomi-Premium), termasuk Icunk yang udah stay di Garut. Bukan liburan kalau nggak ada dramanya yekan… pulang kerja aku langsung menuju Stasiun Bandung pake TMP. Hawa liburan memang beda yakawan… aku merasa chill & relax macem playlist Spotify 😆, apalagi saat itu mataharinya cakep dan anginnya sepoi-sepoi, seketika pikiranku terbuai: mau jajan apa nanti di stasiun 🤔.

Bandung saat weekday udah macet, Bandung saat weekend macet pake banget, Bandung saat tahu lusa adalah harpitnas (tanpa hujan + cai cileuncang) udahlah… nggak usah dibahas. Aku sempat mengira salah naik bis karena rutenya berbeda, ternyata rute bisnya dialihkan karena sedang ada gladi bersih untuk upacara Agustusan. Kalau aku aja udah kena macet, apa kabar Deya yang berangkat dari Kopo? 🤔.

Sambil menunggu Deya yang masih stuck di Kopo, aku dan Icunk gercep sholat di masjid baru, nge-print tiket dan jajan ini itu. Alhamdulillah… Deya datang di waktu yang tepat, di saat kita udah hulang huleng (padahal mau pergi healing) memikirkan perlu beli tiket lagi apa nggak 😅. Jangankan bikin footage untuk video aesthetic yang ada kita langsung caw ke peron, melewati sky bridge yang udah sepi, menuju kereta yang siap berangkat.

Di kereta aku menonton Moving dan ngemil jajanan yang kita beli tadi, termasuk Cilor-nya Icunk yang enak itu 🤤. Perjalanan menuju Yogyakarta kali ini nggak bisa dibilang nyaman ya karena kita terganggu dengan suara dengkurannya buibu di belakang, lelah meureun… 🥲. Tak lupa, aku menelepon ibu suri yang posesif ditinggal liburan.


17 AGUSTUS 2023 (KAMIS)

Kita sampai di Yogyakarta di sepertiga malam, waktu yang sebenarnya lebih tepat untuk sholat tahajud 🤭. Sambil menunggu Shower & Locker buka, kita memutuskan untuk mencari makan di area Malioboro. Tadinya kita mau ke Gudeg Yu (siapa gitu) yang katanya buka sampai shubuh, ternyata udah tutup. Kemudian kita ke KFC Malioboro yang katanya buka 24 jam, ternyata udah tutup juga. Kemudian kita ke Burger Kings Malioboro, eh ternyata beneran buka 24 jam, akhirnya kita ishoma disana.

Beruntung, saat kembali ke Shower & Locker antriannya nggak begitu banyak, sambil menunggu giliran kita mengobrol di bagian belakang yang berbatasan langsung dengan stasiun. Selesai mandi kita ke hotel untuk menyimpan tas kemudian kembali ke Stasiun Tugu untuk naik KRL ke Solo (8K, cuma bisa pake e-money atau Go Pay). Sepanjang perjalanan menuju Solo kita sesekali tertidur, nggak kuat euy.

Ternyata mengunjungi Solo selain saat mudik enakeun ya… kotanya nyaman untuk jalan-jalan meski agak senyap. Kita pake Go Car untuk mobilitas dan hampir semua driver Go Car yang kita naiki membicarakan kepuasannya pada kinerja Gibran. Karena waktu yang terbatas, kita hanya sempat mengunjungi 4 tempat aja, yakni: Selat Solo Tenda Biru, Museum Lokananta, Pracimasana dan Pasar Gede.

Pulang dari Solo kita kembali lapar wkwkwk dan memutuskan untuk mampir ke Gudeg Yu Sum yang lokasinya berada di darah Kauman, dekat rumahnya Ana. Mungkin karena masih diliputi euphoria liburan, kita memutuskan untuk berjalan kaki menuju Gudeg Yu Sum, strong banget yekan. Pulangnya kita naik bentor, untung bapaknya mau ngangkut kita bertiga 😂.

  






18 AGUSTUS 2023 (JUM’AT)

Tahu sendiri laya… gimana jomponya tubuh kita saat memasuki usia dirty thirty yang ke sekian 😅. Karena masih lelah sisa ke Solo kemarin kita mengawali hari dengan santai. Setelah sarapan kita sempat-sempatnya ngobrol dongs padahal nanti di jalan kita juga ngobrol lagi. Ohya kita memutuskan untuk menyewa mobil karena akan mengunjungi beberapa tempat yang berjauhan.

Bukannya langsung menuju ke Gunung Merapi yang ada kita malah muter-muter sambal mencari Point Coffee, iya… tadi kita udah sarapan, tapi ingin ngemil. Hari ini kita hanya sempat mengunjungi 3 tempat aja, yakni: Museum Ullen Sentalu, Sate Ratu dan Laguna View Depok. Tadinya kita mau sunset-an di tepi pantai, namun karena ngaret (lagi-lagi) kita mencari opsi penggantinya.

Sebelum kembali ke hotel kita sempat makan malam di Mie Godog Mbah Gito, karena lokasinya sejalan dengan arah pulang. Sezuzurnya, aku nggak menikmati Mie Godog-nya gegara terdistraksi meeting online dan printilannya. Jadinya terasa numpang lewat aja, nggak berkesan, mungkin lain kali kesana lagi.

  

19 AGUSTUS 2023 (SABTU)

Hari terakhir di Yogya kita memutuskan untuk mengubah itinerary perkara IG story-nya mb Lucedale. Jadilah kita pagi-pagi kembali ke Stasiun Tugu untuk ke Stasiun Brambanan yang hanya berjarak 2 stasiun. Hari ini kita mengunjungi 3 tempat aja, yakni: Prambanan X KAWS: Holiday Indonesia, TFP Kopi Warung Pasar Kranggan dan ArtJog 2023.

Setelah dari Artjog 2023 kita mengunjungi Ana di rumahnya di daerah Kauman, sekaligus mencari barang karena Icunk buka jastip printilan Aisyiyah. Mungkin karena kita udah berkali-kali main ke rumah Ana jadinya feels like home 😁. Ada bapak dan Mas Kunta yang sedang ngobrol setelah sholat maghrib, dan baby Alesha yang imut banget.

Suatu kemajuan menemukan Teh Pucuk di rumahnya Ana yang menerapkan konsep less salt – less sugar di dapur keluarga. Kita pamit karena mau jalan-jalan ke Malioboro tapi akhirnya kembali ke rumah Ana, makan Mie Godog yang pedas dan melanjutkan obrolan yang sempat ke-pause. Menjelang tengah malam kita pulang ke hotel, melalui gang-gang rumah keluarga dan kesamprok warga yang sedang meronda.
  

20 AGUSTUS 2023 (MINGGU)

Rasanya semalam belum cukup untuk berbagi cerita dan tertawa-tawa mengingat masa lalu yang, gusti… tak-kusangka-pernah-begini. Pagi harinya, Ana berkunjung sebelum kita pulang ke Bandung, meninggalkan Ale (yang masih terbayang imutnya 😊), membawakan kita bekal untuk dimakan di perjalanan *terharu 🥺. Selalu seperti ini.

Kita meninggalkan Yogyakarta di pagi hari demi mengejar jeda untuk beristirahat, tahu sendiri yekan liburannya 3 hari jomponya bisa sampai seminggu. Maafin aku ya temans… aku nggak ngeh saat memilih seat, seat kita menghadap ke belakang jadi berasa mundur keretanya. Setelah menyimpan tas dan mencari posisi yang nyaman kita semua langsung ‘lep’ tertidur, dan terbangun saat mencapai perbatasan Jawa Tengah – Jawa Barat.

Yang pertama kali kita lakukan setelah terlelap adalah… makan wkwkwk bekal yang dibawakan Ana tandas bahkan sebelum tengah hari, padahal tadi pagi kita sarapan loh. Di Stasiun Cipeundeuy kita berhenti agak lama sehingga kita bisa jajan atau sekedar berjalan-jalan biar kakinya nggak bengkak. Buibu menjajakan dagangannya dari balik pagar pembatas, mengingatkanku akan suasana kereta api sebelum eranya Pak Jonan.

Icunk turun di Stasiun Cipeundeuy sedang aku dan Deya lanjut menuju Bandung.

Di sisa perjalanan kita Kembali ngobrol (yaeyalahhh… 😅) dan mengamati bahwa hampir semua stasiun yang dilewati sedang direnovasi. Wow… kita melewati Stasiun Rancaekek dimana Neng Is berangkat kerja ke kota semasa muda, melewati stasiun-stasiun kecil yang diperbaharui, melewati sawah-sawah produktif yang sebentar lagi mati. Who knows yekan… 5 tahun yang akan datang, sawah-sawah akan berubah menjadi perumahan atau mungkin pabrik 🤔.


Aku dan Deya memutuskan untuk makan dulu di Tjuankie Stasion sebelum pulang ke rumah. Well… Yang kita inginkan setelah liburan adalah mandi, rebahan dan ketiduran, karenanya kita nggak mau rencana re-charge energi tahap 1 ini terganggu lapar makanya makan dulu 😁.. Mungkin memang udah saatnya kita pake koper ketimbang pake tas ransel, punggungku sakit hingga seminggu kemudian, yakin banget Deya merasakan hal yang sama.

Akhirul kalam… Terima kasih bestie untuk menyempatkan diri melakukan perjalanan bersama di tengah perjalanan kita sendiri. Semoga kita dipertemukan kembali di perjalanan lain yang lebih menyenangkan dan menenangkan, karena yang terpenting: bukan kemana melainkan dengan siapa 🤭.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Udah lama yekan kita nggak mampir ke area Jl. ABC, tenang guise… nggak ada yang berubah kok, bahkan Mang Bola Ubi masih stay di depan toko jam 😁. Setelah scroll sana sini demi mencari tempat ngobrol terbaik selain di Alfamart Express, aku dan Icunk memilih untuk berakhir di Blue Doors. Yha~ apalagi kalau bukan karena lokesyennya yang cukup strategis dan dekat dengan meeting point favoritos kita semua, alun-alun Bandung ☺️.

Seingatku, Blue Doors berada di era yang sama dengan Two Hands Full dan Noah’s Barn. Berhubung I’m not into coffee as you did jadi ya B aja, nggak yang dijugjug atau sengaja mampir gitu. Kalau teman ngajak ketemuan atau kebetulan berada di lokasi yeng dekat aku pun sebenarnya aku nggak keberatan (mampir), cuma kadang gajelas aja haha Mendengarkan teman berbincang dengan barista mengenai kopi dan turunannya membuatku yakin bahwa kopisop adalah tempat yang tepat untuk melamun.

Wow… I’m in the middle of nowhere niya…

Ada masanya aku malay mengunjungi kopisop atau café kekinian, I tried so hard to fits in and enjoy the moment as peoples did, but in the end… it’s only me and my self. Rasa-rasanya ada aja hal yang membuatku kurang nyaman, macem situasi yang terlalu berisik, tembok yang sengaja nggak di-finishing, interior yang kurang matching, perabotan stainless yang mengilap, obrolan-obrolan yang mendadak naik level (serius yaini, aku pun nggak faham… apakah orang yang duduk di depanku ini adalah orang yang sama saat di parkiran tadi? 😵) dan serta mertanya.

Beberapa kali aku terjebak di situesyen yang kurang nyaman dimana aku ingin segera mengakhiri sesi temu kangen di kopisop haha Macem, kapan udahannya yaini? Atau, ayo dong ngobrol lagi dengan siapa gitu… ada hal lain yang ingin kulakukan. Atau, ini kenapa orang rumah nggak ada yang nyuruh pulang? Haha Maaf banget, tapi nggak jarang aku merasa menyesal menghabiskan waktu di kopisop.

Seiring waktu, aku berusaha untuk beradaptasi dengan situesyen yang terasa kurang nyaman, termasuk kopisop. Well… akhirnya aku menyadari bahwa bukan kopisopnya yang bikin nggak nyaman melainkan teman ngobrolnya 😂, kamu nggak seasyik yang kamu pikirkan kawan… 😅 Ternyata, aku merasa lebih nyaman saat ngobrol bersama teman yang udah mengenal karena kita memiliki banyak hal menyenangkan untuk dibahas.

Yaeyalah… untukku yang lebih senang memanen meme dan menertawai jokes receh warga +62, mendengarkan presentasi kiat-kiat me-roasting biji kopi udah macem ikut kuliah teori 2 SKS di pagi hari paska begadang mengerjakan tugas. Bikin ngantuk dan tak tergapai 😶.

Buseddd… panjang banget ya intronya 😅


Meski jarak kantorku dan Blue Doors hanyalah selemparan batu macem menyebrang ke Kings, tapi aku sama sekali nggak kepikiran untuk mampir kesana bahkan di jam-jam makan siang atau pulang kerja sekali pun. Karena aku bukan coffee person, aku lebih sering memesan minuman non kopi macem matcha, thai tea, es krim atau apalah itu yang namanya lucu-lucu di daftar menu.

Aku nggak akan minum kopi dan turunannya kalau nggak ingin-ingin banget, keinginannya ini mestilah muncul dari hati yang terdalam kek keinginan makan Bakso. Nggak bisa diprediksi 😕. Percayalah… aku selalu merasa ngantuk setelah minum kopi, makanya jangan heran kalau mataku tetiba kriyep-kriyep macem kena sirep. Nggak kuwat hamba…


Kali ini aku memilih Hermossa Red, karena nggak mau minum Matcha atau Cokelat, sedang Icunk memesan White Velvet Latte.

Hermossa Red ini adalah campuran dari green tea, hibiscus, bergamot, lemon dan rose. Wanginya enak, rasanya cukup fun dan masih bisa diterima di lidah, cuma after taste-nya terasa kurang nyaman karena menyisakan sedikit hint pahit. Mbany merekomendasikan Hermossa Red ini karena menyegarkan, ceunah… tapi untukku sih masih kurang menyegarkan meski udah dikasih banyak es.

Aku mencicipi White Velvet Latte-nya dan OK, approved. Rasanya lebih creamy dan nggak bikin enek.


@blue_doors
📌 Jl. Alkateri No.2, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung
⏰ 06:00 - 21:00
☕️35K - 60K


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Kalau kalyan pernah searching mengenai kuliner di Bandung, kalyan pasti mendapatkan berbagai rekomendasi gaib dari berbagai sumber. Okay… ini adalah asumsiku belaka, namun aku nggak yakin orang yang merekomendasikan benar-benar pernah mencicipinya that’s why isi artikelnya rerata hanyalah copy paste. Diantara rekomendasi kuliner byasanya terselip 2 atau 3 rekomendasi kuliner legend yang masih bertahan hingga saat ini.

Salah satunya adalah Sumber Hidangan yang udah sejak kapan masuk list tapi belum bisa terealisasi gegara Icunk hari Sabtunya nggak libur haha Sumber Hidangan ini hari minggu tutup ya, makanya di Cerita Bandung trip Bandunglicious-nya hanya ada di hari Sabtu. Berhubung saat ini Icunk sedang dalam masa tenang menunggu masa bersiap yumari kita caw…

Ada 3 toko roti jadul yang bisa kalyan masukkan ke list kuliner di Bandung, yakni: Toko Roti Sidodadi, Toko Roti Dji Seng dan Sumber Hidangan. Kalau kalyan penasaran dengan rasa roti jadul yang harganya merakyat kalyan bisa coba Toko Roti Sidodadi dan Toko Roti Dji Seng, tapi kalau kalyan punya budget lebih kalyan bisa coba Sumber Hidangan.

Ketimbang Roti Dji Seng aku lebih sering membeli Roti Sidodadi karena lokasinya strategis, bisa dijangkau dari meeting point fovoritos kita semua: alun-alun Bandung, sedang Roti Dji Seng lokasinya berada di area Cibadak jadi jarang kesana. Oh ya, kini kita bisa dine in di Roti Dji Seng, kali aja udah kecapekan jalan ke Cibadak, kalau di Roti Sidodadi mah belum bisa ya karena kagak ada tempatnya, etalasenya aja senggolan sama lapak Carabikang.

Untuk rasanya sih okay ya, macem roti jadul gitu… lha memang jadul tho mbak haha Bedanya, Roti Sidodadi punya varian rasa dan bentuk yang beragam, sedang Roti Dji Seng varian rasa dan bentuknya nggak neko-neko. Aku pernah nyari barang di Cibadak nggak ketemu dan pulangnya mampir ke Roti Dji Seng, nyesel banget Cuma beli 2 roti karena cepet banget abisnya. Iya, aku makan sambil jalan astagfirullah aladzim.

sumber hidangan
Sumber Hidangan

Kembali ke Sumber Hidangan…

Aku dan Icunk ke Braga agak pagian ya, asli, nggak nyangka banget kita bisa nyampe di alun-alun sebelum jam 10 haha Susana Braga di pagi hari masih enakeun untuk dipake jalan santai, kita bahkan nggak menemukan aa teteh photographer yang byasanya stay di sepanjang jalan Braga. Kalau sore menjelang malam mah udah pasti rame, apalagi Mang Bacang di samping Kimia Farma.

Kalau Icunk nggak bilang, aku nggak akan ngeuh kalau dibalik rolling door yang ketutupan lukisan-lukisan sawah yang menguning itu adalah Sumber Hidangan. Mungkinkah konsep market-nya Sumber Hidangan ini: untuk yang tahu-tahu aja wkwkwk Ada 2 pintu di Sumber Hidangan, satu pintu menuju ke serving area sekaligus display area dimana kita bisa memilih dan membayar, sedang pintu lainnya menuju ke area duduk. Jangan sungkan untuk bertanya jenis roti dan rasanya, pegawainya akan sigap menjelaskan.


Yang kita beli:

Soes gula halus 14K
Soes dengan taburan gula halus, isiannya padat dan okay (kubilang begini karena suka soes).

Sukerbol 10K
Roti manis dengan taburan gula dan kayu manis, cucok dimakan saat gabut.

Kasstok 12K
Roti stick dengan isian keju yang rasanya malah ngak seperti keju, ada hint asam khas ragi yang membuatnya terasa bagai peuyeum.

Frou-frou Mocha 14K
Teksturnya macem pavlova yang agak keras namun larut saat si lidah, isiannya krim mocha yang ringan.

Valencia 18K
Es krim cokelat dengan topping buah-buahan yang kurang banyak.

Sorbet Framboise 16K
Sorbet dengan rasa yang B aja

Bitterballen 17K/ons
Enak. Kalau kalyan ke Sumber Hidangan beli ini aja ya.





Well… dari Sumber Hidangan ini kita menyadari bahwa suatu makanan atau minuman akan terasa nikmat bila berada di lidah yang tepat. Maksudnya gini, Sumber Hidangan ini terasa nostalgic macem Cigarette After Sex saat dimakan oleh orang yang pernah memakannya sebelumnya. Sedang untuk kita yang lebih sering makan Holland Bakery dan Bread Talk mah rasa Sumber Hidangan ini nggak nyangkut karena belum nge-blend di palette lidah kita.

Balik lagi ya… bagimu taste-mu, bagiku taste-ku. Untuk kita yang terbiasa dengan makanan kaya rasa dan rupa, Sumber Hidangan ini agak sederhana dan hambar jadinya B aja gitu. Tapi kalau kalyan ingin mencoba, go for it…

Sumber Hidangan
Jl. Braga no 22




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates