Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.


Setelah sebelumnya misuh gegara MIB: International yang nggak rame haha 😅 dan balas dendam dengan nontonin film-film lawas yang pernah kutonton di bioskop Intan Garut. Akhirnya weekend lalu aku kembali menyambangi bioskop, eits ... kali ini nggak di Ubertos ya tapi di MIM (Metro Indah Mall), masih di Bandung Timur sih ini 😁

Kenapa tumben nonton di MIM? Yha~ sebab film Parasite adanya di CGV, kan Ubertos mah XXI. Tadinya kita berencana nonton di King’s (PvJ dan Paskal nggak masuk hitungan ya da jauh), ternyata film Parasite nggak ada di King’s jadilah kita ke MIM, nggak sanggup ke BEC sebab Bandung kalau weekend macetnya nggak bisa ditawar ... 😴

Sejak awal hype-nya film Parasite nggak tanggung-tanggung yaw, banyak review positif dan direkomendasikan sana sini tapi yang paling penting film Parasite ini adalah film Korea pertama yang memenangkan Palme d’Or di Festival Film Cannes tahun ini.

Gimana?
Sudah tertarik belum? 😏

Tadinya kupikir film Parasite adalah film tentang invasi alien atau apalah yang ke-sci-fi-sci-fi-an 😂 Tahu nggak? Setiap kali membaca atau mendengar kata parasite yang pertama kali muncul di benakku adalah Gita Gutawa, yap, kau memang parasit ... 👾👾

Film Parasite adalah film ber-genre tragic comedy karya terbaru dari Bong Jo Hoon, bagiku namanya nggak terlalu familiar ya (sebab ku lebih suka Park Chang Wok) namun saat melihat list film karyanya, well ... he did a great works! Sejauh ini karya Bong Jo Hoon yang pernah kutonton adalah The Host, Mother Madeo, Okja, Snowpiercer dan Parasite, sayangnya aku belum sempat menonton film Memoirs of a Murderer.

Film Parasite dibuka oleh keluarga Ki Taek (Song Kang Ho) yang berjibaku melipat dus pizza, tipikal keluarga miskin masa kini, yang selain membutuhkan papan, sandang dan pangan juga membutuhkan wi-fi gratis 😉. Masa lalu Chung Sook (Jang Hye Jin) sebagai atlet pun nggak menjamin kehidupannya saat ini, kedua anaknya yakni Ki Woo (Choi Woo Sik) dan Ki Jung (Park So Dam) nggak melanjutkan pendidikan sebab tyada uang.

Well ... Uang memang bukan segalanya, namun uang akan mempermudah segalanya ...
Betul begitu bukibuk? Haha 😂

Keberuntungan datang saat Min (Park Seo Joon) mantan teman sekolah Ki Woo berkunjung sebab ketitipan batu cendikiawan milik kakeknya. Min yang melanjutkan studi ke luar negeri menitipkan pekerjaannya sebagai tutor Bahasa Inggris untuk keluarga Mr. Park (Lee Sun Kyung) kepada Ki Woo yang menurutnya bisa dipercaya.

Maka datanglah Ki Woo ke rumah Mr. Park, ia diterima oleh Mrs. Park alias Yeon Kyo (Cho Yeo Jeong) si nyonya rumah yang digambarkan Min dengan; sederhana. Melihat celah yang terbuka lebar Ki Woo menjalankan rencananya untuk memindahkan keluarganya ke rumah Mr. Park. Yha~ seperti parasit, keluarga Ki Taek menginvasi rumah Mr. Park.

Cara-cara busuk keluarga Ki Taek menginvasi rumah Mr. Park ini divisualisasikan dengan menggelitik dan bangsat 😂, disini kita akan dibuat faham bahwa akan ada orang-orang yang  bersedia melakukan berbagai hal demi mendapatkan keinginannya, mengaburkan batas antara benar dan salah.

Sedari awal film Parasite ini sudah menegaskan bahwa ada jarak yang tercipta antara si kaya dan si miskin, yakni atas dan bawah, Bong Jo Hoon memvisualisasikan jarak melalui tangga. Selalu ada scene keluarga Ki Taek naik dan turun tangga, saat mereka memasuki rumah untuk bekerja dan keluar rumah untuk kembali ke habitat-nya, seolah mengisyaratkan bahwa tangga adalah jembatan penyebrangan antara si kaya dan si miskin.

Selain itu, Mr. Park berkali-kali menyinggung ‘batas suci’ yang kuintepretasikan sebagai sikap ‘nglunjak’, namanya juga manusia ... dikasih hati seringnya malah nggak tahu diri 😥. Untuk menjaga teritorinya keluarga Mr. Park nggak segan untuk menunjukkan kemurahan hatinya, sayangnya (atau malah cerdasnya) kemurahan hati keluarga Mr. Park dianggap sebagai undangan terbuka oleh keluarga Ki Taek.

Kupikir perumpamaan yang tepat bagi kedua keluarga ini saat berada di dalam rumah adalah air dan minyak, meski sama-sama cair tetap nggak bisa bersatu. Ada hal-hal essentials yang nggak bisa dirubah dan film Parasite ini memvisualisasikan hal essentials tersebut dengan aroma. Ada scene dimana Da Song (Jung Hyeon Jun) berkata bahwa aroma Ki Taek, Chung Sook, Ki Woo dan Ki Jung sama, bukannya sadar mereka berkomplot Mr. Park malah berfikir bahwa aroma orang kaya dan orang miskin memang berbeda.

Invasi keluarga Ki Taek akan sukses besar kalau saja Moon Gwang (Lee Jeung Eun) mantan kepala rumah tangga Mr. Park nggak pernah kembali ke rumah. Kembalinya Moon Gwang ini menandai paruh kedua sekaligus mengakhiri era keluarga Ki Taek, plot twist yang rapi sebab kita nggak pernah mengira ada kehidupan lain di rumah Mr. Park.

Scene tergeblek adalah saat Ki Taek, Ki Woo dan Ki Jung yang terjebak di bawah meja menggelosorkan badannya demi menghindari Mr. Park dan istrinya yang tertidur di sofa. Bangkek memang! Deg-degan dan ngakaknya barengan yaini 😂😂😂. Begitu pun dengan scene negosiasi antara Moon Gwang dan Chung Sook yang mesti ambyar gegara kepleset di tangga.

Saat Chung Sook bilang “kalau aku kaya, aku akan menjadi (orang) baik” aku merasa gamang, bingung sendiri dengan korelasi antara kebaikan dan kekayaan; apakah aku akan kaya karena aku baik atau aku baik maka aku akan kaya. Mwehehe ... 😅

Kerennya, meski mengangkat issue tentang wealth gap antara si kaya dan si miskin nggak ada satu pun kata kaya dan miskin yang terucap di film Parasite ini. Penonton sendiri yang menyimpulkan berada di sisi mana karakter tersebut berada.

Hal ter-favorit dari film Parasite ini adalah rumahnya Mr. Park, kusuka jendelanya yang lebar macem layar bioskop. Dari jendela rumah basement (banjiha) keluarga Ki Taek kita bisa melihat betapa carutnya kehidupan sosial kelas bawah, kau bahkan bisa menonton segalanya dari sana. Sedang dari jendela rumah keluarga Mr. Park kita bisa melihat privilege yang di-setting untuk mengakomodir kebutuhan kelas atas, membatasinya.

Sinematografinya juwara sih ini. Banyak scene keren  dan setiap shoot-nya dieksekusi dengan cermat. Salah satu scene favoritku adalah saat Ki Taek, Ki Woo dan Ki Jung pulang ke rumahnya di tengah hujan deras yang mengakibatkan banjir. Perjuangan mereka untuk kembali dituturkan dengan lugas dan hidup.

Ada scene dimana Mrs. Park berkata bahwa hujan adalah berkah kepada Ki Taek tanpa mengetahui hujan yang sama adalah musibah (bagi keluarganya). Well ... Dalamnya lautan bisa diselami, dalamnya hati ... Siapa yang tahu? *heu 😮

Film Parasite ini dengan cerdas menyelipkan detail-detail kecil nan satir seperti saat Ki Taek menyuruh Da Hye (Jung Ziso) membuat 2 kalimat menggunakan kata pretend atau saat Mr. Park mengomentari cara menikung Ki Taek yang sangat halus di hari pertamanya bekerja, scene yang divisualisasikan dengan isi kopi Mr. Park yang nggak bergoyang meski Ki Taek berkali-kali menikung.

Pun dengan Mrs. Park yang selalu menyanggah setiap kekhawatiran Mr. Park dengan; “beli di Amerika” seakan-akan berasumsi bahwa made in america lebih prestisius ketimbang made in apalah ... China misalnya😁. Saat pesta ulang tahun Da Song, Ki Woo berkata kepada Da Hye “mereka sangat berbeda ... bahkan untuk acara mendadak sekali pun, mereka selalu tampak tampak tampan dan cantik” eh kok bener sih ini haha

Sebagai film of the year (sejauh ini) kupikir film Parasite ini memang layak mendapatkan Palme d’Or, wajib ditonton juga sih hehe Jauh dari kesan sci-fi, film Parasite memberikan pengalaman menonton yang cukup menarik, kita akan dibuat tertawa, ngenes, gamang sampai terheran-heran dengan apa yang sanggup orang-orang lakukan demi hidup. And it was impressed me ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Selama main Instagram aku terbilang cukup irit kalau soal nonton insto, kecuali inner circle yaw serta beberapa brand yang produknya kukecengin dan influencer yang benar-benar meng-influence. Selain karena nggak merasa ‘dekat’ kupikir aku pun mesti membatasi diri untuk nggak selalu penasaran dengan apa yang orang lain lakukan.

Kadang sebel sih, masa insto-nya selfie yang dikasih sticker gif; new post pas di-swipe eh taunya masih foto doi (foto yang sama) tapi di-upload-nya di feed. Kan akyu tertipyu ... heuheuheu Kalau influencer jelas ya ngiklan, meski kadang malesin namun ada beberapa influencer yang konten insto-nya kusuka dan malah kutunggu-tunggu.

Dua diantaranya adalah @madarianhadi dan @atiit.

Especially untuk @atiit hehe aku senang dengan tema insto-nya yakni daily life. Coba deh sesekali nonton insto-nya @atiit kuyakin pasti ketagihan haha Then, aku menemukan akun @asihsimanis di tab explore-ku, yang juga membagikan kesehariannya. Benang merah dari kedua akun tersebut adalah: city explore.

Kupikir asyik juga nih ... menyenangkan bagiku dan bagi  yang (mau) menonton. Tadinya aku ingin membagikan keseharianku via insto ala @atiit dan @asihsimanis haha Namun setelah dipikir-pikir, kayanya aku nggak begitu cocok main insto, sebab kusadar; I’m not Instagram person, yang (ibaratnya) setiap kali space hopping mesti gercep ng-update insto.

Ada kalanya aku ingin menikmati momen dan menjalani hariku dengan normal tanpa mesti terdistraksi gadget. Makanya, ketimbang membagikan keseharianku via insto aku lebih memilih untuk membagikannya via blog. Memang saat ini Instagram memiliki lebih banyak keuntungan ketimbang blog dalam urusan per-update-an, namun balik lagi ya, I’m not Instagram person.  

Aku lebih suka membagikan keseharianku via blog sebab bisa nulisnya bisa panjang haha Nggak kaya insto, kalau tulisannya panjang dan kecil-kecil mesti di-zoom dulu.

Kali ini aku menamainya dengan native living? Sebab... Yha~ beginilah keseharianku sebagai warlok alias warga lokal yang senang jalan-jalan mengeksplor kota, jadi ya kontennya adalah tempat-tempat yang kudatangi di Bandung. Sebenarnya nggak beda jauh dengan #HowISpentWeekend hanya lebih spesifik yakni jalan-jalan di dalam kota, kan kalau #HowISpentWeekend lebih general.

Mungkin kelak aku akan lebih rajin posting di blog yaw ... So, stay tuned!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Photo by JESHOOTS.com from Pexels

Dalam rangka balas dendam pasca KZL nonton MIB: International yang nggak rame aku menonton lagi beberapa film lawas di Youtube. Nggak lawas-lawas banget sih, pokoknya yang pernah kezamanan di bioskop Intan weh ...

Catatan Akhir Sekolah (2005)
source
Salah satu film yang legend pada masanya 👏, bercerita tentang 3 sekawan yakni  Arian (Vino G. Bastian), Agni (Ramon Y. Tungka) dan Alde (Marcel Chandrawinata) yang berambisi membuat dokumenter tentang sekolah mereka. Long shot di opening-nya memang kewren gilak sih, benar-benar menggambarkan suasana sekolah yang ‘hidup’ dan tentunya scene ter-favorite-ku di film ini 💙.

Kupikir film Catatan Akhir Sekolah ini membawa dampak yang cukup positif bagi penonton remaja (sepertiku) dulu 😳. Well ... coba deh tanya seksi dokumentasi atau pubdekdok yang bertugas di acara perpisahan sekolah, apa inspirasinya? Kuyakin mereka pernah menonton (atau minimal tahu) film Catatan Akhir Sekolah ini, yang terbaik di kelasnya. Kalau kau ingin tahu bagaimana kehidupan anak SMA di masaku dulu, tontonlah film Catatan Akhir Sekolah.

Karena film Catatan Akhir Sekolah, kita (aku dan temanku) jadi berkeinginan untuk mengisi hari-hari (di tahun terakhir SMA) dengan memory terbaik, pacar bisa berganti tapi teman kan nggak haha 😂 Kan kita BFF 👭. OST-nya juga nggak kalah manis ya... Ada I Remember dari Mocca dan yha~ ada Christian Sugiono yang meski ngeselin tapi tetap cool yeahh 😏.

Jomblo (2006)
source
Jomblo adalah film yang diadaptasi dari buku berjudul sama karya Aditya Mulya, favorite ketiga setelah buku Gege Mengejar Cinta dan Traveller’s Tale. Meski sudah di-remake dengan versi (yang katanya) kekinian aku masih lebih suka film Jomblo original ini, nggak tahu ya denganmu tapi bagiku film Jomblo reboot agak sedikit memaksakan dan membosankan 😅.

Film Jomblo bercerita tentang 4 sahabat merasai manis getirnya cinta di bangku perkuliahan, mereka adalah Agus (Ringgo Agus Rahman), Doni (Christian Sugiono), Olip (Rizky Hanggono) dan Bimo (Dennis Adhiswara). Meski Ringgo adalah bintangnya, scene stealer-nya teteup Christian Sugiono, biar doi pake celana cutbray yang ada rantainya urusan nyekil mah gak ada duwa 😂.

Scene ter-memorable adalah saat Agus momotoran di jalanan Braga dsk diiringi lagunya Seurieus 😘 Richa Novita bagus kok jadi Rita, Tike Priyatnakusuma pun cocok jadi Teh Guti. Banyak scene yang memorable terutama saat cast-nya spill the quote, masih relatable lah ya dengan kehidupan cinta dan persahabatan *tsah 😁. Setelah nonton film Jomblo aku langsung search OST-nya dongs, kepikiran sih #eh haha

Cintapuccino (2007)
source
Seperti Jomblo, Cintapuccino diadaptasi dari chick-lit berjudul sama karya Icha Rahmanti, dan kalau nggak salah buku Jomblo dan Cintapuccino dirilis dalam kurun waktu yang nggak terpaut jauh. Baru beberapa tahun kemudian Cintapuccino diadaptasikan ke layar lebar.

Film Cintapuccino bercerita tentang obsesi. Yap, obsesi. Adalah Rahmi (Sissy Priscilla) yang naksir Geronimo alias Nimo (Miller Khan) sedari masa SMA yang berlanjut hingga bangku kuliah dan tetep rajin stalking meski sadar Nimo nggak naksir balik. Intinya lebih ke jatuh bangunnya si Rahmi dalam mengejar cinta, seru sih ... karena ya balik lagi relatable haha 😂

Kalau kau pernah naksir seseorang sebegitu dalamnya sampai nggak ngerti lagi kapan mesti berhenti 😅, cobalah tonton film Cintapuccino ini. Well ... Satu-satunya pamaeh film Cintapuccino mah si Miller, KZL dah, apa nggak ada lagi cast yang lebih Nimo? OST-nya juga nggak kalah juwara yaw, d’cinnamons memang nggak pernah salah ... Sayangnya mereka bubar 😢.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
source

Warlok* Ubertos is back!
HAHA 😂

Di bulan Juni ini ada beberapa film yang masuk list nontonku, yakni Dark Pheonix, Aladdin, MIB: International dan Toys Story 4. Dark Pheonix dilewat ya sebab review-nya nggak cukup meyakinkan, MIB: International juga, jadi pilihan nonton bulan Juni ini antara film Aladdin dan Toys Story 4. Pilihan yang cukup sulit mengingat aku tumbuh bersama kedua film tersebut 😊.

Nyatanya aku dan Icunk malah terjebak misscom dan berakhir dengan MIB: International.

😱

Kita tetap lanjut menonton kok, perkara film yang kurang sreg mah yasudala~ ... secara ramadhan lalu kita skip nonton di bioskop. Bolehlah sesekali kita ber-halal bi halal dengan menu yang kurang un-so-recommend.

Kupikir kita semua pernah menonton film MIB alias Men In Black di televisi, duet agen K dan si newbie Will Smith memang sukses membuat kita terhibur. Visualisasi aliennya yang dibuat lebih  friendly menjadi daya tarik tersendiri, ditambah lagi dengan jenis alien-nya yang beragam.

Yha~

Sebagai salah seorang yang mengikuti film MIB sedari awal kupikir film MIB: International ini adalah film MIB paling B aja heu 😣 Eym ... Kupikir review kali ini akan lebih singkat dan agak kurang niat ya sebab ku kecewaaa ...

Kenapa film MIB: International ini B aja?

Kupikir frasa skenario adalah tulang punggung sebuah film memang benar adanya, apalah artinya cast yang OK atau track record film yang cukup ajeg kalau skenarionya sendiri nggak jelas mau dibawa ke arah mana. Sedari awal penceritaannya terbilang lemah dan cetek, gampang banget ditebak dan nggak ada gregetnya sama sekali.

Bahkan film RIPD (Rest In Peace Department) yang dibilang gagal pun masih lebih kece ketimbang film MIB: International ini. In Ryan Reynolds we trust 😏.

Bisa dibilng film MIB: International adalah salah satu multiverse-nya Thor: Ragnarok, duet Thor (Chris Hemsworth) dan Scrapper 142 (Tessa Thompson) nyatanya nggak menjadi jaminan selain hanya mendongkrak popularitas. Sayang aja sih ... Secara MIB adalah salah satu franchise yang cukup menjanjikan.

To be honest ... Aku sangat kecewa dengan alien di film MIB: International ini. Kurang banyaakkk!!!





Udahan ah nge-review-nya.
Akyu malay.

*warlok : warga lokal
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

source

Saat menulis review film Avengers: End Game di bulan lalu aku merasa amazed dengan fakta bahwa aku telah mengikuti perjalanan Avengers selama ± 11 tahun. Yap. 11 tahun yang nggak terasa seperti 11 tahun. Dan bukan hanya Avengers saja yang kuikuti perjalanannya, ada Games of Thrones, NCIS (yang akhirnya mencapai finale season), Harry Potter (dari bukunya, film adaptasinya dan kini spin off Fantastic Beast and Where To Find Them), Sheila on 7, blogger ++ dan masih banyak lagi.

Sesetia itukah? Yha~
Well ... Untuk beberapa hal aku memang konsisten.

Lantas aku cukup gabut sampai iseng membaca post lamaku yang tersimpan di folder PC, merasa amazed sendiri dengan perjalanan menulisku yang bagai mendaki gunung lewati lembah~ sungai mengalir indah ke samudra~ bersama teman bertualang~ haha At least, tulisanku cukup mewakili up and down-nya mailayf dari yang aL4y kacau sampai yang galau menceracau, dari yang hura-hura gembira sampai yang huru hara prahara.

Rasa-rasanya baru kemarin malam aku membuat blog banner pake font aL4y warna warni di lab komputer haha Berasa keren aja gitu punya blog.

Blog pertamaku menggunakan platform Multiply dibuat di rentang tahun 2006-2007,  kalau dikalkulasikan berarti sekitar 12 tahun yang lalu, lebih tuwa ketimbang Avengers yaini. Kemudian Multiply ditutup sebab dibeli perusahaan game, saat itu nggak ada pilihan bagi kita (ex Multiply user) selain mencari inang baru, antara TypePad, Blogspot, Wordpress atau JournalPress.

Sebelumnya aku sudah memiliki blog di platform blogspot (nyambi-nyambi disela nge-Multiply) namun karena isinya stuck berat di kisaran curhat maba salah jurusan dan theme yang ke-emo-emo-an aku memilih untuk move on dengan membuat blog baru.

Yap. Aku sedang membicarakan blog ini.

Blog yang sedang kau baca ini adalah blog yang kubuat di tahun 2011an setelah patah hati ditinggal Multiply, kalau dikalkulasikan berarti sekitar 8 tahun yang lalu, memang lebih muda ketimbang Avengers tapi jauh lebih awet ketimbang semua relationship-ku. Atas nama masih ngarep aku kerap ogah-ogahan menulis di blog, sebab lainnya adalah ke-sok-sibuk-anku sebagai anak Desain! Desain! Desain!

Tapi semua berubah sejak negara api menyerang ...

Setelah keluar dari The Matrix dan memasuki hutan (tahu lah ... welcome to the jungle thingy) kupikir aku perlu menyibukkan diri dari sosialisasi haha hihi yang hemeh bin hadeh. Yay! Come to mama ... masa hibernasi (blog)ku akhirnya berakhir. Bisa kau lihat di archives, post-ku kembali bermekaran di 3-4 tahun terakhir.

Well ... banyak hal berubah di rentang 12 tahun ...

Ada banyak fase (ngeblog) yang telah terlewati, namun kalau boleh jujur aku sebenarnya lebih menyukai konsep blog di masa lalu ketimbang blog masa kini. Saat blog adalah platform yang sangat perfect bagi kita untuk mencurahkan gagasan, ide serta berbagi kesenangan mengenai berbagai hal, membiarkan kita mengenal dan menjadi diri sendiri. Yes, you are what you write also what you eat.

Bukannya mau julid, namun aku sependapat dengan Miun bahwa blog masa kini lebih berjarak meski terlihat lekat. Ya ... aku kangen dengan blog berkonten curhat dan cerita sehari-hari, yang menyenangkan dibaca dan membuat kita merasa dekat (dengan penulisnya) macem teman satu geng.

Bisa dibilang, Instagram adalah game changer. Kalau di blog kita menulis dulu baru menambahkan foto, di Instagram kita menambahkan foto baru menulis, kebalik kan ya haha Makanya di awal-awal punya akun Instagram aku malah bingung sendiri “emang mesti banget ya caption-nya panjang-panjang?” harap maklum yha~ aku biasa mengisi caption di blog pake emoji atau keterangan yang sama sekali nggak menjelaskan.

Setelah Instagram hype banyak blogger yang hijrah dan melupakan blognya, sempat sebel sih karena bacaanku jadi berkurang. Tapi balik lagi ya aku nggak bisa memaksa atau menahan orang-orang untuk berkembang dan berlaku semauku, kalau mereka nggak mau balik ngeblog bukan urusanku juga sih haha

Eym ... kapan-kapan dilanjut yaw, masih mager sisa libur lebaran nih.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates