Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Mari kita flashback sejenak ke masa dimana FTV adalah sebutan bagi film-film berkualitas sekali tamat (non serial) yang ditayangkan di televisi.

Pada awalnya FTV (film televisi) adalah wadah bagi para sineas muda berbakat yang ingin menunjukkan eksistensinya di dunia perfilman. Banyak nama besar lahir dari FTV. Banyak film berkualitas untuk ditonton. SCTV bahkan pernah meraih penghargaan karena FTV sebagai program terbaik.

Dulu FTV adalah hiburan cerdas bagi siapapun yang ingin menonton film bagus tanpa harus  pergi ke bioskop, maklum, saat itu bioskop Indonesia sedang lesu.

Saat ini FTV adalah hanyalah pilihan terakhir jika tidak ada lagi tontonan menarik di TV, kadang hanya berperan sebagai backsound semata, sementara mata tertuju pada layar laptop menonton K-Drama, selebihnya hanya berperan sebagai penanda I was here yang menyatakan ‘disini (masih) ada orang loh’.

Sungguh disayangkan, program sebaik FTV mesti melempem karena mengikuti arus yang keliru.
Kalau masih ingat, dulu pernah ada FTV dengan judul Di Balik Asrama. FTV tersebut adalah salah satu FTV horror legendaris yang meski membuat merinding tetap ingin ditonton. Menceritakan tentang rahasia kelam di balik sebuah asrama putri, FTV ini dibintangi oleh Syahrul Gunawan dan Sophia Latjuba. BTW. Ambience FTV DI Balik Asrama ini mirip dengan sinetron Beranak Dalam Kubur yang pernah ditayangkan di RCTI oke.

FTV dengan judul Ayah yang dibintangi oleh Dede Yusuf juga cukup menguras emosi. Menceritakan tentang drama sebuah keluarga yang ditinggalkan oleh sosok kepala keluarga (ayah) yang memilih untuk menikah lagi dengan wanita lain. Di penghujung usianya, ayah ingin kembali lagi kepada keluarganya. Hal tersebut memicu konflik pertentangan diantara anak-anaknya. Disini drama dimulai ...

Siapa yang tidak ingat dengan FTV yang berjudul Jangan Panggil Aku Puspa? FTV yang dibintangi Dicky Chandra dan Enno Lerian ini sangat memorable. Menceritakan tentang pergolakan batin seorang ayah tulang lunak yang ingin memberikan kehidupan normal bagi putri semata wayangnya. Yang namanya Puspa pasti pernah deh diceng-cengin pake judul FTV ini ~ v(^.^)

Mungkin karena dulu FTV digarap secara serius maka hasilnya apik, sedangkan FTV yang sekarang lebih banyak fantasinya sehingga terkesan ngelantur ... Sorry to say, tapi dari judulnya saja sudah bisa ditebak bagaimana alur ceritanya. Pemilihan judul yang asal-asalan malah terkesan murah dan norak.
Yang tak mungkin ditampik adalah FTV pernah menjadi gerbang bagi (calon) artis muda berbakat jebolan salah satu majalah remaja yang hits pada masanya, seperti halnya portfolio, belum sah terjun ke dunia entertainment kalau belum main di FTV.

Beberapa diantaranya ada yang berhasil, seperti Jungkir Balik Dunia Sisi yang melambungkan nama Putri Titian yang berperan sebagai Sisi. Atau Pembantu Cantik itu Pacarku yang dibintangi oleh Kirana Larasati, yang meski proses shootingnya dilakukan di Yogyakarta tidak lantas membuatnya menjadi murah (karena borongan) sebab digarap secara apik.

Ketika FTV menggeser market genre ke arah remaja, ada kekecewaan berdasar yang menginginkan FTV masih (tetap) bisa ditonton bersama keluarga, bukan Cuma remaja dan ART di rumah. Menyesuaikan dengan market adalah alasan basi. Rumah produksi yang membuat FTV tentu menyesuaikan dengan request stasiun TV yang menanyangkannya. Seller menggantungkan nasib pada buyer.

Jadi apa masalahnya? Selera masyarakat yang berubah atau selera (petinggi) stasiun TV yang mesti diupgrade? Itu memang persoalan pribadi. Tapi please ya ... coba deh sekali-kali dipikirin juga nasib penonton yang pindah ke stasiun TV sebelah karena lebih butuh tontonan berkualitas ketimbang kuantitas.

FYI. Rating bisa tinggi itu karena dijadikan backsound bukan karena ditonton.
Melihat banyaknya film Indonesia di bioskop, muncul sedikit pengertian. Mungkin, FTV jadi kurang greget karena sutradara dan penulis naskahnya yang dulu membuat FTV sudah banyak yang sukses dan memilih berkarya di film ketimbang di FTV.

Mungkin ya ...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Beauty and The Beast adalah live action movie Disney yang kedua setelah Cinderella yang diadaptasi dari versi animasinya, sejak awal kemunculannya Beauty and The Beast telah menyita perhatian publik. Bagaimana tidak, Beauty and The Beast adalah film animasi  termahal dalam sejarah Disney dan merupakan satu-satunya film animasi yang mendapatkan nominasi Oscar pada masanya ✨. Ekspektasi penonton sangat tinggi, terlebih lagi ketika pengumuman cast.

Siapa yang tidak mengenal Emma Watson? Si kutu buku nan cerdas Hermione Granger di Harry Potter saga. Ia terpilih memerankan si cantik Belle. Menurut kabar yang beredar Emma Watson bahkan harus rela menolak tawaran berperan di film La La Land sebagai Mia Dolan.

Beauty and The Beast adalah film musikal sejenis Les Miserables dan La La Land. Bagi yang tidak terlalu menyukai film musikal mungkin agak terganggu dengan cara penuturannya yang soo ... musical, seakan-akan hampir seluruh adegan memiki theme song. Tidak seperti film India yang hanya menyanyi pada part-part tertentu, di film musikal hampir seluruh percakapan dan perkataan dinyanyikan.

Dikisahkan, di sebuah daerah di Prancis hiduplah seorang pangeran (Dan Stevens) berwatak buruk, yang tamak dan gemar berfoya-foya. Pada suatu hari ia mengadaka pesta yang hanya boleh dihadiri oleh orang-orang kaya dan rupawan -_____-

Tiba-tiba pintunya diketuk oleh seorang wanita tua yang meminta perlindungan, karena kesombongannya pangeran menolak permintaan wanita tua itu, meski sudah menawarkan setangkai bunga mawar merah yang indah. Seketika, wanita tua itu berubah wujud menjadi seorang peri (atau penyihir?) cantik dan mengutuk sang pangeran serupa dengan sifatnya yang buruk (beast).

Tamu yang hadir lalu berhamburan keluar istana, meninggalkan beberapa pelayan kerajaan yang terkena imbas kutukan sang pangeran. Peri tersebut membuat kerajaan dilupakan, seakan-akan tidak pernah ada. Ia hanya memberitahu, bahwa satu-satunya cara untuk mematahkan kutukan adalah jika sang pangeran menemukan orang yang mencintainya.

Di sebuah desa, tinggal seorang gadis belia bernama Belle (Emma Watson) dan ayahnya Maurice (Kevin Kline) yang berprofesi sebagai pembuat jam. Meski cantik, Belle tidaklah seperti gadis-gadis lainnya yang gemar bersolek untuk memikat hati pria, ia lebih suka membaca buku dan melakukan hal-hal menarik lainnya. Semacam gadis ala-ala folk gitu lah hehe ...

Karena kepribadiannya yang berbeda itulah, Gaston (Luke Evans) seorang lelaki idaman para gadis di desa jatuh hati padanya. Sayang, cintanya Gaston bertepuk sebelah tangan, karena Belle sama sekali tidak tertarik padanya. Oh iya, Gaston memiliki ajudan yang bernama LeFou (Josh Gad) yang terjebak friendzone.

Suatu hari, sepulang bepergian dari luar kota ayah Belle tersesat ke istana sang pangeran. Ia berniat untuk menumpang bermalam disana dan terkejut ketika mendapati perabotan di istana yang ‘hidup’, dalam perjalanan pulang ia memetik bunga mawar merah requestan Belle di taman istana. Pangeran yang mengetahui hal tersebut kemudian menawan Maurice di menara, beruntung Philippe (kudanya) bisa pulang sendiri ke rumah.

Belle yang terkejut dengan kedatangan Philippe kemudian berinisiatif mencari ayahnya hingga ke istana. Belle berusaha menukarkan dirinya sendiri demi membebaskan ayahnya yang berjanji akan membawanya pulang.

Di istana Belle berteman dengan para penghuninya yaitu Lumiéré (Ewan McGregor), Cogsworth (Ian McKellen), Mrs Potts (Emma Thompson) dan anaknya Chip (Nathan Mack), Maestro Cadenza (Stanley Tucci) dan istrinya Madame de Gerdobe (Audra McDonald), Plumette (Gugu Mbatha Raw), Chapeau (Thomas Padden) dan Cuisiner (Clive Rowe). Mereka senang dengan kehadiran Belle yang diharapkan dapat mematahkan kutukan sang pangeran.

Awal pertemuan yang alot membuat Belle dan Beast menjadi canggung, namun lambat laun suasana mulai mencair dengan bantuan para penghuni istana. Belle belajar untuk bersikap sabar sama seperti Beast yang belajar menerima kehadiran Belle di sisinya. Di saat yang sama, helai kelopak bunga mawar merah sang pangeran berguguran.

Ketika sampai di desanya, Maurice meminta bantuan penduduk desa untuk membebaskan Belle di istana Beast. Hanya Gaston yang bersedia membantu Maurice. Ketika sampai di hutan mereka tidak bisa menemukan istana Beast, Gaston lantas meninggalkan Maurice yang terluka di tengah hutan. Beruntung ada Agathe (Hattie Morahan) yang menemukannya dan merawatnya.

Suatu malam, Beast menunjukkan Belle sebuah cermin ajaib hadiah dari peri yang mengutuknya. Belle melihat yang melihat ayahnya difitnah oleh Gaston kemudian pergi menuju desa, namun Gaston kadung menghasut penduduk desa agar menyerang istana Beast.

Belle dan Maurice pun menyusul ke istana dan mendapati Beast dan penghuni istana berusaha mati-matian untuk mempertahankan diri. Gaston yang sedari awal sudah mengincar Beast berusaha untuk membunuhnya, meski Belle tidak menginginkannya. Di saat Beast sekarat muncul peri yang dulu mengutuknya.

Semua pasti sudah tahu bagaimana akhir cerita semua Disney princess, a very happy ending for those who believing in true love. Meski kadang happy ending dibilang akhir yang klise bagi sebagian orang, namun ... however ... kita terkadang butuh (cliché) happy ending untuk bisa meyakinkan diri bahwa semuanya akan berakhir dengan indah.

Beauty and The Beast ini sangat Disney sekali, terlihat dari visualisasikan scene menyanyinya yang dibuat jor-joran abis. Megah dan cetarrr ... Sampai bosan karena kebanyakan efek ketimbang fokus pada alur ceritanya. Tapi itulah Disney, too much details malah makin awesome.

Mungkin karena terbiasa melihat Mrs. Potts dan Chip dalam versi animasi, sehingga agak gimana gitu ya melihat versi yang sekarang. Efek animasi 3D Beauty and The Beast memang patut diacungi jempol, pasalnya banyak sekali karakter dan setting yang rumit, seperti karakter Lumiéré yang desainnya agak ‘njlimet.

Kenapa ya visualisasi Beast di film Beauty and The Beast ini mirip kaya bison?

Terlahir sebagai generasi millenials membuatku tumbuh dengan cerita fairy tale ala Disney, sehingga tak sulit untuk bisa mengikuti alur ceritanya meski ada sedikit yang diubah demi kepentingan film. Seperti setting cerita yang dipindah dari negeri antah berantah ke Prancis atau LeFou asisten Gaston yang ternyata gay atau kecerdasan Belle membuat alat bantu mencuci bertenaga kuda, di satu sisi Beauty and The Beast ini classic namun di sisi lain tetap mengikuti perkembangan zaman.

Tapi tetap ya ... yang menjadi centre of attention adalah Emma Watson. Selain memiliki paras yang cantik dan cerdas, ini adalah film Emma Watson sebagai karakter utama setelah sebelumnya hanya berperan sebagai pemeran pembantu di The Bling Ring dan sebagai cameo di This is The End. Emma Watson berhasil melepaskan bayang-bayang Hermione Granger menjadi salah satu Disney princess yang akan selalu dikenang.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Salah satu tempat yang wajib disambangi para crafter atau designer yang sedang mengerjakan (fashion) design project di Bandung adalah toko Victory, toko ini menjual perlengkapan crafting dan DIY serta segala tetek bengek detail fashion seperti lace (renda), pita, beads (manik-manik), aksesoris dan lain-lainnya yang bisa membuat kalap dalam sekejap 🤭.

Coba deh tanya teman, saudara atau kenalan yang gemar crafting. Dimana tempat membeli bahan-bahan untuk crafting? Biasanya yang pertama disebut adalah toko Petra, dilanjutkan dengan toko WK kemudian ‘cari aja’ 😁 di sepanjang jalan Otista. Yang menyebut toko Petra biasanya lanjut berkomentar “Tapi sekarang udah nggak ada ...”.

Beneran nggak ada? 😩


Di sekitar penghujung tahun 2016, dunia para crafter, mahasiswi fashion design dan owner online shop mendadak limbung ketika toko favoritenya ‘hilang’. Toko Petra tutup untuk waktu yang cukup lama. Tak ada pengumuman di kertas HVS yang ditempel di rolling door toko yang bertuliskan alamat pindah atau penjelasan dari toko tetangga.

Semuanya sunyi, kecuali desas desus.

Kemudian muncul sebuah toko baru yang bernama Toko Victory. Kabarnya, Toko Victory adalah Toko Petra dalam versi baru. Versi 3.0. Karena sebelum berganti nama menjadi Toko Victory, Toko Petra pernah menjadi Toko Hosana, meski isinya masih tetap sama.



Toko Victory ini terletak di samping Rumah Makan Padang di depan Kantor Pos Bandung, masih satu deretan dengan Toko Petra dulu. Patokannya adalah jembatan penyebrangan di area Mesjid Raya Bandung.

Untuk mencapai Toko Victory, jika menggunakan transportasi umum bisa menaiki angkot atau bis DAMRI yang rutenya melewati jalan Asia Afrika atau alun-alun, kemudian berjalan kaki sedikit ke depan Kantor Pos Bandung. Atau bisa juga menaiki angkot atau bis DAMRI yang rutenya melewati jalan Otista, kemudian berjalan kaki dari perempatan jalan Cibadak dan Otista ke depan Kantor Pos Bandung. 


Jika dibandingkan dengan Toko Petra dulu, Toko Victory ini lebih luas dan tertata. Pegawainya kini menggunakan seragam berwarna pink, mendukung tema toko yang berubah menjadi shabby chic. Kalau dulu hampir semua pegawai yang melayani costumer adalah perempuan, maka kini sudah ada petugas laki-laki yang ditempatkan di bagian tali dan lantai 2.

Kalau dulu di Toko Petra lantai 1 adalah tempat display barang-barang crafting dan aksesoris, lantai 2 adalah gudang penyimpanan yang merangkap menjadi tempat kursus keterampilan setiap hari Rabu dan Minggu pagi. Kini di Toko Victory lantai 1 adalah tempat display barang-barang crafting dan aksesoris, lantai 2 adalah adalah surganya printilan shabby chic yang menggoda iman. Apa-apa yang dijual di online shop bisa ditemukan disana.

Emak-emak yang doyan shabby chic pasti betah ... 😁





Seperti kebanyakan orang lain, aku hampir selalu out of list kalau mengunjungi toko semacam itu. Kalap. Niat awal hanya ingin membeli beads saja, eh, ujung-ujungnya kecantol printilan lainnya yang lucu-lucu, beadsnya sendiri mah malah lupa beli.😶😭

Just a tips ya, sebelum memutuskan untuk berbelanja, ada baiknya membuat list apa saja yang diperlukan, karena bisa-bisa barang yang dibeli bukanlah barang yang diperlukan. List ini sangat penting untuk menentukan prioritas, terutama bagi para crafter pemula, jangan sampai budget membengkak hanya karena terjebak membeli barang yang sama dengan warna yang berbeda dengan alasan lucu.

Tapi emang iya sih... lucu-lucu...😊


Toko perlengkapan crafting adalah toko favorite kedua setelah toko buku, karena hanya dengan mengunjunginya saja bisa membuatku merasa gembira dan kreatif hahaha Coba saja, apa yang akan terjadi ketika melewati rak yang dipenuhi dengan beads yang berkilauan, atau deretan box yang berisi printilan lucu dan toples-toples yang dipenuhi dengan premium button. 

Tring... Tring... Tring... ide bermunculan. Saking banyaknya ide yang bermunculan, malah jadi bingung mana duluan yang mau dikerjain hehe 😚


So, nggak usah jauh-jauh refreshing kalau lagi musim kemarau basah seperti sekarang ini. bekunjunglah ke toko perlengkapan crafting, niscaya malah makin pusing 😊 But at least, it would boosting your creativity side, yang asalnya nggak ngerti apa-apa tentang crafting atau DIY pasti ada lah sedikit dua dikit mah perasaan tergoda... 😋 .

location: Toko Victory Bandung

Baca juga: Toko Victory pindah
Share
Tweet
Pin
Share
27 comments
Selalu ada jawaban someone I can't have untuk pertanyaan: What is something that you hate but you can't live without?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Schedule minggu ini adalah presentasi mengenai mood board yang sudah dibuat didepan kelas. Dari 5 mood board yang tersebut akan terpilih satu yang akan menjadi tema project di YCIFI Basic Fashion Course ini, namun jika belum ada yang terpilih bisa asistensi mandiri dengan Kak Shab.
Mood board yang terpilih adalah mood board dengan konsep cool.

Setelah semua selesai presentasi, kita tadinya mengira kelas akan usai, ternyata ... tidak semudah itu ... 😏
 
Kita diminta untuk mencari 3 benda 3 dimensi yang berhubungan dengan mood board yang sudah terpilih. Benda apapun selain makanan atau yang berbentuk cair. Karena ... karena ... karena ... benda tersebut akan ditempel di mood board yang sudah terpilih untuk memperkuat kesan sampai program YCIFI Basic Fashion Course ini berakhir.

Cool

Cool

Cool

Apa ya? * Suka mendadak hilang akal kalau gini 😪

Aku jelas tak mungkin menempelkan bongkahan es batu atau Sprite yang dibungkus plastik bening agar terlihat ke-cool-annya, atau mencari daun Pohon Pinus dengan tetesan embun pagi agar terlihat kesejukannya, atau menempelkan payung karena kebanyakan gambar di mood boardku merepresentasikan air, batu terlalu cadas untuk dianggap sebagai elemen cool.

Karena sama-sama bingung, kita, gengges hijabers Basic Fashion Course batch 2 ini memutuskan pergi ke Baltos untuk mencari inspirasi (sekalian makan siang juga sih).

Untuk mempermudah, kita mencari tekstur yang mendekati si chosen mood board di toko aksesoris Laksana. Aku menemukannya pada marbling pearl berwarna deep blue, tahu gini ya aku bawa dari rumah kemarin L * lalu berharap jarak antara rumah dan ITB adalah selemparan batu seperti di zaman Rasulullah dulu.

So far, meski asistensinya tidak berjalan terlalu baik, masukan-masukan Kak Shab ini mencerahkan dan jelas.

Selanjutnya kita diminta untuk mngeksplorasi material yang akan digunakan, boleh dari jenis materialnya, teknik menjahitnya atau proses pembuatannya. Berhubung mood board milikku ini agak ke tye die-tie dyean, maka mau tak mau aku harus mengeksplorasi teknik celupnya juga.

Udah ya, see yaaa ... ketemu lagi kalau eksplorasinya udah beres 😉.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates