Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Selalu ada jawaban someone I can't have untuk pertanyaan: What is something that you hate but you can't live without?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Schedule minggu ini adalah presentasi mengenai mood board yang sudah dibuat didepan kelas. Dari 5 mood board yang tersebut akan terpilih satu yang akan menjadi tema project di YCIFI Basic Fashion Course ini, namun jika belum ada yang terpilih bisa asistensi mandiri dengan Kak Shab.
Mood board yang terpilih adalah mood board dengan konsep cool.

Setelah semua selesai presentasi, kita tadinya mengira kelas akan usai, ternyata ... tidak semudah itu ... 😏
 
Kita diminta untuk mencari 3 benda 3 dimensi yang berhubungan dengan mood board yang sudah terpilih. Benda apapun selain makanan atau yang berbentuk cair. Karena ... karena ... karena ... benda tersebut akan ditempel di mood board yang sudah terpilih untuk memperkuat kesan sampai program YCIFI Basic Fashion Course ini berakhir.

Cool

Cool

Cool

Apa ya? * Suka mendadak hilang akal kalau gini 😪

Aku jelas tak mungkin menempelkan bongkahan es batu atau Sprite yang dibungkus plastik bening agar terlihat ke-cool-annya, atau mencari daun Pohon Pinus dengan tetesan embun pagi agar terlihat kesejukannya, atau menempelkan payung karena kebanyakan gambar di mood boardku merepresentasikan air, batu terlalu cadas untuk dianggap sebagai elemen cool.

Karena sama-sama bingung, kita, gengges hijabers Basic Fashion Course batch 2 ini memutuskan pergi ke Baltos untuk mencari inspirasi (sekalian makan siang juga sih).

Untuk mempermudah, kita mencari tekstur yang mendekati si chosen mood board di toko aksesoris Laksana. Aku menemukannya pada marbling pearl berwarna deep blue, tahu gini ya aku bawa dari rumah kemarin L * lalu berharap jarak antara rumah dan ITB adalah selemparan batu seperti di zaman Rasulullah dulu.

So far, meski asistensinya tidak berjalan terlalu baik, masukan-masukan Kak Shab ini mencerahkan dan jelas.

Selanjutnya kita diminta untuk mngeksplorasi material yang akan digunakan, boleh dari jenis materialnya, teknik menjahitnya atau proses pembuatannya. Berhubung mood board milikku ini agak ke tye die-tie dyean, maka mau tak mau aku harus mengeksplorasi teknik celupnya juga.

Udah ya, see yaaa ... ketemu lagi kalau eksplorasinya udah beres 😉.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dari majalah hasil hunting di season 2 cuma ada beberapa gambar yang ‘satu nafas’ dengan highlight yang aku pilih, cuma beberapa artinya cuma ada 2-3 lembar saja yang sesuai, per majalahnya, yang artinya lagi, majalah hasil hunting di season 2 itu juga nggak ngaruh-ngaruh teuing.

Huftt ... Hayati lelah ...

Setiap mood board harus ditempel di atas duplex (karton putih – abu-abu) di sisi yang berwarna putih, ukurannya disesuaikan dengan gambar mood board. Kurang lebih seukuran A3 atau A2 tergantung banyak gambarnya.

Duplexnya sendiri bisa dibeli di toko ATK di Baltos (Balubur Town Square), tapi kebanyakan toko hanya menjual duplex dengan ukuran A1 saja tanpa jasa potong. Ya iyalah kalau potong sendiri belum tentu presisi 😒 Belum lagi bawanya, belum lagi ribetnya, belum lagi hujannya, belum lagi naik angkotnya ~ bisa-bisa lecek sebelum sampai 😖.

Setelah beberapa kali trial and error tanya harga duplex (+ kemungkinan jasa potong), kita akhirnya menemukan satu toko yang menjual duplex (+ jasa potong), namanya Toko Anda. Toko Anda ini letaknya ada di sebelah kanan di sekitar counter stempel di samping eskalator, pokoknya ketika masuk Baltos langsung melipir ke arah kanan deh, pasti ketemu.

Nanti ketemu 2 orang AA yang stay di belakang etalase, yang satu kurus yang satunya lagi berisi. Kalau mau duplex + jas potong bisa langsung request ke AA yang berisi, nggak harus duplex juga bisa kok. Terus, bayarnya juga langsung ke AA yang berisi itu jangan ke AA yang kurus, karena dia pasti bilang ‘ke dia aja’ sambil nunjuk ke AA yang berisi. Mungkin karena beda tanggungjawab kali ya jadinya terkesan individual. Tapi emang ngehe banget lah si AA ini.😞

1 duplex ukuran A1 bisa dipotong menjadi 4 bagian dengan ukuran ± A3++ atau A2-, untuk sisanya aku deal dengan Farah untuk membeli ½ duplexnya, jadi kita sama-sama punya 6 duplex. Nah, disini pentingnya belanja dengan teman, biar bisa budget sharing and stuff sharing 😋.

Gambar mood board ditempel menggunakan selotip kertas (paper tape) yang sebelumnya ditempelkan ke baju agar daya rekatnya berkurang, jadi nggak akan ‘merusak’ kalau seandainya mau dilepas lagi. 

FYI. jangan sekali-kali menggunakan take it (reusable adhesive)karena akan meninggalkan noda minyak.Sebelum membeli duplex aku menempelkan mood board ke dinding agar lebih mudah dilihat dan diatur komposisinya.

Mood board yang sudah dibuat dianalisis menggunakan skema warna (image scale) Kobayashi Shigenobu. Caranya adalah dengan mencocokkan warna-warna dominan yang terdapat pada gambar tersebut kemudian mencari padanannya di skema warna. Dalam satu skema warna terdapat 3 warna yang menjadi acuan sifat. Tidak semua warna sesuai ‘plek’ dengan skema warna Kodansha ini, kadang hanya 1-2 warna saja yang sesuai, kadang malah masuk ke 2 skema warna yang berbeda.

Tapi nggak apa-apa sih, tergantung kita mau ngambilnya ke arah yang mana, toh skema warna tersebut bisa dicombine. Maksudnya, tidak melulu harus mengacu pada satu sifat saja, bisa dua, bisa tiga, tergantung sesembak dan sebabangnya.
Dibawah ini adalah mood board yang akan diajukan untuk materi Image Analysis. Wismilak.



Konsep : natural
Warna   : brown, caramel, khaki dan white

Natural atau yang berarti alami dalam terjemahan Bahasa Indonesia adalah keadaan yang merujuk pada sifat yang asli. Pada mood board ini natural yang ditampilkan adalah dessert (padang pasir) menyesuaikan tone color dari gambar highlight, yaitu brown, caramel dan khaki.

Perpaduan warna natural tersebut memberikan kesan warm (hangat), dan sedikit wild (liar) jika dilihat dari style yang ditampilkan di gambar highlight yaitu semi-adventuress casual. Gambar make up palette warna natural menunjukkan tesktur dusty (berdebu) untuk dessert dan soft (lembut) untuk tone color pada gambar highlight.



Konsep : gorgeous
Warna   : crimsom, black, white

Gorgeous menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki arti indah atau cantik, dalam bahasa sehari-hari bisa juga diartikan dengan kata ciamik yaitu pas. Sedangkan elegance diartikan elok atau mewah.

Pada mood board ini, kesan gorgeous elegance ditampilkan dalam warna crimson atau maroon atau merah hati, kesan elegance ditampilkan dengan kesan classic yang timbul pada gambar oxford shoes. Gambar kelopak bunga merupakan representation (penggambaran) dari repetition (pengulangan) garis pada gambar highlight, yaitu lipit pada rok.

Selain itu gambar kelopak bunga menunjukkan kesan tekstur material outfit yang light (ringan) namun memiliki pakem bentuk tersendiri. Karena hal itu juga, gambar pada mood board ini disusun secara rapi.


Konsep : dynamic active
Warna   : pink, purple, black

Dinamic atau dinamis dapat diartikan sebagai bergerak sedangkan active dapat diartikan sebagai kondisi kontinyuitas atau keberlangsungan. Dinamic active dapat diartikan sebagai pergerakan yang hidup, berlawanan dengan static (kaku) dan monoton.

Gambar highlight pada mood board menampilkan kesan dinamic active dilihat dari penggunaan bidang lengkung yang sedikit tidak beraturan (random). Gambar bunga merujuk pada feel hidup yang merujuk pada sifat active, sedangkan gambar (zoom in) bakteri merujuk pada sifat dinamic dengan penggambaran bidang unpredictable organic yang juga dapat diartikan sebagai hidup.


Konsep : cool
Warna   : deep blue, turqouise, white, gold,

Cool dapat diartikan sebagai dingin, sejuk atau segar. Pada mood board ini, kesan cool dapat ditangkap dengan melihat warnanya saja yang identik dengan sifat air yang dingin, sejuk dan segar.

Perpaduan warna yang cukup kontras juga menghasilkan kesan deep (dalam) dan eye catching (menarik). Meski masih dalam satu tone color, ada perpindahan warna (gradasi) antara deep blue menuju turqouise yang memberikan kesan freeze (beku). Sedangkan warna gold yang terdapat pada gambar highlight menunjukkan kesan yang soft karena berdampingan dengan skema warna cool pada mood board ini.



Konsep : neat
Warna   : white, soft cyan


Neat atau rapi adalah kesan yang dihasilkan oleh warna white dan soft cyan, terlihat polos karena perpaduan warnanya yang ringan dan teksturnya yang smooth. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
This is the result of my fashion illustration class...






Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hi March!

Image analysis (bacanya: aii-mejh einelay-seizh) atau yang dalam terjemahan Bahasa Indonesianya adalah analisa gambar merupakan materi pembuka di Basic Fashion Course. Image analysis adalah core point dalam membuat konsep desain (design concept), yang nantinya akan menentukan dan mempengaruhi design secara keseluruhan. Image analysis bisa didapatkan dari market research atau pure berdasarkan inspirasi designer yang bersangkutan.

Sebelumnya, aku pernah mempelajari tentang image analysis saat kuliah. Meski tak jauh berbeda, image analysis yang digunakan saat kuliah (tentu) berbeda dengan image analysis yang digunakan di ranah fashion. Lain cabang ilmu, lain pula metodenya. Pada Desain Produk, secara umum ada 4 image board yang (sering) digunakan ketika mendesain suatu produk, namun karena belum jelas apa produk yang akan dibuat maka perlu dibuat image chart yang bertujuan untuk menentukan aktivitas mana yang akan difasilitasi.


Diatas ini adalah contoh image board untuk produk organizer dengan studi kasus Komunitas Backpacker Bandung. Berdasarkan image chart, user melakukan aktivitas mencatat atau menulis pada saat menyusun itenary (private-active), mencatat bahan kuliah (active-group) dan menulis draft blog (group-passive). Produk yang dipilih adalah organizer karena memiliki intensitas penggunaan yang lebih banyak dibandingkan produk lainnya.


Life style board adalah gambar-gambar yang menunjukkan aktivitas user yang berhubungan dengan Komunitas Backpacker Bandung secara langsung (direct) adalah gathering, yang biasanya dilaksanakan di café atau tempat nongkrong oleh peserta gathering yang didominasi oleh mahasiswa/i.

Mood board adalah gambar-gambar yang menunjukkan mood, spirit atau ambience dari aktivitas yang menjadi centre point Komunitas Backpacker Bandung yaitu travelling with low budget a.k.a backpacking. Gambar yang dipilih menunjukkan hal-hal yang menjadi soul bagi backpacker.

Styling board adalah gambar-gambar yang menunjukkan produk-produk yang digunakan user dalam keseharian maupun ketika backpacking. Gambar yang dipilih merupakan gambaran user secara pesonal  yang dipilih secara acak (random) di Komunitas Backpacker Bandung.

Usage board adalah gambar-gambar yang menunjukkan produk-produk kompetitor (pembanding) dari organizer yang tersedia di pasaran. Gambar yang dipilih sudah disesuaikan dengan kepribadian user berdasarkan styling board.


***

Jika elemen visual design adalah dot (titik), line (garis), shape (bentuk), color (warna), texture (tekstur) dan space (ruang), maka elemen visual fashion adalah color, texture, silhoutte (kesan garis / bayangan) dan finishing (penyelesaian).  Elemen visual fashion lebih compact dibandingkan elemen visual dalam design karena sudah ‘dipadatkan’.

Silhoutte pada elemen visual fashion mencangkup dot, line, shape dan space, sedangkan finishing lebih mengarah pada hal-hal yang bersifat teknis seperti teknik pengerjaan dan proses pengerjaan. Jika image analysis pada Desain Produk ditujukan untuk mengetahui produk apa yang harus dibuat, maka image analysis pada fashion adalah kelanjutannya karena produknya sendiri sudah jelas. Fashion. Mencangkup semua produk yang dikenakan dan beserta turunannya yang bersifat visual.



Untuk membuat image analysis diperlukan gambar-gambar yang mendukung serta mengarah pada design concept. So, kita diminta untuk mencari majalah fashion bekas seperti Vogue, Bazaart, Elle atau Natgeo atau majalah apapun yang memiliki gambar-gambar artistik dengan hi-resolution. Ingat ya harus yang bekas! Karena kalau yang baru mah mahal 😂

Kalau nggak punya majalah fashion yang bekas, bisa mencari di bursa buku bekas Jl. Dewi Sartika di daerah Kalapa yang jadi tempat ngetem angkot jurusan Kalapa-Ledeng atau Kalapa-Cicaheum. Disana hanya ada sedikit pilihan majalah fashion bekas import dengan stock paling banyak 2 eksemplar per edisi.

Kenapa harus majalah fashion import? Bukan majalah fashion lokal? Karena majalah fashion import lebih banyak memuat full page advertisement ketimbang majalah fashion lokal. Ya kan? Coba deh dilihat lagi ... Kalau majalah fashion lokal biasanya balance antara gambar dan font, sehingga mengganggu gambar, jadinya agak kurang bisa ‘dinikmati’ 😏.

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai image analysis dan diberikan pengarahan tentang bagaimana caranya membuat mood board, kita lantas diminta untuk membuat 5 mood board dari majalah yang kita beli sebelumnya. Nah. Mulai puyeng kan...

Tips: untuk menghindari robekan kertas yang tidak rapi seperti di gambar kiri bisa dengan menekan bagian tengah majalah sehingga terlihat lemnya, setalah itu robek secara perlahan.


***

Sreettt... Sreettt... Sreettt... Suara kertas dirobek 😒.

Kapan lagi coba merobek majalah kalau bukan demi tugas? Kalau bukan karena tugas aku juga tak mau, yang ada malah disampulin 😊. Sebenarnya nggak perlu merobek secara membabi buta, cukup seperlunya saja. Nah. Itu dia masalahnya... gambar apa yang diperlukan? Kalau Cuma merobek gambar yang dinilai bagus dan terlihat artistik, ya itu mah semajalaheun atuh...

Untuk mempermudah, coba deh lihat-lihat dulu isi majalahnya, nggak usah sambil dibaca juga nggak apa-apa yang dilihat gambarnya saja. Setelah ditelaah coba cari satu gambar yang akan menjadi highlight, pertimbangkan juga aspek-aspek pendukungnya seperti tekstur atau tone warnanya.

Lalu pandangi... dan temukan unsur elemen visual apa saja yang ada pada gambar tersebut. Setelah itu lalu cari lagi gambar lain yang menurut istilah Ripong mah masih ‘satu nafas’ dengan gambar yang menjadi highlight. Nah... ini nih yang menjadi momok bagi kita semua. Sulit untuk menemukan gambar yang masih ‘satu nafas’ di majalah, apalagi kalau gambar di majalahnya cuma sedikit.


Aku dan Farah sampai harus balik lagi ke Jl. Dewi Sartika demi mencari majalah lainnya. Di tengah hari yang terik benderang itu, kita memilih-milih (lagi) majalah based on their page, dibuka satu-satu per-halaman, dicocok-cocokin dengan gambar yang sudah ada sambil mikir ‘ini nyambung nggak ya?’.

Ketika sampai di rumah. Eh, mood board malah berubah total! 😠😠😠.

Kalau membuat mood board hanya mengandalkan majalah ya seperti itu, dipilih yang bahannya paling banyak bukan yang paling bagus. Lain lagi kalau membuat (digital) mood board menggunakan Pinterest, pasti ketemu deh yang ‘satu nafas’.

Kenapa kita tidak menggunakan Pinterest? Yang pastinya lebih mudah, murah dan cepat. Mmhhh... Simple, karena gambarnya bisa dimanipulasi, untuk mendapatkan tone warna yang sesuai antara satu gambar dengan gambar lainnya kan bisa diedit dulu di Corel atau Photoshop #eh sorry sorry kebiasaan kuliah 😉. Selain itu keywordnya cukup sulit karena tidak semua gambar memiliki penamaan yang spesifik.

Next 👉mood board
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates