Aku lebih memilih punya rumah daripada punya mobil. Karena bagiku rumah lebih dari sekedar tempat tinggal atau tempat menyimpan barang-barang. Rumah adalah tujuan. Ketika pulang, orang akan menanyakan “dimana rumahnya” bukan “dimana mobilnya?”.
Sama seperti yang lain aku juga suka travelling
karena travelling makes me on fire. Tapi
ketika berada rumah aku tidak ingin kemana-mana, mager kelas berat, bahkan keinginan travelling yang menggebu-gebu bisa hilang seketika ketika berada
rumah.
So, ask me before I come home.
Aku bukan seorang yang perfeksionis, tapi aku selalu suka jika segala hal
dilakukan dengan benar. Tidak harus sempurna, namun benar.
Buku yang sudah dibaca dikembalikan lagi ke dalam rak. Baju yang sudah
disetrika harus dimasukkan ke dalam lemari. Sepatu yang sudah digunakan
dimasukkan lagi ke dalam dusnya. Kursi yang tergeser dikembalikan lagi ke
posisi semula.
Seperti auditor, aku memastikan
semua hal berada pada tempat yang semestinya.
Ternyata, tidak semua orang sanggup menghadapi kelakuanku. Mama
menganggapku pelit karena menolak meminjamkan gunting kertas untuk membuka
minyak goreng. Widy menganggapku freak
karena menyusun baju di lemari sesuai gradasi warna. Sarmidut menganggapku galak
karena mengharuskan ia menggantung sapu setelah dipakai. Yang lain menganggapku
‘nggak santai’ karena mencabut charger ketika sudah selesai dipakai.
Sebagai industrial designer aku
sadar betul bahwa setiap produk memiliki maintenance,
bagaimana cara menggunakannya, bagaimana cara merawatnya, bagaimana cara
menyimpannya. Di balik setiap produk ada orang-orang yang telah bekerja keras
membuatnya, memikirkannya dan mengusahakannya, maintenance adalah cara termudah untuk menghargainya.
Meskipun secara hukum kepemilikan berpindah sejak produk tersebut dibeli user dan user berhak menggunakan produk tersebut tidak sesuai dengan
peruntukannya. Kenyataannya, tidak semua user
peduli akan maintenance karena maintenance sering dianggap sebagai hal
yang remeh.
Aku suka menyusun baju sesuai gradasi warna, yang gelap berada di bawah dan
yang terang berada di atas. Membaginya berdasarkan material dan jenisnya.
Adalah skill untuk bisa menyusun baju
seperti di rak department store.
Aku suka merapikan buku berdasarkan tinggi dan warnanya, menyampulinya
dengan plastik mika, menempelkan label harga di kiri atas buku dan menuliskan
namaku beserta tanggal membelinya di kanan atas buku halaman pertama.
Aku suka menata Tupperware yang berserakan, menamainya dengan inisial nama mama
atau namaku menggunakan spidol marker
permanent sambil berharap sabun cuci
piring tidak akan membuatnya luntur.
Aku suka membereskan kain yang dibeli ketika bepergian, memilah-milah mana
yang harus segera dijahit atau disimpan. Membuka lipatannya untuk mengetahui
lebar dan motifnya secara keseluruhan.
Aku suka memasukkan kue kering ke dalam toples menjelang hari Lebaran,
melihatnya berjejer rapi di atas meja berdampingan dengan bunga yang dirangkai
habis-habisan dengan mama.
Aku suka membaca guide book atau instruction note dari
barang yang baru dibeli, penting untuk mengetahui seluk beluk produk tersebut.
Aku tidak harus mencarinya ketika dibutuhkan karena kemungkinan sudah terbuang.
Aku suka membuang barang yang sudah tak terpakai, mengecek expired date (tanggal kadaluarsa),
mengecek kualitasnya dan mengecek intensitas pemakaiannya. Mama tidak perlu
tahu kapan aku membuangnya.
Aku suka merapikan kantong keresek yang didapat ketika berbelanja,
memisahkannya berdasarkan ukuran, karena lebih mudah mengambilnya ketika butuh
dan juga terpengaruh isu go green.
Kadang aku harus menghabiskan waktu lebih banyak karena mengurusi hal-hal
semacam itu, namun aku tidak berkeberatan selama masih mampu dan punya waktu.
Mungkin sebagaian orang menganggapku freak
karena terlalu concern terhadap
hal-hal remeh nan tak penting. Tapi bagiku semua itu adalah solusi. Aku
memiliki masalah distraksi (distracted
: terganggu) oleh hal-hal visual semacam
itu, even a tiny little things means a
lot.
Seperti polusi visual, ketika
melihat hal yang tidak sesuai dengan semestinya aku akan merasa kesal dan
meledak-ledak, lebih kesal ketimbang melihat Goeffrey menghukum pancung Lord
Stark di muka umum.
Untuk meredam emosi biasanya aku akan langsung membereskannya, menunggu
orang lain melakukannya akan menambah masalah. Aku sering tidak merasa yakin
orang lain akan melakukannya sebaik diriku. Serius.
Aku juga sering memikirkan bagaimana hidupku kelak, aku tidak ingin menjadi
majikan freak yang semena-mena, tapi
aku juga belum sanggup membayangkan bagaimana histerisnya ketika melihat lemari
baju yang berantakan.
I need another distraction ....
Mungkin aku akan membuka jasa membereskan lemari seperti mahasiswa di China
atau membuat vlog berupa daily life hack,
how to folding your clothes neatly, how to arranging cookies atau how to cleaning up your room in 5 minutes.
Atas nama rumah dan segala isinya beserta maintenancenya. I’m not a
freakish, I’m just a somebody whom enjoyed to stay at home and living in it.
I’m a homebody.
A freakin’ awesome homebody.