Hello…
Setelah mandeg selama berbulan-bulan akhirnya draft post ini selesai juga, eits… jangan khawatir aku masih punya extra post kok. Maaf pemirsa… tapi aku merasa sayang aja kalau nggak sampai di-post, meski kutahu yang sering mampir hanya khow-khow aja. Isokey… I still love you guys 😘.
Selama ini aku selalu amazed dengan acara pernikahannya rang-o-rang yang padat karya, macem: kok bisa mereka tetap strong padahal acaranya sendiri menguras energi 😌. Kubilang begini karena aku pun udah luluh lantak pasca acara pernikahannya Widy di Bandung hahaha meski hanya memiliki peran minor rasanya kok capek pake banget ya... 🤔.
Setelah selesai acara di Bandung kita masih punya acara lainnya yakni download mantu alias ngunduh mantu di Sidoarjo. Tadinya hanya keluarga inti aja yang akan kesana tapi ternyata nambah partisipan jadi ya puyeng juga ngurusnya 😅. Kita pun memilih untuk menyewa mobil travel biar bisa barengan terus, maklum laya buibu mah maunya bring kadieu bring kaditu.
Rencananya dari Subang kita akan langsung caw ke Sidoarjo lewat jalur utara macem jalur wisata rohani bapack-bapack dan buibu di masjid agung. Eh… nggak dinyanya ada pemekaran rencana dimana kita akan mampir dulu di Solo untuk mengunjungi keluarga Mbah Kakung. Biar nggak pareumeun obor, ceunah. Keadaan orang tua yang udah pada sepuh udah nggak memungkinkan untuk perjalanan jauh, selain itu kita menunggu ada kerabat yang menikah lagi mah nggak tahu kapan yekan.
Kita berangkat di malam hari karena menungguku selesai bekerja, situesyen sore itu cukup hectic karena buibu udah mulai berdatangan ke rumah. Alhamdulillah perjalanan menuju Solo lantjar djaya, meski mama heran banget kenapa sepanjang perjalanan aku tidur mulu, yhaha… maaf bunda, ini udah masuk jam tidur ya… 🙏🏻. Jalur Ungaran-Salatiga-Ambarawa ini aslinya cakep banget, sayang mesti kulewatkan sebab nyawaku baru sepenuhnya terkumpul saat berhenti di rest area.
SOLO
Setelah sholat shubuh kita melanjutkan perjalanan menuju Solo, welcome home…
Karena mesti mengejar waktu, kita nggak berlama-lama di Solo meski sebenarnya (kuyakin banget niya) mama dan uwak-uwakku masih ingin ngobrol. Oh ya, biar kalyan nggak pada bingung… kakekku berasal dari Solo, keluarga dan kerabatnya masih tinggal disana hingga kini. Kalau ke Solo, kita selalu berkunjung ke rumah mendiang adiknya yang kini ditempati oleh anaknya, Bule Wartini.
Kita sampai di hotel menjelang sholat ashar, ternyata rempong juga ya bund 😅 mengurusi kamar, tas, makanan, etc. Ingin rasanya langsung rebahan… tapi nggak mungkin karena ada hal-hal yang mesti diurusi. Yuyur aku udah puyeng… namun buibu mah tetap happy seakan-akan udah lupa gimana capeknya perjalanan menuju Sidoarjo (yang ternyata panasnya bikin nggak nyaman 🥺).
SURABAYA
Tadinya kita berencana untuk mengunjungi Pak De dan jalan-jalan setitik di Surabaya, sayangnya saat itu situesyen kurang pas sehingga kita mesti merubah itinerary menjadi jalan-jalan ‘tok. Mama dan Widy nggak jadi ikut karena mesti istirahat untuk acara nanti malam, jadilah aku yang kebagian tugas untuk meng-guide buibu untuk berbelanja oleh-oleh.
Yha~ karena aku bingung pun nggak bingung mau kemana, jadilah kita caw ke Ampel, wisata religi dulu, insya allah barokah… 🙏🏻✨.
Dari Ampel, kita ke Pasar Atom namun karena kurang memuaskan kita pindah lagi ke Pasar Genteng. Di Pasar Atom aku beli Cakue Peneleh yang surprisingly rasanya masih enak meski dimakan keesokaan harinya. Sedang di Pasar Genteng aku membeli kerupuk puli dan Rujak Cingur titipan mama, sayangnya aku nggak berhasil menemukan kacang Tolo meski banyak yang jualan kacang.
Perjalanan pulang dari Surabaya menuju Sidoarjo adalah perjalanan yang melelahkan, sepanjang perjalanan aku tertidur dan baru dibangunkan saat akan sampai. Tadinya aku ingin makan Rujak Cingur dengan khidmat karena nggak sempat makan siang, eh yang ada aku keburu dipanggil tim WO untuk fitting baju dan make-up. Cuy… aku baru sampai, badanku masih panas, wajahku masih gosong, belum sholat, belum beberes, belum ngobrol, belum makan Cakue.
Aku selesai make-up sebelum Ashar sedang acaranya baru akan dimulai setelah maghrib 🥲 jadilah aku kembali ke kamar dan makan siang yang tertunda. Kalau udah begini nggak mungkin rebahan yekan, yang ada aku kembali wara wiri berkoordinasi dengan buibu mengenai rundown acara.
Kita caw di pagi hari, mampir sebantar di rumah Mas Bagus. Lelah juga yasis perjalanan darat 20jam lintas provinsi.