Hello…
Hello Hello Bandung
Di minggu (yang seharusnya menjadi) libur panjang bulan lalu. Aku, Icunk dan Deya akhirnya ikut walking tour-nya Cerita Bandung, alhamdulillah bisa kebagian slot biasanya mah kita kalah gercep hehe Sesaat sebelum COVID-19 outbreak aku dan Icunk pernah mengikuti walking tour-nya Cerita Bandung yang Braga Weg, untuk post-nya bisa dibaca disini ya.
Saat itu pilihannya ada rute Pecinan atau rute Gemeente Huis & Freemason, karena kita ingin yang agak ‘berbeda’ maka kita memilih rute Gementeenhuis & Freemason.
Rasa-rasanya terakhir kali mendengar tentang Freemason adalah saat rajin ngubek-ngubek thread-nya Kaskus dan Terselubung.com Tapi Freemason masuk rute walking tour-nya Cerita Bandung, gimana nggak kepo kan ya… Apalagi saat sekolah kita juga membaca bukunya Dan Brown yang sarat konspirasi illuminati, cawan suci, ksatria templar etc.
Harap maklum yakawan, kita nggak tahan untuk nggak berpartisipasi dalam hal yang pernah kita dalami.
FYI. Karena Bandung di hari minggu cuacanya labil nggak karuan, sudi kiranya kalyan memaklumi foto yang tone-nya belang-belang 🥲.
Ohya, kalau ingin ikutan walking tour-nya Cerita Bandung bisa dipantengin IG-nya terutama menjelang weekend, biasanya mereka akan men-share link pendaftarannya via IG story. Saranku, pilihlah rute yang sanggup untuk dijalani ✨👌🏻 kita akan berjalan kaki loh ini. Setelah mengisi form pendaftaran tunggu aja, nanti dikabari kok, selama kita bisa mengakses link-nya berarti masih ada slot kosong.
Host kita kali ini adalah mb Gadis, yang sepertinya baru bergabung karena bulan-bulan lalu Cerita Bandung sempat membuka lowongan. High demand banget yaini *ehe. Karena rute pilihan kita adalah Gemeente Huis & Freemason, meeting point-nya di depan Museum Kota Bandung di dekat Mesjid Al-Ukhuwah.
FYI (lagi) Gemeente Huis adalah balai kota ya dan Freemason, seperti yang kita tahu adalah perkumpulan rahasia rang-o-rang yang ahli di bidangnya. Untuk tujuannya memang nggak se-ambis illuminati yang menginginkan tatanan dunia baru, tapi nggak receh-receh juga sih 😅. Mereka bahkan membangun Frobel School (Taman Kanak-kanak) yang kini dijadikan Museum Kota Bandung. Yha~ that’s our 1st point.
Untuk rutenya sendiri nggak terlalu panjang, yang panjang malah cerita-cerita yang mengiringinya. Juwara banget mb Gadis menceritakannya, aku sampai kepikiran kalau mb Gadis khawatir banget ada cerita yang terlewat, so far untukku mudah dimengerti dan detail oriented *penting. Kekurangannya, hamba lelah bund… 🥲 mungkin time management-nya perlu diperbaiki.
Selain itu, cuaca Bandung yang labil turut mempengaruhi mood dan fokusku 😂 ada momen-momen dimana aku nggak bisa menangkap apa yang mb Gadis ceritakan karena terdistraksi. Memang sulit untuk beraktivitas di luar rumah di masa pandemi (dan pancaroba) begini, tiba-tiba hujan, tiba-tiba berangin, tiba-tiba cerah ceria kek langitnya Makoto Shinkai.
Sayangnya, Balai Kota Bandung ditutup untuk umum karena pandemi dan kita mesti puas ngintipin patung Badak putihnya dari luar pagar. Seingatku, terakhir masuk ke area Balai Kota adalah saat aku dan Icunk mau ke BEC, yakin banget sebelumnya kita dari Jalan Braga 😁 Pernah kita sengaja jajan di area Balai Kota, not-so-recommend ya, mending jajan yang bener sekalyan.
Area yang dijadikan Balai Kota Bandung saat ini sebelumnya adalah area penyimpanan kopi milik Andries de Wilde yang dihibahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Saat itu Dayeuh Kolot dinilai kurang strategis sebagai ibu kota, tahu kan karena apa? Haha Dalam bahasa Sunda (bukan Korea) dayeuh berarti kota dan kolot berarti lama, kota lama setting Bandung Lautan Api.
Aku nggak akan nge-spill banyak tentang walking tour-nya ya karena kupikir akan lebih asyik kalau mengalaminya langsung. Kalau kalyan ada waktu dan ingin meng-explore Bandung lebih khidmat, kusarankan untuk mengikuti walking tour-nya Cerita Bandung.
Note:
Walking tour ini menggunakan sistem pay as you wish, price range-nya 50K-70K dengan pembayaran via QR only.
anginnya kenceng, payung pun jadi kebalik |