ijazah seharga gorenan |
Hay…
Apa kabar dunia? Sudah… gilaaa *pinjem opening-nya Babang Glowing yak ehe 😁.
Udah berminggu-minggu ini aku bolak balik ke minimarket dan supermarket mencari emas cair 💛 yha~ belakangan ini warga +62 sedang kesulitan mendapatkan minyak goreng. Nggak sekali dua kali aku melihat berita tentang perseteruan minyak goreng, atau bapack-bapack mengantri bahkan sebelum tokonya buka, atau penimbun yang dipolisikan 🤷🏻♀️.
Heran banget dengan pemerintah yang terkesan nggak berdaya menghadapi krisis semacam ini 💆🏻♀️.
Awal tahun ini harga gorengan di Bandung naik dari Rp 1000 per buah ke Rp 5000 per 2 buah. Gorengan gitu lohhh… cemilan warga +62 yang ada hampir di setiap tikungan, yang ada hampir di setiap suasana, yang ada hampir di setiap menu. Kupikir akan aneh rasanya kalau sampai gorengan hilang dari peredaran gegara nggak ada cukup minyak untuk menggorengnya 😑.
Kemudian, nggak ada angin nggak ada hujan pembelian gula pasir mendadak dijatah (*tergantung tokonya), belum kelar urusan gula pasir kini giliran tempe dan tahu yang mendadak absen. Kalau udah begini bisa jadi nanti giliran tepung atau cengek yang hilang dari peredaran. Suram banget yaini masa depan gorengan. Saddd… 🥲
Sebagai orang Sunda (tapi belum jadi official member Sunda Empire) ada salah satu kebiasaan orang Sunda yang menurutku coy banget di keseharian, yap, ngopay. Percayalah guise… kalau ada orang Sunda yang ngajak ngopi artinya nggak plek ketiplek minum kopi ya, melainkan minum kopi dan ngemil jajanan 😂. Malah kadang, bilangnya ngopi ☕ aslinya minum teh 🍵.
Meski idealnya ngopi lebih nikmeh kalau ditemani Ubi atau Pisang kukus, gorengan tetaplah favoritosnya rang-o-rang. Bisa dicek niya di pagi hari, selain Nasi Kuning atau Kupat Tahu yang lapaknya nggak kalah rame tentculah gorengan (yang kadang nyambi jualan kopi). Begitu pun saat hujan, gorengan anget enak nih kayanya… Ramadhan mah nggak usah ditanya, terbayang sejak ba’da ashar 🤗
Sebegini coy-nya gorengan di keseharian.
Memang kebanyakan mengkonsumsi gorengan nggak baik ya, bikin gendats dan nggak sehat. Minyaknya ditambahin plastik ceunah biar gorengannya awet dan makin crunchy.
Mungkin pemerintah terlalu visioner… Mereka sengaja meniadakan minyak goreng agar kita kembali ke khittoh mengkonsumsi makanan yang dikukus atau direbus. Sip #menujuindonesiasehat2022. Udah saatnya kita kembali bercocok tanam dan bikin empang di kolong rumah, just in case pemerintah pindah ke IKN dan kita dianggurin 😅.
Memikirkan masa depan gorengan ternyata bikin mellow ya…
Update:
Minyak goreng di-booking beberapa partai untuk jadi hampers ;p