Hotel Mumbai

by - April 21, 2019

source

Yes!!! Akhirnya kita kembali ke Ubertos full team 🙌🙌🙌


Kali ini kita nonton film Hotel Mumbai atas rekomendasinya Memed, nungguin film Avengers: End Game mah kelamaan yhaha 😪 Bukannya nggak berminat dengan film Ave Maryam ya tapi (kupikir) film Ave Maryam adalah tipikal film yang mesti dinikmati sendiri, kurang maksimal untuk bahan komentar heuheu 😁 Ohya ... Jangan terlalu berharap kita akan tertarik untuk nonton film ber-genre horror, masih kapok euy dengan film Sebelum Iblis Menjemput 😫.

Kalau biasanya sebelum nonton aku searching dulu nyari tahu gimana alur cerita dan review-nya (yang biasanya sehati dengan @watchmen.id) sampai agak detail, kali ini selow ae hanya sebatas cukup tahu dengan fakta bahwa film Hotel Mumbai ini based on true story dan pernah dibuat film dokumenternya. Tumben banget kan Memed merekomendasikan film macem gini, bukannya kenapa-napa yaw doi pedes aja level 0 😁 ... In Memed we trust.

Film dokumenter yang dimaksud adalah Surviving Mumbai karya Victoria Midwinter Pitt pada tahun 2009, berhubung pernah ditayangkan di channel National Geographic (CMIIW) jadi besar kemungkinan kini bisa ditemukan di youtube. Aku menonton film dokumenter Surviving Mumbai secara tak sengaja sebab nggak bisa tidur, sekitar tahun 2015-2017an lah ... pokoknya di masa hiatus season 1.

Film dokumenter Surviving Mumbai bercerita tentang terror yang terjadi India pada akhir tahun 2009, terror ini digagas oleh kelompok terrorist (atau ekstrimis muslim) Pakistan bernama Lashkar-e-Taiba dan menargetkan turis serta ekspatriat asing. Agak miris memang namun fakta bahwa martir yang perperan sebagai terrorist ini hanyalah korban brainwash cukup membuat hati terenyuh 😑.

Film dokumenternya bagiku lebih dari cukup untuk menggambarkan ketegangan saat terror terjadi, footage yang digunakan berasal dari berbagai CCTV di seluruh India dan ada beberapa kesaksian dari penyintas. Bayangin aja ya ... India, negara dengan populasi terpadat kedua di dunia kacau balau dalam sekejap macem petenakan semut pasca wadahnya digoyang-goyangin. Amburadul ... tenan 😅😅😅.

Film Hotel Mumbai dirilis setelah hampir 10 tahun sejak film dokumenter Surviving Mumbai rilis. Apaqa ini termasuq #10yearschallenge?

Film Hotel Mumbai adalah debut perdana sutradara berkebangsaan Australia Anthony Maras yang sebelumnya banyak film pendek. Menurutku, film Hotel Mumbai ini memaparkan behind the scene di Surviving Mumbai dengan lebih kompleks. Seperti halnya film yang diangkat dari kisah nyata film Hotel Mumbai ini menggunakan beberapa point of view termasuk terrorist-nya sendiri.

Tadinya kupikir tensi ketegangan film Hotel Mumbai mirip-miriplah dengan film Hotel Rwanda, yang TKPnya sama-sama berada di hotel. Ternyata, setelah menonton di 5 menit pertama ... film Hotel Mumbai jauh lebih menegangkan ketimbang film Hotel Rwanda. Meski demikian, aku merekomendasikan film Hotel Rwanda untuk kalyan tonton kalau lagi gabut. Walau jadul, issue yang diangkat ‘masih’ hangat dan sangat relate dengan kehidupan garis keras ala benua hitam Afrika 🙈🙉🙊.

Seperti yang kubilang di atas, ketegangan di film Hotel Mumbai ini dimulai di 5 menit pertama, yang artinya kita hanya diberi jeda 5 menit (sejak film diputar, nggak termasuk teaser) untuk dipergunakan sebaik-baiknya dengan: membisukan smartphone, menyamankan posisi duduk, nyobain f&b dan minum (kalau ada 😉). Bukannya lebay, tapi setelah 5 menit itu kita hanya akan berfokus pada layar, merasai ketegangan ... yang lama banget kelarnya haha 😂😂😂

Kalau kalyan mengikuti pelajaran Sejarah di masa muda dan rajin mengikuti perkembangannya pasti tahu kalau India dan Pakistan sering bentrok sebab menyengketakan wilayah Kashmir, sebagai daerah subur yang memiliki SDA yang menakjubkan sudah barang tentu Kashmir layak disengketakan.

FYI
India adalah koloni Inggris yang akhirnya dimerdekakan sebab Inggris kalah perang dan terdesak akibat kejadian di Dunkirk. Selagi mempersiapan kemerdekaan negerinya, M. Ali Jinnah selaku tokoh muslim di India keukeuh memisahkan warga hindu dan muslim serta membagi daerah eks koloni Inggris tersebut menjadi India dan Pakistan. Kalau kalyan berminat dengan sejarah India-Pakistan ini aku merekomendasikan film Viceroy's House, Victoria and Abdul dan serial Madiba.

Eym ... kembali ke film Hotel Mumbai haha

Serangan pertama dilakukan di Stasiun kereta api Chhatrapati Shivaji Terminus (CST), terrorist tersebut melakukan penembakan secara membabi buta dan brutal yang tentu saja memicu kepanikan luar biasa 😰. Hanya dalam waktu satu jam sejak terrorist melancarkan serangan di CST, tercatat terjadi serangan serupa di 4 lokasi yang berbeda yakni Nariman House (sinagoga milik komunitas Yahudi Ultra Ortodoks), Chabad Lubavitch (cafe yang populer di kalangan turis), Hotel Oberoi dan Taj Mahal Palace and Tower.

BTW, itu belum termasuk dengan serangan spontan yang terjadi di jalanan dan ruang publik 😭😭😭.

Di tengah kepanikan tersebut sebagian orang mencoba peruntungannya dengan berlindung di hotel atau kantor besar, salah duanya adalah Eddie (Angus McLaren) dan Bree (Natasha Liu) yang sebelumnya berhasil lolos dari serangan di Chabad Lubavitch 😦. Setelah menggedor-gedor pintu hotel dengan hopeless, kepala hotel mengizinkan orang-orang masuk ke hotelnya, sialnya dua diantaranya adalah terorrist.

Hadeehhh ... 😵😵😵

Yadeh. Disini terror dimulai ... 😈

Terrorist tersebut bukan hanya melakukan penembakan secara membabi buta dan brutal, namun juga menebar kengerian dengan melempar granat di beberapa spot hotel. Afgan banget deh pokoknya ... 😭 Nggak ada excuse bahwa kita berada di pihak yang sama atau kita memihak Tuhan yang mana, semuanya dibabad habis tanpa terkecuali. Membuatku mempertanyakan Tuhan mana yang (akan sudi) berpihak pada mereka.

Saat serangan terjadi sekelompok tamu sedang berada di restaurant untuk santap malam, beberapa diantaranya adalah David (Armie Hammer), istrinya Zahra (Nazanin Boniadi) dan Vasilli (Jason Isaac) yang menjadi main character. Salah satu staf hotel yang bertugas di restaurant saat itu adalah Arjun (Dev Patel), beruntung Arjun cukup sigap dan intuitif untuk mengamankan para tamu.

Atas instruksi chef Hermant Oberoi (Anupham Kher) para tamu digiring menuju ke Chamber Lounge, yakni safe room yang dipergunakan untuk keadaan darurat macem penyerangan ini. Aksi kucing-kucingan antara terrorist vs staf hotel dan tamu membuat jantung berdetak terlalu cepat, karena sekalinya ketahuan nyawa taruhannya. Nontonin mereka celingak celinguk mengecek keadaan pun jadi sebegitu mengerikannya 😅.

Jangan dikira berada di Chamber Lounge membuat para staf dan tamu lantas merasa aman, terutama pasangan David dan Zahra yang meninggalkan bayi mereka Cameron di kamar hotel dengan Sally (Tilda Cobham-Hervey) pengasuhnya di kamar hotel. Kita semua misuh-misuh loh ini nontonin mereka ... Kalau anak kecil mungkin masih bisa dikontrol, nah ini bayi loh ... Nggak nyaman dikit pasti kan bersuara (nangis) 😰.

Well ... Mungkin kalyan bertanya-tanya, dimanakah polisi saat serangan ini terjadi? Nggak adakah yang melapor?

Ehm ... Jangankan kalyan, kita aja yang nonton sudah jete bete kene nungguin polisi 😅.
Dan satu hal yang perlu kalyan tahu, polisi di film Hotel Mumbai ini adalah sebenar-benarnya polisi India 😬.

KZL level meletup di ubun-ubun adalah saat chef Hermant menghubungi polisi menanyakan kapan (polisi) akan tiba? Guise ... Please, jangan lupa menghujat 😂😂😂. 4 jam setelah serangan terjadi, ternyata polisi masih belum berangkat dongs ... Aje gile banget kan 😣. Jawa Barat dan India memang terpisah jutaan kilometer namun OTW-nya memiliki arti yang sama, Okey Tungguan Weh ... 😌

Disini aku merasa bersyukur tinggal di Indonesia, meski masih jauh dari sempurna seenggaknya aku bisa menemukan pos polisi (beserta polisinya) dengan mudah hampir di setiap kelokan dan setiap jam terutama di bulan Ramadhan. Yang terpenting, Indonesia telah belajar dari pengalaman di masa lalu dan membentuk detasemen khusus anti terror 👌.

Sebenarnya ada sekelompok polisi yang pernah memasuki hotel saat serangan terjadi, nggak ngerti juga dengan SOP polisi India 😅, mereka datang ke hotel hanya bermodalkan pistol (dan kayanya pentungan) tanpa menggunakan armour, ya jelaslah tanpa perlu basa basi berkepanjangan mereka semua langsung disapu bersih pake AK-47, beginilah jadinya kalau martir dikasih hansip ... 😌

Atas nama terpisahkan jarak ±13.000 mil, staf dan tamu hotel yang terjebak mesti menunggu entah sampai kapan hingga pasukan elite India datang dari New Delhi. Eym ... Siapa sih miminnya? Slow response banget ih ... 😫 Yang ada kita malah jadi makin gemes sendiri dengan kelakuan polisi India yang kelakuannya minta banget dihujat. Nggak bisa gitu dicicil dulu datangnya?

Komentar Icunk “Ka Singapur heula kitu helicopter teh?” 😒

Salah satu scene yang membuatku gregetan adalah saat baterai ponsel sakaratul maut, kemungkinan saking paniknya orang-orang nggak kepikiran bawa charger, jangan tanya power bank karena ini adalah tahun 2008 😅. Saat baterai ponsel Arjun habis di control room ingin banget ngasih tahu doi untuk pinjem charger-an atau pake aja charger-an yang ada. Eh tapi kan ini tahun 2008 ... 😁 charger-annya belum pada universal, setiap brand bentuknya masih beda-beda. Curiga ponselnya pada mati gegara baterainya menggelembung deh ini 😂.

Sekali lagi, India adalah negara dengan populasi terpadat kedua di dunia. Nggak adakah diantara penduduknya yang berminat menjadi polisi? Nggak adakah yang bersedia mengambil resiko untuk berjibaku melawan terrorist? Nggak adakah emak-emak yang berani nyarekan sambil melempar sumpah serapah? Ini tahun 2008 namun aku merasa terlempar ke masa lalu 😴😴😴.

Polisi, sebagaimana selalu dituturkan dalam setiap kisah heroik adalah pahlawan kesiangan yang keberadaannya bagai kang parkir Indomaret. Datang di akhir namun selalu mendapat atensi dan hujatan penuh.

Selain polisi, hal yang mesti digarisbawahi dari film Hotel Mumbai adalah fakta bahwa terrorist tersebut merupakan pemuda miskin minim pendidikan yang rela di-brainwash sebab desakan ekonomi. Ada salah satu scene yang menampilkan percakapan salah satu terrorist dengan pemimpinnya yang disebut The Bull tentang uang yang (kemungkinan besar) diiming-imingkan, bertanya-tanya apakah ia (The Bull) sudah mengirimkan uang untuk keluarganya?” 😢.

Disini kemanusiaan kita digamangkan, merasa iba sekaligus merasa tertohok atas ketidakberdayaan para martir ini. Mungkin mereka sendiri nggak yakin dengan apa yang dilakukan, namun apa mau dikata keadaan memaksa mereka berada di posisi yang kurang menguntungkan. Maka mereka hanya melakukan satu-satunya hal bisa dilakukan, berusaha masuk surga ... Bermimpi syahid 😥.

Sampai saat ini nggak ada yang tahu siapa sebenarnya The Bull, apakah ia masih hidup atau sudah mati, apakah ia berada di Pakistan atau di India. Yang jelas ia masih bebas berkeliaran, kemungkinan mempersiapkan serangan selanjutnya ... Who knows? Yawla ... sebegini kacrutnya India? 😰 Tolong dong netizen hehe 😁

Setelah selesai nonton film Hotel Mumbai, kita jadi mempertanyakan “(tahun) 2008 kita kemana sih?” heuheu 😅 Serius deh ini, nggak ada satu pun dari kita yang ngeh dengan (peristiwa) yang terjadi di India ini dongs. Yha~ Saat itu kita disibukkan dengan TPB (tahun pertama bersama) dan ospek, jadi agak kurang fokeus mengurusi hal yang lain hehe 

FYI. Di tahun 2008 aku nggak punya TV dan belum musim smartphone *ternyata memang #sobatmisqueen sedari dulu 😂

Eh. Bahas cast-nya nggak nih?

Anupam Kher adalah salah satu aktor India yang cukup familiar bagi kita semua, terutama generasi 90an. Ia pernah berperan di ± 400an film India salah satunya adalah Kuch Kuch Hota Hai sebagai tuan Maholtra. Hayoo lohh ... pasti pada inget kan scene doi joged dengan sekjurnya di akhir acara kampus 💃.

Sedangkan Dev Patel ... ia adalah bintang dari film Slumdog Millionaire dan sedikit berperan di film Life of Pi. FYI, aku belum menonton film Lion jadi belum bisa berkomentar haha Meski karakter yang diperankannya tenggelam oleh karakter lainnya kupikir Dev Patel memberikan penampilannya yang terbaik untuk film Hotel Mumbai ini. Scene favorite-ku adalah saat Arjun naik skuter ke rumahnya sambil nyeker 👣.

Kalau pernah nonton Call Me by Your Name pasti kenal dengan Armie Hammer ini, yaiyalah mana mungkin kita melupakan doi haha 😏 Sebagai crush kita bersama kupikir penampilan Armie Hammer ini sangat nggak mengecewakan, seenggaknya saat menontonnya di film Hotel Mumbai aku jadi melupakan apa yang pernah ia lakukan di film Call Me By Your Name 😁.
Untuk Nazanin Boniadi aku nggak bisa berkomentar banyak ya karena satu-satunya film Nazanin Boniadi yang pernah kutonton adalah film Hotel Mumbai ini.

Pada ngeh nggak nih dengan Jason Isaac? Ioy. Doi adalah Lucius Malfoy alias bapake Draco Malfoy yang ngepret Dobby pake kaos kaki di film Harry Potter. Ternyata aslinya ganteng haha 😊 Kupikir Vasilli adalah salah satu scene stealer yang chill-nya nggak ada dua, Russian vibes-nya dapet banget, coba kalau doi nggak terlalu ngegas mungkin ceritanya akan berbeda 😌.

By far, film Hotel Mumbai adalah film yang mesti banget kalyan tonton, lupakanlah film Avengers: End Game karena sudah jelas kita berada di universe yang berbeda 😛. Meski sepanjang film diputar kita akan merasa seolah-olah sedang berada di waktu dan tempat yang salah, deg-degan nggak karuan sebab berasa ikutan dikejar-kejar dan terjebak permainan kucing-kucingan dengan terrorist, film Hotel Mumbai membuka mata kita akan terror tak terduga.

Satu hal yang mesti kalyan ingat, saat paling nggak aman adalah saat kita merasa paling aman.

Selain itu, meski terrorist ini menjual komoditi keyakinan sebagai alasan kurang ajar untuk berbuat keji, kupikir kita semua sudah sadar bahwa keyakinan hanyalah skema untuk membuat riak di air tenang. Kalau masih ada film Hotel Mumbai di bioskop terdekat segeralah menonton, film Avengers: End Game jelas akan menghabiskan layar. 

Aku nggak merekomendasikan untuk menonton film Hotel Mumbai ini via PC atau smartphone yaw karena sensasi tegangnya nggak akan pol 😂.

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~