Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Helauwww...

Meninggalkan musim kemarau singkat, kupikir sudah saatnya kita mempersiapkan diri menghadapi musim hujan yang menurut prediksi BMKG akan di mulai di bulan Oktober. Setelah sempat vacuum meminum honey-lemon-shot di pagi hari, kupikir sudah saatnya aku kembali ber-honey-lemon-shot ria atas nama immune booster hehe

You know-lah... usia segini kena angin dikit langsung kemrusung haha

Selama meminum honey-lemon-shot aku sudah pernah beberapa kali mengganti madu yang kugunakan, alasan pertama ingin mencoba variasi lain kali aja lebih cocok, sedang alasan yang kedua, well... kali aja ada yang lebih muree hehe

Dibawah ini adalah beberapa madu yang pernah kucoba comblangin untuk dijadikan honey-lemon-shot atas dasar kesotoyan yang HQQ, selain ini ada beberapa lagi cuma aku udah lupa, maklum niya subsidi mama hehe

HONEY LIFE


Aku membeli madu Honey Life ini gegara Madu Uray belum di-restock di Namaste Organic, kemudian ku main ke Toko Organic ternyata sama belum di-restock juga. Sebenarnya madu Honey Life ini enak ya, tapi untukku rasanya terlalu manis. Yang membuatnya nggak cocok untuk dijadikan honey-lemon-shot adalah meski tekstur madunya lebih cair (ketimbang madu Uray) madu Honey Life ini agak susah nge-blend dengan lemon dan air hangatnya, jadi penyajiannya lebih lama.

EZ GOLD TRIGONA


Otentcunya, aku membeli madu EZ Gold Trigona ini dalam rangka promo Agustusan di Shopee-nya Namaste Organic. Madu EZ Gold Trigona ini adalah madu pertama yang kubuat honey-lemon-shot gegara kurang suka dengan rasanya yang agak asam. Yha~ namanya juga Trigona. Yang membuatnya nggak cocok untuk dijadikan honey-lemon-shot adalah karena memang bukan peruntukannya hehe

OH HONEY


Saranku. Udahlah... nggak usah macem-macem, honey-lemon-shot cocoknya pake Madu Uray. Aku membeli Oh Honey Honeycomb ini gegara ingin mencoba variasi baru permaduan dan kebetulan sedang ada promo haha Langsung aja yaw. Yang membuatnya nggak cocok untuk dijadikan honey-lemon-shot adalah karena ribet pake banget (mesti dipotong-potong dulu) dan nggak nge-blend dengan lemon dan air hangatnya. Jadi terpisah macem air dan minyak.

MADU HPAI

Sudah bisa ditebak ya siapa yang beliin haha Sebagai member angin-anginan mamaku pernah membelikan madu HPAI sebagai calon coy honey-lemon-shot. Untuk rasanya nggak begitu manis tapi teksturnya cukup kental jadi agak susah dikeluarkan dari botolnya. Yang membuatnya nggak cocok untuk dijadikan honey-lemon-shot adalah karena aku sudah terlanjur coy dengan Madu Uray haha Tapi tetap aku habiskan kok, sayang cuii...

MADU URAY


Here is the one and only madu yang paling cocok untuk dijadikan honey-lemon-shot. Diantara madu-madu diatas (dan lainnya yang pernah kucoba) Madu Uray adalah pasangan yang tepat untuk lemon dan air hangat, seakan-akan Madu Uray memang tercipta untuk honey-lemon-shot. Coy bangetlah pokoknya. Macem Cakue dan Odading. Bala-bala dan Cengek. Baso Aci dan Cikur. Keduanya bisa saling melengkapi, karenanya tyada kesan tanpa kehadiranmu.

***

Jadi... Jadi... Jadi... Kalau kau ingin membuat honey-lemon-shot pastikan madunya adalah Madu Uray haha Yang lain banyak tapi belum tentu cocok.

Semoga kita bisa menghadapi dan melewati musim hujan dengan sehat ya

Lestari
Yang percaya Indonesia adalah negara 1 musim (pancaroba).
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Hay... Hay... Hay...

Selamat menjalani ke-new normal-an yang semakin lama semakin absurd yakawan... Tetap semangat dan tetap waras 😉. Semoga per-COVID-19-an ini bisa segera tersolusikan, lelah juga yaini setiap kali keluar rumah bawaannya parno mulu 😢. 

Kalau sebelumnya aku sempat membagikan list ceramic tableware yang uwu, kali ini aku akan membagikan list beauty, skin care, make up (or anything you name it) yang (nggak kalah) uwu 😘. Yap. ke-uwu-an ini belum berakhir... Tentcunya kubuat post begini gegara gallery-ku suda dipenuhi screenshot-an yang kupikir agak berharga kalau sampai dihapus haha 😁.

Padahal mah B aja meur... Bisa nge-screenshot lagi 😅.

Sebagaimana ciwik pada umumnya yang tertarik akan hal duniawi yang nggak-penting-tapi-ingin-punya, beauty, skin care, make up (or anything you name it) punya magnet tersendiri yang bisa membuatku bolak balik mentengin akunnya meski sudah tahu kalau caption-nya mah nggak akan berubah 😅. 

Di rentang 5 tahun ke belakang, banyak brand lokal yang bermunculan. Sebuah kemajuan yang berarti ya sebab kali ini bisa dibilang produknya niat banget, baik dari segi produknya sendiri, packaging, produksi, kualitas, konsep dan campaign. Meski masih dalam skala kecil, semuanya dipikirkan dengan matang.

Sebab aku adalah visual person, maka salah satu hal yang menjadi pertimbanganku dalam memilih suatu produk adalah package-nya. Kupikir package adalah wajah yang merepresentasikan suatu produk, sama halnya dengan fungsi ilustrasi cover pada buku.

Selama screen shopping aku menemukan bahwa bukan hanya aku yang memilih produk berdasarkan visual package-nya haha 😄 Hayoloohhh... Ngaku deh :p Kalau dulu ke-uwu-an ini didominasi oleh produk Korea dan Jepang, kini kita juga punya 😉.

Nah, biar nggak kelamaan intro-nya, langsung aja niya kubuat list-nya. Screen shopping: beauty, skin care, make up (or anything you name it) dengan package uwu yang kususun secara alfabetis ✨👌🏻. Oh ya... semuanya berdasarkan preferensiku ya.

DEAR ME @dearmebeauty

Kupikir Dear Me ini adalah salah satu brand yang memiliki konsep dan campaign yang menarik, perputaran produknya terbilang cepat alias sering merilis produk baru. Hampir semua produknya mendapatkan atensi terutama produk kolaborasi. Package-nya pun nggak kalah seru ya, selalu ada yang baru~. 

DEW IT @dew.itskin

Sebagai pendatang baru di ranah per-skin care-an kupikir Dew It sudah mencuri perhatian sedari awal, varian produk yang belum banyak dan kombinasi warna yang menarik tentcunya sayang untuk dilewatkan. Aku sih yes dengan form package-nya yang ginuk gendats gimana gitu hehe 😘 Eh, kecuali pemilihan warna font-nya yang yang agak nyaru, siwer guise bacanya.

EMINA @eminacosmetics

Belum sah rasanya membahas skin care (dan make up) dengan package uwu tanpa mengajak Emina. Kupikir Emina adalah salah satu pionir packaging uwu sebab market target-nya adalah remaja yang notabene diidentikkan dengan sifat youth dan playful. Grafis package-nya uwu dan mostly ukurannya nggak besar jadi lucu aja kalau dibawa kemana-mana.

FANBO @fanbocosmetics

Kini Fanbo lebih memilih untuk re-branding macem Marcks. Meski secara visual uwunya masih nanggung, kupikir Fanbo sudah berusaha dengan baik, mungkin tone color-nya mesti diturunkan dikit biar nggak terlalu mentah hehe. Anyway... nice try Fanbo! 👊🏻👊🏻

HARLETTE BEAUTY @harlettebeauty

Mungkin karena saat ini summer season, beberapa brand menggunakan semangka sebagai spirit produknya, salah satunya adalah Harlette Beauty. Meski masih newbie, package-nya Harlette Beauty ini uwu ya... warnanya soft khas stereotype ciwik feminin. Lagi, pemilihan warna font-nya yang agak nyaru membuatku siwer hehe 😁.

IT’S CHUU @itschuu.id

First impression-ku saat melihat It’s Cuu: Subhanalove... uwu banget... 😍 Icon tetesan kelembabannya ngegemesin, sederhana dan kiyut. Kupikir cocoklah untuk market target remaja yang menginginkan produk murce yang package-nya meyakinkan 😁.

JOYLAB @joylabbeauty

Tadinya kupikir Joylab ini adalah brand Korea macem Banila Co eh ternyata brand lokal, package-nya itu loh ya... playful abis. Warnanya package-nya bright dan font-nya nggak neko-neko jadi bisa terbaca dengan jelas dari jarak sepersekian hasta untukku yang matanya minus 😅, selain itu grafis-nya Joylab ini pengertian banget *laff... ❤️.

KALEY @kaleyskincare

Satu lagi yang uwu... Yap. Ada Kaley disini. Di bio-nya tertulis: people said beauty is pain, but I say beauty is yummy. Yha~ aku juga yes. Apalah artinya produk keren dan uwu kalau nggak ada spark of joy-nya yekan hehe. Package-nya Kaley ini menyenangkan secara visual dan bisa merepresentasikan produknya dengan baik. 

LUXCRIME @luxcrime_id

First impression-ku untuk Luxcrime: ini beneran dijual apa baru prototype? Wkwk Karena package-nya yang terlalu simple ini aku sampai mesti bolak balik ngecekin akunnya, memastikan kalau Luxcrime memang sebuah brand. Yha~ kupikir prototype gegara pemilihan kombinasi warna dan font-nya mengingatkanku pada referensi package di Pinterest saat kuliah.

N’PURE @npureofficial

Aku inget banget niya saat awal dirilis N’Pure ini mengesankan sekali, (karena) jarang-jarang ada brand lokal yang package-nya uwu. Macem breakthrough gitu lah haha Package-nya juga niat, terutama untuk soap bar-nya yang dicetak macem cokelat bar. 

PEARL AND DARLING @pearlanddarling

Package-nya Pearl and Darling ini sedikit banyak mengingatkanku akan ilustrasi thumbnail di awal bab buku Harry Potter. Pemilihan warna dan font-nya menyenangkan secara visual, sekaligus me-refresh mindset-ku bahwa package nggak selalu mesti selaras dengan tone color produknya. 

RRA @rra__official

Salah satu brand lokal dengan icon keren hehe Niat banget niya sampai bikin 3 icon berbeda sesuai dengan karakter produknya, ada Indigo Boi, Rragon dan Ms. Peachy. Package-nya pun nggak kalah niatnya, macem beli mainan baru, uwu uwu uwu pisan hehe Menarique untuk dibeli yaw...

TIFF BODY @tiffbody.official

Meski belum pernah membeli produknya aku cukup mengikuti evolusi package-nya Tiff Body, gimana nggak ngikutin ya reseller-nya banyak haha. Kupikir ilustrasi package-nya Tiff terbaru ini gemay, kalau kata Dek’ Jio mah kiwoyo~... Kalau dibuat versi zodiak kayanya lucu deh 😘 

***

Orait segini dulu yaw, yang brand favorite-nya belum masuk list jangan berkecil hati, nanti kubuat part 2-nya (masih OTW) biar bacanya nggak kepanjangan hehe
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hay~

Selamat datang kembali di Studio Lestari (belum punya official name wkwk 🦆)... Semoga harimu semenyenangkan dan senikmeh Klaus waktu dipuja-puja pengikutnya 😉. 

Kalau sebelumnya aku pernah mengulas tentang aplikasi dan game favorite-ku disini. Kali ini aku akan mengulas salah satu aplikasi berfaedah yang membantuku kala kepepet membuat pattern non Adobe dengan singkat dan cepat ✨👌🏻. Nama aplikasinya adalah Flaticon.

Flaticon dan Freepik masihlah terhubung macem Unsplash dan ShutterStock, makanya kalau kau search Flaticon di Google akan muncul search result Freepik juga. Bedanya, Flaticon berfokus pada icon dan pattern sedangkan Freepik berfokus pada template, background dan grafis.

Untuk membuat pattern darurat di Flaticon, yang pertama kali mesti dilakukan adalah membuka www.flaticon.com. Menurutku sih lebih enak pake PC atau laptop, kalau pake smartphone space-nya kurang luas jadi agak kagok dan mesti bolak balik buka tutup tab. Kalau sekedar mencari dan men-download icon tentcunya aku lebih merekomendasikan pake smartphone, lebih cepatzzz... 💨

Nah, kalau ingin membuat pattern yang mesti dilakukan adalah membuka http://flaticon.com/pattern. Aku juga lupa gimana dulunya bisa nyasar membuat pattern di Flaticon, karena kalau di tampilan web-nya mah nggak ada (opsi atau icon yang mengarah pada pembuatan pattern). Jadi langsung aja ya buka url di atas. 


***

1. Ini adalah basic visual saat kita pertama kali berada di http://flaticon.com/pattern, masih bersih ya semuanya... Ohya, karena Flaticon ini berfokus pada icon maka gambar yang akan digunakan adalah icon yang ada di library-nya Flaticon (bukan vector). Kalau masih belum yakin space-nya bersih, klik lagi icon clear-nya.


2. Untuk mendapatkan icon yang diinginkan kita tinggal mengetikkan keyword di tab search. Kemudian akan muncul dua pilihan, yang pertama adalah pack dan yang kedua adalah icon. Bedanya, pack akan mengarahkan kita pada pack yang memiliki icon dengan keyword yang kita ketik, sedang icon langsung mengarah pada icon dengan keyword yang kita ketik. 

In simple terms, pack adalah serian sedang icon adalah eceran (kang dagang pasti ngerti 😁).


3. Setelah search result muncul, kita tinggal memilih icon mana yang ingin digunakan. Bisa dengan cara diklik atau langsung di-drag ke space kosong di sampingnya.


4. Untuk mengaktifkan fungsi cursor pada icon yang dipilih, kita tinggal mengklik icon tersebut sampai muncul lingkaran dengan bulatan serupa cincin. Nah, bulatan itulah cursor-nya. Fungsi cursor meliputi move (memindahkan objek), scale (skala objek) dan rotate (rotasi objek). Ohya, ketika kita (misal) memindahkan suatu objek maka objek yang lain akan mengikuti. Jibeh... 😌


5. Lebih jauhnya lagi, saat kita mengklik suatu objek (dalam hal ini adalah icon) maka akan muncul tab modifikasi diatasnya. Tab tersebut terdiri dari: palette (palet warna), mirror (efek cermin, membolak balik objek), transparency (skala muatan warna), copy (duplikasi), stack (efek tumpang tindih) dan delete (hapus).

Kalau kita nggak suka dengan warna default icon-nya, kita bisa menggantinya dengan warna lain. Ada banyak pilihan warnanya, tinggal atur-atur aja gaess... Kusarankan pake warna yang ada di palette-nya karena kalau pake color picker suka lupa lagi kodenya apa haha 😁


6. Inilah yang akan terjadi kalau kita mengklik random pattern, bener-bener random pattern-nya wkwk


7. Dan inilah yang akan terjadi kalau kita mengklik icon berbintang (yang ada bintang di bawahnya), berbayar gaesss... 🥺


8. Kurang lebih beginilah tampilan pattern-nya, karena setting-nya offset jadi langsung seamless.


9. Kita juga bisa mengganti warna backgrond, yakeles kurang sreg... 


10. Setelah selesai, kita bisa men-download pattern-nya dalam format PNG, JPG, SPV dan B64. Untuk format PNG dan JPG hasilnya adalah gambar dengan format 1:2 seperti di bawah ini.


***

Meski membuatnya terbilang mudah dan asique, pattern yang dibuat dari Flaticon ini resolusinya nggak cocok untuk di-print besar macem kain atau banner karena pasti pecah. Lebih ke penggunaan pribadi macem banner social media atau printilan lucu sih... kalau mau yang resolusinya okcey bisa melipir dulu ke Adobe ya haha Namanya juga pattern darurat...

Sampai bertemu di tutorial selanjutnya yaww...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Haihaihai!

Memasuki era new normal yang sebenernya nggak normal-normal banget ini hehe 😅 banyak hal berubah, salah satunya adalah gaya hidup. Misalnya, kalau sebelumnya aku sering jalan-jalan (literally, bukan hangout 😋) sore atau sekedar menikmati waktu luang di luar dan berlama-lama di supermarket. Kini aku hanya keluar rumah seperlunya. Berbanding terbalik dengan barang bawaan di tas, makin banyakkk... 😭

Selama masa PSBB lalu salah satu quarathings favorite-ku adalah menonton video di YouTube, kalau liat tab searching-ku asli random banget video yang kucari 😁. Dari yang ‘bener’ macem film pendek, trailer film dan webseries sampai yang agak ngaco macem horse shaving, how to-how to-an, beberes gudang dan Dr. Pimple Pooper. Yap. Biar geuleuh juga aku tetep nonton 🥺.

Konten YouTube favorite-ku masihlah sekitaran per-homebodies-an, bisa dibaca di post ini ya. Saat sering menonton video per-homebodies-an itulah, YouTube (lagi-lagi) merekomendasikan video dari kanalnya Liziqi. Berdasarkan thumbnail, kupikir konten videonya Liziqi adalah bercocok tanam macem video how to yang sering kutonton 😅.

Karena penasaran tentcunya kutontonlah... dan ternyata unch rame yawww... 😍🥰😘 sejak saat itu setiap kali ada waktu luang aku akan menyempatkan diri menonton videonya Liziqi. Biasanya sih kalau lagi makan dan sebelum tidur, asyik aja nontonin Liziqi bercocok tanam, memasak dan melakukan hal-hal menyenangkan lainnya 🤗.
 

Sebagaimanan netyzen kepo pada umumnya, tentcu aku pun mencari tahu siapakah Liziqi ini...

Berdasarkan informasi yang tertera di website-nya liziqishop.com; 

Liziqi adalah seorang vlogger dari kota Mianyang provinsi Sichuan China, ia juga dikenal sebagai an oriental lifestyle foodie karena konten videonya yang bertemakan kearifan lokal dari halaman rumah (haha yang ini mah nambahin sendiri 🤭). Di awal kemunculannya Liziqi menggunakan platform Mepai namun sambutan netyzen B aja sampai ia di-notice oleh pemerhati kuliner, Liziqi kemudian merambah Weibo dan menginvasi YouTube.

Hanya sedikit yang diceritakan mengenai kehidupan pribadinya. Liziqi diketahui memiliki kehidupan yang sulit, karena perceraian orang tuanya ia tinggal bersama kakek dan neneknya yang berprofesi sebagai juru masak di desa. Liziqi nggak melanjutkan pendidikan dan memilih untuk mengadu nasib di kota, ia sempat melakoni berbagai pekerjaan (pramusaji, tukang service sampai DJ) selama bertahun-tahun.

Saat neneknya sakit Liziqi memutuskan untuk kembali ke desa meninggalkan hidupnya di kota. Karena nggak banyak pilihan pekerjaan di desa, Liziqi melakukan apa yang ia bisa, apalagi kalau bukan bercocok tanam dan beternak. Untungnya Liziqi cukup melek teknologi dan nggak kudet, akhirnya ia berinisiatif untuk membuat video kegiatan sehari-harinya.

Selain itu Liziqi menggunakan videonya untuk mempromosikan jualannya (sumpah ini campaign terniat 👊🏻). Caranya mempromosikan produknya pun nggak norak, product placement-nya rapi dan aesthetic, jadi betah nontoninnya. Liziqi menjual berbagai makanan macam makanan seperti yang kau lihat di bawah ini, kalau di kita mah sejenis UMKM atau home (made) industry.
 

Sejak pertama menonton videonya Liziqi aku langsung terpesona dengan visual yang aesthetic dan eye pleasure. Nggak salah ya kalau netyzen sampai menjulukinya sebagai the queen of quarantine saking terkenalnya ia saat PSBB kemarin. Videonya Liziqi ini bagaikan oase di tengah panasnya sauna di angkot jurusan Leuwi Panjang – Soreang. Ngademin... bener 🌬️🍃.

Kupikir Liziqi sangatlah jeli melihat celah kosong potensial pengguna social media. Seperti yang kita tahu, YouTube dipenuhi video berkonten ATM (amati, tiru, modifikasi) sampah dan mengedepankan kehidupan imajiner yang cepat khas masyarakat urban. Liziqi sadar kalau ia mengikuti arus kecil kemungkinan ia akan memenangkan persaingan. 

So, Liziqi memilih untuk melawan arus dan menciptakan konten (ber-mazhab) alternatif dengan memanfaatkan apa yang dimilikinya. Liziqi pun mempersembahkan konten slow living-nya  untuk orang-orang yang jenuh dengan kehidupan perkotaan, sama seperti yang ia rasakan dulu.

Tinggal di desa dan menjalani kehidupan yang damai adalah impian para calon pensiunan (sejauh yang ku tahu) dan angan-angan 7-5 worker yang tinggal di perkotaan. Termasuk aku, yang pernah bercita-cita menjadi arsitek, memiliki perkebunan dan hidup bahagia selamanya macem ending film Disney 😁. 

Terima kasih Liziqi... karenamu aku jadi ingin membeli Lembang berikut Boscha-nya ✨👌🏻. 

 

Setiap kali menonton videonya Liziqi aku selalu mengamati keberadaan neneknya, masih hidupkah? Hehe 😅 Aku selalu suka saat Liziqi berinteraksi dengan neneknya sekalipun cuma ngobrol di depan hawu, kasih sayangnya terlihat saat ia mengisi mangkuk neneknya, menyeduhkan minuman dan membuatkan selimut yang beneran DIY.

Video Liziqi rata-rata berdurasi 5-20 menit, terhitung cepat ya karena biasanya video di YouTube berdurasi 30-60 menit atau lebih. Yang mesti diapresiasi disini adalah effort-nya Liziqi dalam mengekstraksi (yakali manggis 😋) proses yang terjadi di baliknya, yang kadang mencangkup beberapa season. 

Misalnya video tentang Tomat, Liziqi akan memperlihatkan pada kita proses yang terjadi sebelum Tomat tersebut berakhir dimasak. Dimulai dari proses penyemaian, pemindahan tanaman, panen dan opsi masakan apa aja yang bisa dibuat menggunakan tomat. Begitu pun saat ia membuat selimut untuk neneknya. Kupikir kau mesti menonton videonya untuk mengerti apa yang kumaksud 😉.
 

Seperti yang kusebutkan di atas, Liziqi adalah orang yang jeli, ia peduli pada detail dan rapi. Setiap kali memasak ia akan menempatkan properti vas yang akan diisi dengan bunga yang berbeda-beda tergantung season. Ia juga akan memastikan rambutnya rapi meski harus memotong bambu dan membajak sawah. Ia juga akan memilih setiap bahan makanan dengan hati-hati dan secukupnya.

Salah satu ciri khasnya adalah gaya berpakaiannya yang vintage dengan sentuhan fairy tale macem ciwik di film vampire China. Karena hal itulah ia juga dijuluki sebagai Disney princess cabang bercocok tanam dan pengabdian pada keluarga 😆. Kuyakin pasti hampir setiap mamak-mamak mendambakan seorang anak macem Liziqi 😌.

Mamaku juga...

Setiap kali menonton video Liziqi aku merasa sedang memasuki dimensi lain, berasa wow... kok bisa sih... Karena kepopulerannya muncul video berkonten sejenis, meski kualitasnya belum bisa menyamai Liziqi aku sangat mengapresiasi para mb di China sana yang berlomba-lomba membuat video khas daerahnya masing-masing. *nggak perlu di-search, nanti juga direkomendasiin YouTube 😋.
 

Bersama Liziqi aku menemukan kedamaian dan kesadaran terutama mengenai konsep sustainable living. Kalau kita menjaga alam, niscaya alam pun akan menjaga kita. Asyik banget sih rumahnya, mau apa-apa tinggal ngambil di halaman rumahnya. Untuk setiap proses  pengolahan Liziqi menggunakan supporting tools sederhana warisan keluarganya. Keren nggak tuh 🤔.

Banyak hal yang bisa dipelajari dari Liziqi, diantaranya adalah untuk nggak bersikap serakah. Kalau diperhatikan Liziqi nggak pernah mengambil (panen) lebih dari kebutuhannya (kecuali kalau mau diproses), secukupnya, beda dengan kita yang senang menimbun meski nggak butuh-butuh banget.

Saat kuliah Pici pernah bilang kalau makanan yang disajikan merepresentasikan proses yang sudah dilalui, yha~ aku menemukannya pada Liziqi. Proses pengawetan makannya pun terbilang amazing ya... aku jadi tahu cara membuat daging asap dan telur asin 1000 tahun dari menonton video Liziqi. Begitu pun dengan kendi-kendi tanah liat yang kukira arak, ternyata isinya bumbu basah dongs haha 🤣.

Selain itu, yang cukup menyita perhatianku adalah tungku outdoor-nya yang berbentuk kepala anjing. Tadinya kupikir tungku itu adalah warisan dari kakeknya (sudah ada dari dulu). Ternyata eh ternyata bikin sendiri 😅. Jangankan tungku, pager serumaheun dan halamannya ia kerjakan sendiri 🥺 Kadang ada sih beberapa kerabatnya yang hadir di video tapi nggak sering.

Untuk menjawab pertanyaan netyzen apakah ia mengaplikasikan konsep sustainable living sejuta persen, Liziqi membuat video yang menunjukkan bahwa ia adalah manusia biasa yang menggunakan teknologi di kesehariannya. Lahhh... gadget dan internet juga teknologi meur... 😋 Ada scene dimana ia naik motor mengambil paket, laptopan dan menyimpan makanan di kulkas.


Meski kadang kumerasa kehidupan yang ditampilkannya too-good-to-be-true aku suka caranya mempresentasikan apa yang dilakukannya.

Ohya... Yang belum nonton pada nonton gih 😁


Credit: FB & screenshot
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments


Hay... Day...

Beberapa minggu yang lalu aku sempat video call-an dengan teman-temanku sekalyan, selain membahas tentang situesyen terkini kita juga sempat membahas tentang makna pertemanan (c, c, c, ciee... 😁) dan kedewasaan 😋. Sesi video call tersebut kemudian mengingatkanku pada... draft post yang lagi-lagi mandeg atas nama distraksi duniawi 🤣.

Draft post ini ditulis pada tahun 2018, jadi ya... harap maklum kalau agak... yagitu deh 😅. Honestly, concern-ku saat itu adalah tentang pertemanan dewasa (mature friendship) karena selama hiatus hubungan kita hanya sebatas member di WAG 😅 Dan memang... begitu kembali, first impression-ku adalah “BOOOOMMM” 💥. Well... yang kutulis di post ini adalah apa yang pernah kurasakan saat berada dalam berbagai circle pertemanan.

***

SALTY FIRST...

Aku lupa pernah membaca dimana yang jelas pertanyaan ini selalu kuingat setiap kali bersinggungan dengan orang lain.

Hal apa yang paling penting untukmu?

IYK, hal yang paling penting untukmu adalah hal pertama yang kamu nilai dari orang lain 😁. 

Kupikir hal ini benar adanya. Orang yang menganggap penting derajat senantiasa akan selalu memperhatikan (apa yang dianggap sebagai 😌) derajat berkaca dari apa yang ia nilai dari orang lain. Pun. Orang yang menganggap penting penampilan senantiasa akan selalu memperhatikan penampilannya berkaca dari apa yang ia nilai dari orang lain.

Terdengar familiar bukan?

Dalam keseharian kita dibiasakan untuk menilai dan dinilai secara visual, bukan secara esensi (haha ini belum nemu padanan kata yang pas 😅, tapi intinya faham kan? 😊). Termasuk diantaranya adalah penilaian dari sesama ciwik yang reality-nya tsadesss banget cui... dan kadang sampai bikin gumoh 🤮. Pernah ada yang menilaiku berdasarkan trend dan brand yang kupakai, well... kupikir ini cukup menggangu ya 🙄. 

Ia bilang bahwa orang bisa dilihat dari apa yang ia pakai (honestly, untuk point ini aku setuju 👌🏻) dan ia menilai bahwa aku kurang dewasa dan berkelas berdasarkan pemilihan barang yang kupakai. In short way, kalau ingin tahu seperti apa penampilan yang dewasa dan berkelas aku bisa mencontek apa yang ia pakai dan mungkin berguru padanya.

Yawla... Inginku ngikik tapi inget bukan kuda 😂.

Menurutnya: jam tangan Fossil ber-strap metal dan berwarna emas lebih keren ketimbang jam tangan QnQ favorite-ku. Dompet Coach yang (saat itu sedang) hype lebih keren ketimbang dompet Milk Teddy hadiahku lulus masuk ma’had. Ria Miranda, Kamiidea, Buttonscarves dan sederet brand dengan collectible items-nya lebih keren ketimbang unknown - unbrand - uncollectible items yang sedang kupakai.

🤔

One thing you should know...

BODO AMAATTT!!!! 🔥🔥🔥
Gini banget ya jadi (orang) dewasa - (Lestari , waktu masih 28 yo).

Kupikir, selain memberikan manfaat barang kumiliki haruslah memberikan kebahagiaan, atau kalau kata Marie Kondo mah: sparks joy. Meski kadang impulsif, aku percaya bahwa membeli barang yang nggak kusukai adalah salah satu cara terbaik untuk menggadaikan kebahagiaan.

Pernah ada masanya ketika aku terpaksa memenuhi tuntutan orang-orang, membeli ini itu, pergi kesana kesini dan sok asyik. Kenapa kok mau? Karena aku nggak faham bagaimana (caranya) jadi (orang) dewasa 🤷🏻‍♀️. Memang, untuk bertahan di society kita terkadang harus mengikuti arus, tapi ya mau sampai kapan?

Saat kecil ingin segera dewasa, namun setelah dewasa ingin jadi anak kecil lagi sebagaimana saat kuliah ingin segera bekerja namun setelah bekerja ingin kembali kuliah.

SUGAR-COATED WORDS ADALAH BAGIAN DARI ADULTHOOD

Selain orang yang gemar menye-menye ganjen tapi ujung-ujungnya minta ini itu, aku kurang begitu... apa ya... attach dengan orang yang gemar perez. Malay aja kalau dekat-dekat karena bawaannya pasti sensi 😅. Bagiku perez mengaburkan batas antara pujian dan basa basi. Kalau tujuan dari perez adalah untuk menyenangkan lawan bicaranya, ehm... mon maap nih mb, kita sama-sama tahu kebanyakan orang sadar banget saat dirinya diperezin 😌. 

Mungkin maksudnya ingin mengambil hati, masalahnya, kalau sekedar basa basi artinya lau mengecilkan arti ketulusan dalam pujian. Sayangnya, sebagai orang dewasa kita selalu dituntut untuk menyenangkan lawan bicara ... suka atau nggak suka. Yuyur aja aku malay kalau udah begini, sugar coated words is not so me. Yap. Realistis aja nih ya review-nya...

Aku memang jarang memuji, tapi ini bukan gegara hidupku dipenuhi kedengkian tapi karena kupikir: you’ve only got what you deserve, lebih pada appreciate. Makanya aku lebih suka kasih ❤️ ketimbang kasih komentar “cantik beb”.

BEGITU PUN DENGAN #pertemanantoxic

Aku bukan tipikal orang yang senang dan membiasakan diri untuk berkelompok, teman dekat pasti ada tapi nggak berkelompok a.k.a nge-geng. Simple aja sih, karena dulu kupikir kita semua berteman... 🦗 😅. Orang sering membandingkan dan mempertanyakan kenapa aku hanya memiliki sedikit teman, bahkan di dunia maya sekalipun. Eym... aku lebih senang untuk berteman dengan orang-orang yang kukenal secara personal makanya temannya itu-itu aja, sedikit tapi verified ✔️.

Pada akhirnya kita akan memilih circle pertemanan dengan frekuensi, minat dan mindset yang sama. Dijauhkan karena nggak sefaham dengan circle-nya seseorang... sudah pernah 😅. Alasan lainnya, aku kurang bisa 'mengangkat' khalayak circle sekalian. Satu hal yang kupertanyakan: teman macam apa yang menakar untung dan ruginya suatu pertemanan? Kupikir teman seharusnya ikut berbahagia saat kau berbahagia, bukan berbahagia karena (ikut) memiliki kebahagiaan yang sama.

Burn the bridge

Di masa hype-nya Twitter aku pernah mengalami kejadian yang cukup membuatku gedeg sekaligus il-feel. Suatu malam saat sedang mengerjakan tugas notifikasi Twitterku berbunyi, setelah kucek ternyata aku di-mention oleh temannya teman (yang sama sekali nggak pernah ku kenal secara personal 🙄) dalam tweet-nya, aku lupa bahasanya gimana namun kurang lebih sih begini:

@ygmention: @ygdimention1 @ygdimention2 @ygdimention3 @ygdimention4 cuma orang-orang pilihan yang bisa gawl sama kita cc @aku

🙄

Tadinya aku ingin mengabaikannya, tapi setelah dipikir-pikir eh... kayanya salah satu temanku pernah mengatakan hal yang sama deh. Kalyan bersekutu apa memang sekufu? 🤔. Kalau tujuannya untuk menunjukkan keekslusifan circle-nya, tapi yang ada aku malah merasa geli sendiri... Ini lagi rekrut member apa gimana sist? Si guweh #gagalfaham yeuh *samar-samar terdengar suara Puan teriak soliddd... soliddd... soliddd... 🤣.

Sebelum aku sempat me-reply mention-nya @ygmention sudah lebih dulu menghapus tweet-nya, tapi tetap aja ya aku sudah pernah melihat tweet-nya dan reply dari yang para @dimention. Hadehhh... terlepas dari betapa cemennya menghapus tweet, kurasa ini adalah cara paling sampah untuk memulai pertikaian dan membuatnya di-notice 😤. Tuman pick me siya😌.

Untuk menghindari polusi visual di timeline Twitter-ku, aku memutuskan untuk me-mute (bukan mem-block) akun temanku yang terhubung dengan circle sampah itu. Kupikir dalam hidup ini sekurang-kurangnya kita mesti memiliki integritas. Satu-satunya kesalahan temanku saat itu adalah ia nggak memiliki boundaries sehingga orang lain bisa dengan leluasa turut campur (bahkan cenderung borderless) dalam kehidupannya.

Temanku (yang lain) berpikir bahwa keputusanku me-mute akun temanku adalah keputusan yang ‘nggak nyambung’, yang berbuat kan temannya kenapa malah ia yang kena getahnya. Well... yang sebenarnya kulakukan adalah cut the head alias melenyapkan sumber masalah, (kupikir) semua itu nggak akan terjadi kalau sedari awal temanku punya sikap. Yha~ nggak semua orang cukup tahu diri untuk nggak melewati batas.

SESEKALI BASA BASI BUSUK

Mungkin bukan Cuma aku berpikir begini, namun kadang merasa nggak habis pikir dengan orang yang mempertanyakan ke-single-anku. Sampai ada yang tanya “kamu nggak malu single?” yang pastinya kujawab dengan: “nggak”. FYI. Aku bukan penjahat, bukan koruptor, bukan pemerintah. Kenapa mesti malu? 

Saat bertemu dengan teman lama sering kali yang pertama ditanyakan adalah “sudah menikah belum?” serius nih nggak nanya kabar? 😅 Aku sakit loh... 😂. Aku nggak masalah ditanya begini, yang menjadi masalah malah pertanyaan lanjutannya “Kenapa belum nikah?” yang akan dilanjutkan (bahkan sebelum sempat kujawab) dengan “Jangan terlalu pilih-pilih... BLABLABLA...”.

Eym... Kita jajan aja milih kali ah, masa partner nggak milih... 😅 Kenapa menjadi masalah? Karena aku jadi mempertanyakan (no offense please...) “emang dulu situ nggak milih ya?” 😏.

Hidup ini keras yakawan... 😌

EGO YANG BERTABRAKAN

Sebagai makhluk sosial yang senang kumpul sana sini, kupikir setiap pertemuan selalu menyisakan ketidakpuasan. Ngaku deh... 😁. Kadang aku pusing meng-compare dan meng-cross check statement antara yang ono dan yang ini, rieut hamba... 🤦🏻‍♀️. Kupikir adalah keharusan bagi kita untuk mencari jalan tengah yang bisa mengakomodir semua kebutuhan dan keinginan tanpa mesti bersinggungan. Sayangnya, seringkali hal ini kerap dipersulit oleh ego yang bertabrakan sehingga rencana tinggaL wacana.

Mungkin pernah mengalami, terjebak menonton obrolan masa kini saat bertemu.

Percayalah, meski nggak ikutan nimbrung sebenarnya aku mengerti kok apa yang diobrolin, nggak ikutan ngobrol bukan berarti nggak faham 😅. Toh hal-hal semacam fashion, skincare dan lifestyle thingy lainnya adalah hal yang biasa, maksudnya, pasti diikuti perkembangannya. Dunia bukan cuma milik kalian yang setiap kali kumpul selalu berusaha mengambil alih obrolan dengan memaparkan standar, namun juga milik jellies yang sering masuk-masukin items ke keranjang Shoppe dan membiarkannya ngendon selama berbulan-bulan.

Bentar... Bentar... Sisanya masih di-edit dulu 😅
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates