Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Akhir tahun ini kita (siapa lagi?! 😁) mengunjungi soft opening rumahnya Pici di Garut yang masih satu area dengan rumah orang tuanya. Kalau kalyan pernah main ke rumah orang tuanya Pici pasti ngeh deh kalau rumahnya Pici ini (taste-nya) bapaknya banget 😉. Kubilang begini karena kutahu bapaknya Pici hobby-nya merenovasi rumah, senang mengeksplorasi material dan detail oriented. Sudut anak tangga pake list, rooster yang bermotif, teralis yang berulir, pokoknya sebisa mungkin nggak ada space kosong yang sia-sia ✨👌🏻.

Aku dan Deya berangkat di hari Sabtu pagi, transit sebentar di Nagrek karena bisnya Icunk kena macet dan kita sampai di Garut menjelang tengah hari. Tadinya kita mau jalan-jalan di kota, namun karena udah keasyikan ngobrol jadinya mager, ujung-ujungnya kita beli minuman yang berembun, berasa dan berwarna via Go Food 😅. Malamnya kita beli baso aci dan tolak bala karena perut kita bergejolak paska minum eskosu jahara, fix nggak akan beli lagi 🥺.

Tadinya kita mau jalan-jalan ke kota (masih keukeuh) atau lanjut ngobrol di mana gitu… namun menimbang situesyen yang kurang kondusif sebab terhalang Karnaval SCTV, kita memutuskan untuk jalan-jalan ke Gunung Papandayan. Berdasarkan observasi Icunk di TikTok, saat ini adalah tempat wisata baru di Gunung Papandayan yang sedang hype, dimana bunga hydrangea (hortensia) sedang bermekaran. Kuy, marki-try… 😎.


Perjalanan menuju Gunung Papandayan bikinku nostalgia entah karena apa… kemungkinan sih gegera kangen saat masih tinggal di Darul Arqam. Aku, Pici, Nurma dan Shanty pernah jalan dari belakang Darul Arqam melintasi sawah dan sungai, tahu-tahu sampai di Bayongbong. Capek banget… untungnya kita bawa uang jadi pulang ke Darul Arqam-nya pake angkot. Nggak kebayang yekan gimana capeknya kalau kita mesti balik lagi melintasi sawah dan sungai karena nggak bawa uang 😂.

Kita juga pernah camping di Gunung Papandayan, untuk post-nya ada di link ini:
Camping di Gunung Papandayan
Camping di Gunung Papandayan (lagi)

Dari gapura selamat datang di gunung Papandayan yang ada opangnya kita mesti agak bersabar karena jalannya sedang diperbaiki, sisanya mah sih aman ya. Jarak dari gapura ke loket cukup jauh meski jalannya udah lebih baik, merasa heran sendiri, kok mau-maunya ya aku dulu ke loket pake ojek padahal jalannya masih rombeng. Memang ya pulang dari sana aku sakit pinggang dan sakit pantat 😂 mana jalan ke Pondok Saladanya jauh.

lokasi camping pertama kita di samping gapura itu, dulu di pinggirnya ada tempat sampah, sekarang udah berbenah

bunga edelweiss

air yang mengalir dari kolam renang

Sebelum pergi ke gunung Papandayan ada baiknya kalyan mengecek tarif masuk dan tarif lain-lainnya di TWA Papandayan. Untuk wisatawan lokal dan wisatawan internsional tarifnya tentcu berbeda, udah ada penyesuaian meski rate-nya flat (biar nggak pusing meureun nya). Kini di gunung Papandayan kita nggak hanya bisa camping, hiking atau foto prewedding. Kita juga bisa berenang, jalan-jalan di tamannya bahkan menginap di cottage. Fasilitas umum macem toilet, musholla, parkiran dan warung so pasti tertata rapi. Nah, gini dongs… ✨👌🏻.

Kita memilih untuk berjalan-jalan di taman bunga hydrangea (hortensia) sekalian menunggu Alka dan Sangga yang berenang. Disini ada Orchid Garden tapi karena bingung masuknya dari mana kita nggak kesana haha isokey kok, taman bunga hydrangea-nya memuaskan apalagi untuk buibu yang demen bikin story. Hydrangea memang tumbuh di area bersuhu dingin, makanya cocok banget kalau bikin taman bunga hydrangea di gunung Papandayan.

sayangnya nggak wangi

mamanya Pici dan Sangga

mau bilang ini di Jeju, tapi udah pada tahu ini di Papandayan

masih ada yang ukurannya lebih besar daripada ini

lagi pada ngaps?

fotoin bunga ini

another bunga di tepi toilet

Ohya, kalyan menyebut bunga hydrangea sebagai bunga apa? Aku tahunya Kembang Bokor dan bunga Tiga Bulan (karena mekar selama 3 bulan), mama menyebutnya bunga Hortensia dan Deya menyebutnya bunga Borondong 🍿.

Beruntung saat kita kesana bunga hydrangea-nya masih mekar, masih berbentuk bulat sempurna. Selama ini aku hanya tahu bunga hydrangea berwarna yang biru dan putih aja, ternyata ada warna lain yang nggak kalah cantik. Saat kecil bunga hydrangea sering menjadi dekorasi di stand di pameran instansi tempat mama kerja, setelah pamerannya usai dekorasi tanamannya jadi incaran buibu, mayan… masih ada sisa mekar hingga 1 bulan kemudian.

Saat Alka dan Sangga berenang, kita sempat jajan di warung yang ada di area parkiran. Kalyan bisa langsung cap cip cup pilih warung karena barang yang dijual hampir sama, untuk harga mungkin beda tipis tapi gorengan mah kemungkinan sama *sotoy 😁. Kalyan nggak perlu khawatir kekurangan asupan micin karena ada pedagang cilor, cilung, batagor dan peracian duniawi yang mangkal di sebelah warung dengan tertib. Selain itu suasananya memang cocok untuk sekedar ngopi (minum teh hangat sambil ngemil gorengan).

yang anget... yang anget...

ter-legend se-Darul Arqam-eun

Kita turun dari gunung Papandayan saat tengah, waktu yang tepat untuk makan siang yekan… Yha~ dimana lagi kalau bukan di Mulang Sari 😅. Kita ke Mulang Sari yang di depan Mall Garut macem terakhir kali aku kesana dengan Icunk. Saat kita makan sayup-sayup terdengar suara musik dari acara Karnaval SCTV, kenapa sih venue-nya di alun-alun kan di depannya ada Mesjid Agung?! Macem, apakah lapangan Kerkoff kurang OK untuk dijadikan venue acara? 🤔


Setelah nge-drop Pici dan duo bocil di rumahnya kita kembali ke Bandung, Icunk kembali di-drop di Nagrek. Tumben-tumbenan yekan kita pulang saat masih sore 😁. Saat kembali ke Bandung aku baru melihat stasiun Tegalluar yang meriah dari jauh, ketara banget ya udah lama nggak lewat tol 😅 Saat awal tahun ke rumah Pici mah stasiunnya belum jadi.

Garut kota Burayot

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Belakangan ini di Bandung udah mulai turun hujan, pertanda kita memasuki penghujung tahun (yang byasanya) basah. Bisa dipastikan cuaca cerah hanya akan bertahan hingga tengah hari, sedang sisanya mendung-hujan-mendung-gerimis-mendung. Menurut kesusotoyanku, hujan yang turun saat ini niscaya nggak akan bikin banjir karena fungsinya untuk me-refill sumur dan sungai yang udah kering. Banjir akan terjadi saat sumur dan sungai udah cukup stok, saat pergantian tahun wkwk #ahlinujum.

Di penghujung tahun ini Icunk ikut tes CPNS, kebetulan lokasi tesnya berada di Bandung jadilah pulang tes kita ketemu untuk stress release sekalian serah terima Hatomugi. Cuaca mendung begini mah enaknya makan yang anget-anget yekan… macem yang berkuah-kuah atau yang seuhah-seuhah. Tadinya kita mau makan ramen tapi karena tempatnya nyempil dan nggak mendapatkan spot parkir kita melipir ke mana lagi… kalau bukan ke Imah Babaturan.

Karena spot parkir yang terbatas kita memutuskan untuk parkir di Baltos dan jalan kaki ke Imah Babaturan. Waiting list-nya panjang yaini tapi kita memutuskan untuk ikutan antri karena nggak punya opsi tempat makan lain. Icunk dan Deya order Nasi Cumi Cabe Ijo karena butuh kesegaran (macem apfah?!) sedang aku undur diri dan order menu mingguannya, yakni Soto Bandung. Kalau kalyan berencana makan Nasi Cumi Cabe Ijo di Imah Babaturan, kusarankan kalyan membawa container kecil untuk sambel ijonya yang sering nyisa saking pedasnya. *thanks me later.

nasi cumi cabe ijo 48K

soto Bandung + nasi putih 47K

lain kali bisa dicoba ":)

***

BUTTERPIE

Dari Imah Babaturan kita mencari tempat lain yang enakeun untuk ngobrol, ada beberapa opsi namun lagi-lagi karena nggak mendapatkan spot parkir kita skip. Setelah beberapa kali berputar-putar akhirnya kita menemukan lokasi yang OK yakni di Butterpie. Butterpie adalah dessert café yang kurasa suasananya akan lebih cociks saat golden hour ketimbang maghrib wkwk Kita bisa memilih duduk di area indoor atau outdoor, namun karena hujan yang turun sesiangan area outdoor nggak memungkinkan untuk dipake.

Dari pintu masuk kita langsung menuju display counter untuk memilih dessert yang hmm… menarique. Saat kita datang hanya ada satu meja yang terisi, yakni meja yang posisinya beradap tepat di pinggir jendela. Well… kurasa meja itu adalah meja dengan view terbaik di Butterpie, apalagi kalau kalyan adalah hamba konten. Kita memilih meja di sebelahnya karena cukup untuk kita bertiga, meja yang lain hanya cukup untuk 2-3 orang. Kalau ingin lebih lebih lega, kalyan bisa memilih meja di area outdoor.




cap cip cup

Kalau kalyan sedang mencari tempat yang enakeun untuk ngobrol atau sekedar ngonten, kalyan bisa mempertimbangan Butterpie ini. Usahakan datang agak pagian ya biar pilihan dessert-nya masih lengkap, saat maghrib mah dessert-nya udah banyak yang abis.

Menu yang kita order, disusun berdasarkan menu yang OK ke menu yang OK banget.

Blueberry Cheesetart 37,5K/slice
Yakni pie crust dengan filling blueberry dan potongan buah blueberry (asli) diatasnya, blueberry cheese tart-nya disajikan dingin.


Tiramisu Tart 37,5K/slice
Yakni pie crust dengan mascarpone cheese dan taburan bubuk kopi di atasnya, tiramisu tart-nya disajikan dingin.


Beef Quiche 35K/slice
Yakni baked pie dengan potongan daging sapi, taburan smoked beef, bayam dan keju. Kalau kalyan ingin ngemil savory dessert, kalyan bisa mencoba Beef Quiche ini.


Artisan Tea – Scarlett 25K/pot
Kita memilih artisan tea biar bisa sharing dan di-refill, satu pot sebenarnya hanya untuk 2 orang namun kita diperbolehkan meminjam cup tambahan kepada mas barista. Untuk pilihan rasanya kita serahkan kepada mbanya biar nggak salah pilih, so far rasanya okay dan wangi. Kurasa artisan tea ini terasa nikmeh diminum saat hangat, kalau diminum saat dingin menyisakan after taste di lidah.



gimana tesnya? no comment... terima kasih

Jl. Cendana no 17 Riau
Senin-Minggu 08.00-20.00

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Setelah berbulan-bulan nggak nonton di bioskop akhirnya aku ke bioskop lagi, apalagi kalau bukan gegara The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes. Meski kutahu nantinya film ini akan tersedia di layanan streaming kurasa akan lebih menyenangkan kalau menontonnya di bioskop, beda aja gitu feel-nya. Layar bioskop yang luas nggak bikinku pabeulit antara nonton filmnya atau baca teksnya.

Sayangnya, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes hanya ditayangkan di Cinema XXI jadi ya mau nggak mau aku mesti nonton ke BIP. Aku nonton di weekdays karena khawatir di weekend tetiba line up filmnya udah berubah. Tahu sendiri yekan, warga +62 lebih antusias nonton film-film horror yang saban hari diceng-cengin Cine Crib. Selain itu aku ingin nonton dengan khidmat tanpa mesti jengkel perkara orang tua sableng yang membawa anaknya nonton film R+13.

Pulang ngantor aku langsung caw ke BIP pake TMP, rutenya udah aman dan bisa dilewati soalnya tadi pagi ada kebakaran yang cukup besar di daerah Pecinan Lama yang mana merupakan rute regular-nya TMP. Sesungguhnya aku nggak faham mengapa studio Cinema XXI AC-nya kini nggak dingin, aku sampai melepas parka gegara kepanasan padahal byasanya AC-nya Cinema XXI bisa bikin masuk angin.

Mari kita throwback ke… 11 tahun yang lalu, saat The Hunger Games baru aja dirilis.

WHERE IT BEGAN

Di weekend basah (saat hujan turun sesuai skema pergantian musim) mama mengajakku dan Widy untuk quality time sekalian bertemu dengan temannya di Ciwalk. Karena bingung mau ngapain akhirnya kita memutuskan untuk nonton The Hunger Games, mengikuti rekomendasinya Ichi. Yaudalaya… akhirnya kita berempat nonton The Hunger Games polosan tanpa terpapar spoiler.

Mon maap… The Hunger Games bukan film untuk anak-anak, bukan pula film untuk orang tua wkwk Untuk anak muda pada masanya *macem kita tentcunya The Hunger Games masih OK, namun untuk orang tua kurang cocok sebab bikin kaget dan banyak scene yang Afgan, mana kita nontonnya agak depanan. Beruntung kita berdua nggak kena omel perkara salah pilih film 😅.

Sejak saat itu aku mengikuti sekuelnya The Hunger Games sebagaimana aku mengikuti The Twilight Saga dan Divergent. Aku menonton semua filmnya di bioskop, makanya kalau nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes via layanan streaming (nanti) feel-nya nggak akan nyampe. Heran juga mengapa filmnya cepat bocor, di TikTok potongan scene (yang bukan trailer) udah berkali-kali masuk FYP.

THE HUNGER GAMES TRILOGY


The Hunger Games adalah film yang diaptasi dari trilogy karya Suzzane Collins, ada 3 buku yang dirilis yakni: The Hunger Games, The Hunger Games: Catching Fire dan The Hunger Games: Mockingjay. Untuk The Hunger Games: Mockingjay dipecah menjadi 2 parts, sehingga dibutuhkan waktu 4 tahun untuk menyelesaikan trilogy-nya. sebagaimana yang terjadi pada Harry Potter and The Dealthy Hallows.

The Hunger Games bercerita tentang permainan mematikan dimana semua pesertanya saling membunuh untuk memenangkan permainan. Setting The Hunger Games adalah sebuah negara dystopia bernama Panem yang dipimpin oleh president Snow. Pusat pemerintahannya bernama Capitol yang ‘hidup’ di atas sokongan ke 12 distrik di bawahnya. Nggak usah ditanya seberapa jauh kesenjangan yang tercipta karena Capitol vs 12 distrik lainnya udah macem: aku pure blood – kamu mud blood.

tetap slay meski tiris

Distrik 1 – Luxury
Distrik 2 – Masonry 
Distrik 3 – Technology
Distrik 4 – Fishing
Distrik 5 – Power
Distrik 6 – Transportation
Distrik 7 – Lumber
Distrik 8 – Textiles 
Distrik 9 – Grain 
Distrik 10 – Livestock
Distrik 11 – Agriculture
Distrik 12 – Mining 
Distrik 13 – Nuclear (udah diberangus)

Setiap tahun Panem mengadakan The Hunger Games sebagai upaya mass control dimana setiap distrik mengirimkan 2 utusannya (1 laki-laki, 1 perempuan) yang dipilih melalui undian di Reaping Day. Semua anak yang mengikuti Reaping Day berusia 12-18 tahun, nggak ada pengecualian atau pun pengampunan bagi mereka yang mangkir.

Cerita bermula dari distrik 12, saat Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) mengajukan diri secara sukarela untuk menggantikan adiknya Primrose Everdeen (Willow Shields) yang terpilih pada Reaping Day di tahun pertamanya. Katniss dan Peeta Mellark (Josh Hutcherson) adalah tribute dari distrik 12 yang akan mengikuti Hunger Games ke 74 di Capitol, mereka dimentori oleh Haymitch Abernathy (Woody Harrelson) dan Effie Trinket (Elizabeth Banks).

definisi bahagia sendirian

Meski setiap distrik mengirimkan 2 tribute hanya ada 1 orang yang akan menjadi pemenangnya, to be honest… The Hunger Games memang timpang sejak awal. Distrik-distrik yang kaya mempersiapkan anak-anaknya dengan berbagai latihan yang akan membantunya saat menjalani Hunger Games. Sedang distrik-distrik kere, boro-boro memikirkan persiapan yang ada anak-anaknya pada kelaparan dan sakit-sakitan.

Singkat cerita Katniss dan Peeta memenangkan Hunger Games ke 74 dan kembali ke distrik 12. Sialnya, di tahun berikutnya mereka mesti mengikuti Hunger Games Quarter Quell yakni Hunger Games special edition yang diadakan setiap 25 tahun. Bhang-kek memang haha Katniss, Peeta dan tribute sekutunya kemudian bergabung dengan rebellion (pemberontak) di bawah Alliance yang dipimpin oleh president Alma Coin (Juliana Moore) di distrik 13. 


Aku nggak akan me-review film The Hunger Games trilogy ya karena pasti panjang banget… sampai sini aja udah lebih dari 750 kata. Sezuzurnya aku heran mengapa nggak pernah bikin post tentang The Hunger Games padahal doi adalah trilogy favorite-ku. Tribute favorite-ku adalah Johanna Mason (Jena Malone) dan Finnick Odair (Sam Claflin), BTW kalyan bisa baca post-ku tentang film Sam Claflin yang Me Before You disini.

Kalau kalyan ingin nonton The Hunger Games trilogy-nya bisa dicek niya layanan streaming kesayangan kalyan (termasuk jaringan link haram) harusnya sih udah ada. Kalau kalyan ingin baca buku fisik bisa dicari di Gramedia atau pinjam ke teman yang punya, sedang versi PDF-nya bisa dicari di IPusnas atau Shopee.

THE HUNGER GAMES: THE BALLADS OF SONGBIRDS & SNAKES


Karena belum membaca bukunya, aku belum bisa membandingkan keakurasiannya atau part mana aja yang nggak ada filmnya. Di The Hunger Games: Mockingjay part 2 Finnick nge-spill seculas apa president Snow dalam meraih dan mempertahankan kekuasaannya. Nah, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini adalah film yang menceritakan turning point-nya president Snow sebelum menjadi pemimpin Panem.

Coriolanus (Coryo) Snow (Tom Blythe) adalah seorang anak cerdas yang kehilangan kejayaan keluarganya pasca kematian ayahnya Crassus Snow saat terjadi pemberontakan di distrik 12. Coryo tinggal bersama neneknya (Finnoula Flaganan) dan sepupunya Tigris Snow (Hunter Schafer) di rusun, meski hidup ala BPJS Coryo berhasil mendapatkan nilai terbaik di akademi dan digadang-gadang akan mendapatkan Plinth Prize.

Sayangnya, tahun ini ada peraturan baru dimana Plinth Prize hanya bisa didapatkan melalui Hunger Games, semua siswa di tahun terakhir akademi mesti menjadi mentor bagi semua utusan distrik. Entah bagaimana sistem pengundiannya, namun Coryo berakhir menjadi mentor bagi Lucy Gray Baird (Rachel Zegler) tribute dari distrik 12.

FYI
Lucy Gray bukanlah warga asli distrik 12, ia adalah bagian dari kaum Covey yakni kaum pemusik yang nomaden. Keterlibatannya di Hunger Games terjadi karena cinta segitiganya dengan Billy Taupe dan Mayfair Lipp (Isobel Jesper Jones) yang mengingatkanku pada filter IG, errr… 10 tahun yang lalu. Pada ngeh nggak sih? di The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes, Suzzane Collins menamai karakternya dengan nama warna?


Secara timeline, The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini statusnya adalah prekuel dari The Hunger Games trilogy, that’s why arena-nya masih terbilang sederhana dan tribute-nya masih asal comot. Kasian banget… begitu sampai nggak dimandiin atau di papantes dulu, langsung ditaruh di kandang macem di kebun Binatang dengan keadaan salatri. 

Coryo yang memang BU berusaha keras untuk membuat Lucy Gray menjadi pemenang Hunger Games, meski mesti melakukan kecurangan. Beruntung Coryo beneran cerdas jadi doi bisa mengusahakan tribute-nya melewati Hunger Games dan menjadi pemenangnya. Tentcu ceritanya nggak berakhir disini, masih ada paruh kedua yang terasa bagai epilog karena klimaksnya udah dikeluarin duluan.

Scene Hunger Games-nya nggak begitu mendebarkan macem trilogy-nya, tapi gpp laya kan kita jadi tahu sesederhana apa arena-nya. Kalau Hunger Games-nya Katniss udah pake mutt, Hunger Games-nya Lucy Gray pake makhluk eksperimentalnya Dr. Volumnia Gaul (Viola Davis) yang kagak eling. Di masa itu Dr. Gaul-lah sedang mengembangkan Jabber Jay di labnya.

FYI
Jabber Jay adalah burung eksperimen yang ditujukan untuk merekam percakapan para pemberontak, lambat laun para pemberontak faham kemampuan Jabber Jay dan sengaja memberikan informasi palsu. Capitol yang kecele karena kegagalan proyeknya kemudian melepaskan Jabber Jay ke alam liar, dan Jabber Jay yang kawin dengan Mockingbird menghasilkan Mockingjay. That’s why, di masa depan Mockingjay menjadi simbol perlawanan.


Pertanyan selanjutnya,

APAKAH CORYO DAN LUCY GRAY SALING CINTA?

Well… meski banyak scene yang menunjukkan ketertarikan diantara keduanya, kurasa mereka hanya memanfaatkan momen aja alias symbiosis mutualism. Coryo membutuhkan Lucy Gray untuk memenangkan Hunger Games, Lucy Gray membutuhkan Coryo untuk selamat dari Hunger Games. Coryo yang naif akan cinta karena ngambis demi menaikkan derajat keluarga pada akhirnya menyadari bahwa: doi lebih butuh power ketimbang cinta.

HAHAHA

Mau ngatain: makan tuh power tapi nggak jadi. Doi makan power bisa jadi president cuiii… Lakita, makan cinta kenyang kagak, capek iya *astaghfirullah *bukan aku


Aku lebih bisa merasakan chemistry-nya Coryo dan Tigris ketimbang Coryo dan Lucy Gray, kemungkinan karena Tigris adalah orang yang tumbuh bersamanya dan selalu ada untuknya. Aku juga suka dengan chemistry-nya Coryo dan teman-teman akademinya terutama Clemmensia Dovecote (Ashley Liao) yang terkena ‘flu’. Bertanya-tanya apakah mereka tahu Coryo beneran misqueen atau hanya sarkas belaka?

BESTIE YANG MEREPOTKAN

Tadinya kukira Sejanus Plinth (Josh Rivera) adalah saingannya Coryo, kubilang begini karena namanya Janus. Di mitologi Yunani Janus adalah dewa yang memiliki 2 muka (depan dan belakang), karenanya Janus menjadi Januari yang membuka tahun sebab ia bisa melihat ke masa depan dan masa lalu. Kurasa Suzanne Collins memilih nama Sejanus untuk ngasih kisi-kisi pada kita bahwa: jangan mau jadi bestie-nya.

Pernah nggak sih kalyan bertanya-tanya mengapa rerata horang kaya bisa menjadi filantropis? Dibesarkan dengan privilege tentcunya membuat mereka lebih mudah untuk memaknai kehidupan dan itulah yang terjadi pada Sejanus. Sialnya, emosi Sejanus belum terkembang sempurna, yang mana membuat Coryo mesti membereskan kekacauan yang diciptakannya.


Sumvah aku KZL banget saat Sejanus muncul di kereta yang sama dengan yang Coryo naiki, macem… bjirrr… ngapain sih ngikut segala. Sejanus yang dibesarkan dengan privilege tentcu nggak faham bahwa idealismenya terasa indah karena berada di lingkungan yang nyaman. Ketimbang menjadi beban Coryo, kenapa Sejanus nggak mengikuti karir bapake dan memberontak di saat yang tepat sih? Ujung-ujungnya manggil emak yekan.

Selama nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes sezuzurnya daku salah fokus pada Coryo karena fitur wajahnya mengingatkanku pada Tom Felton aka Draco Malfoy. Aku juga setuju dengan netizen bilang bahwa Coryo yang botak mirip Eminem saat masih muda, apalagi saat ia menjadi peacekeeper dengan dog tag di lehernya.

before

after

JADI, APA YANG MENJADI TURNING POINT-NYA CORYO?

Scene dimana Coryo memburu Lucy Gray di hutan tentcu adalah halusinasinya, sekaligus representasi dari perasaannya yang awur-awuran. Moment ketika Coryo memilih kembali ke Capitol ketimbang kabur bersama Lucy Gray adalah moment saat Coryo menyadari bahwa ternyata nggak enak banget jadi generasi geprek haha Ada tanggung jawab yang menunggu, ambisi yang menggebu-gebu dan kesempatan yang nggak datang 2 kali.

Nggak ada yang tahu bagaimana Nasib Lucy Gray selanjutnya, apakah Coryo benar-benar membunuhnya di hutan, apakah Jendral Hoggs menangkap dan menyiksanya, apakah Lucy Gray berhasil kabur ke selatan, apakah Lucy Gray bersembunyi dan berganti identitas. Apakah Lucy Gray terpeleset dan tenggelam di danau. Yang kutahu… Lucy Gray telah bebas. 

aku, saat tahu biaya sewa bulan depan mau naik

FAVORITOS

Diantara semua tribute kostumnya Lucy Gray paling eye catching, bagus sih… tapi agak lebay aja gitu, aku malah lebih suka kostumnya Lamina (Irene Boehm) yang kagak neko-neko tapinya OK. Aku sukaaaa seragam akademinya Coryo yang berwarna merah ini, cutting-annya cakep banget dan desainnya unisex. Aku udah Googling namun nggak menemukan warna merah apa yang dipake, tadinya kupikir ini Crimson Red, tapi kadang agak gelap macem Bloody Red, please semesta algoritma kasih aku pencerahan…


yang mana coba?

BEST OF THE BEST

Kalau kalyan mengikuti The Hunger Games trilogy kalyan mesti banget nonton The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes ini, tapi kalau nggak mengikuti pun gpp karena ceritanya nggak parallel banget. Semua lagunya Lucy Gray dinyanyikan oleh Rachel Zegler secara live, makanya ada beberapa part yang terdengar agak cringe. Eh iya, Lucy Gray adalah penyanyi original lagu The Hanging Tree yang dinyanyikan Katniss di propo pemberontakannya, makanya begitu president Snow mendengarnya langsung jauh panineungan wkwkwk.

Kurasa kali ini Lionsgate berhasil menghidupkan franchise yang pernah hype di masanya, nggak ada yang mengira prekuelnya akan sebagus ini. Dulu aku mengikuti The Hunger Games trilogy karena visualisasi dystopia-nya nyampe, konsep distriknya matang, aturan Hunger Games-nya jelas, atmosphere yang diciptakannya cukup gelap untuk market remaja dan Katniss adalah Jennifer Lawrence.


FYI
Jennifer Lawrence pernah dikritik fans-nya The Hunger Game karena dianggap terlalu tua dan gemoy, memang… tapi kita nggak bisa membayangkan aktris lain menjadi Katniss yekan.

Di bawah ini adalah list film The Hunger Games yang dari yang (menurutku) OK banget ke yang OK aja.

1. The Hunger Games: Catching Fire (2013)
2. The Hunger Games (2012)
3. The Hunger Games: The Ballads of Songbirds & Snakes (2023)
4. The Hunger Games: Mockingjay Part 1 (2014)
5. The Hunger Games: Mockingjay Part 2 (2015)

Terima kasih udah membaca sampai akhir, hari ini kalyan udah membaca post yang tersusun dari lebih 2000 kata. Keeps the good work… Semoga kalyan bisa lebih banyak membaca ketimbang scrolling TikTok.

Propo – istilahnya Plutarch Heavensbee untuk propaganda.
All the pictures were taken from Lionsgate's social media.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
source

Hello~

Sejak minggu lalu di feed Pinterest-ku nyempil gambar-gambarnya Alexa Chung, kemungkinan gegara aku searching sepatu mulu, yaiyalah… Waas aja gitu guise 😅… berasa disuntrungin ke era 2000an, dimana doi menjadi fashion inspiration-nya rang-o-rang. FYI, saat itu Alexa Chung adalah pacarnya Alex Turner (pokalisnya Arctic Monkey) sayangnya kini mereka udah bubar jalan dan menjalani hidup masing-masing.

Entah angan-anganku ketinggian atau memang sulit tergapai, namun menjadi Alexa Chung salah satu wish list-ku 😂. Setiap kali melihat gambarnya, aku merasa: this is what I want 😍… jadi cewek cakep yang style-nya keren (not to mention, the one and only Alex Turner 😆). Aku suka personal style-nya Alexa Chung yang casual, chic and a little bit quirk ✨👌🏻, yang mana masih okay untuk diadaptasikan oleh rakyat jelita sekalyan.


Menurutku, personal style-nya Alexa Chung terasa nggak pernah gagal karena masih berada dalam batas aman dan nyaman, aman untuk budget dan nyaman untuk dipake bahkan di negara tropis. Di era 2000an agak sulit menemukan straight denim dan sepatu Mary Jane yang mirip dengan punyanya Alexa Chung, kalau pun ada pasti out of budget mahasiswi banyak tugas. Sekarang mah udah banyak ya... 😊.

Oh ya, #alexachungcore adalah fashion stuff yang menjadi ciri khasnya Alexa Chung, yang kalau kita pake niscaya berasa jadi titisannya 😆. FYI, Mary Jane adalah model sepatu dengan strap di punggung kaki, yang seiring perkembangan zaman turut berkembang desain turunannya. Sepatu Mary Jane yang menjadi #alexachungcore adalah sepatu Mary Jane Kina berwarna merah dari brand Carel (Paris).

yang Alexa Chung pake - yang paling keren - yang aku mau

xilau men...

Karena #alexachungcore ini aku jadi kepikiran untuk beli sepatu Mary Jane *mendadak impulsive 😅. Aku dari tadi tuh pikir-pikir, mending beli apa nggak nih sepatu Mary Jane 😆. Desainnya okay untuk daily use dan cakep, apalagi kalau kakinya kagak burik dan gosong. Udah lama juga yekan aku nggak beli sepatu cewek yang bertali-tali, kayanya terakhir beli 5-6 tahun yang lalu. *aku ingin pembenaran 😌 *suapi egoku 😀.

Kenapa di rentang waktu 5-6 tahun aku nggak beli sepatu cewek? Karena kurasa sneakers lebih mampu mengakomodir kebutuhanku akan alas kaki yang bisa digunakan di berbagai surface, ditambah lagi musim pancaroba nggak kelar-kelar. Selain itu aku sempat remote working selama 2 tahunan, yang mana membuatku jarang keluar rumah.


Kekurangan sepatu cewek byasanya adalah: material-nya tipis, jadi sering bikin lecet di bagian atas tumit, kalau lecetnya dibiarkan bisa meninggalkan bekas yang nggak enak dilihat. Untuk kita yang udah biasa pake sneakers, sole-nya yang flat akan terasa kurang nyaman. Kalau jadi beli sepatu Mary Jane (apfah? Yakin nggak mau jadi titisan Alexa Chung? 😆) kayanya aku akan beli 2 item ini.

Heels pad
Heels pad ini dipake untuk meminimalisir lecet di bagian tumit atas yang disebabkan oleh gesekan material di kulit. Untuk sepatu cewek byasaya pake yang lurus menyesuaikan dengan pinggiran sepatunya, kalau kepepet bisa pake panty liner cuma memang mesti di-double karena tipis banget.

Insole
Insole ini dipake untuk memberikan kenyamanan pada kaki, terutama kalau udah terbiasa pake sneakers. Untuk insole usahakan pilih yang ada cushion di bagian medial (dalam) biar menyesuaikan dengan ergonomi kaki yang dinamis. Kalau kalyan flat footed usahakan pilih yang non cushion ya, kan kakinya udah datar. Byasanya insole ini pake ukuran standar (all size) jadi kalau ukurannya kurang pas bisa digunting.

FYI. Kalau kalyan beli sepatu kebesaran 1 size atau lebih 2-3 mm, bisa diakali pake insole ini.


Secara Mary Jane Carel out of budget ya, so… aku akan mencari di e-commerce aja. Let me know kalau kalyan punya rekomendasi brand yang OK, please bantu aku menjelma menjadi titisannya Alexa Chung 🙏🏻😂.

credits: Carel & Alexa Chung
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates