Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.


Cuckoo Clock atau yang dalam bahasa Indonesia disebut Jam Kukuk adalah sebuah jam unik yang menggunakan suara burung sebagai bunyi loncengnya. Pada waktu-waktu tertentu (tergantung setelan), alih-alih berdentang jam tersebut akan berbunyi ‘kukkuuuuuk... kukkuuuuuk... kukkuuuuuk...’ seperti suara burung, lalu dari dalam jam akan muncul burung kecil yang akan keluar masuk sebanyak beberapa kali.

Cuckoo Clock memiliki 2-3 buah bandul yang berfungsi untuk mengatur waktu, mengatur bunyi dan keluar masuknya burung serta mengatur musik pengiring. Untuk fungsi yang terakhir biasanya Cuckoo Clock menggunakan lagu pengiring “Edelweis” atau The Happy Wanderer”. Bandul yang terdapat di Cuckoo Clock biasanya berbentuk buah pinus dan terbuat dari besi, fungsinya adalah sebagai pemberat dan pengatur jam karena Cuckoo Clock tidak menggunakan baterai atau listrik.

Agar Cuckoo Clock bekerja dengan semestinya pengguna perlu menarik bandul yang terdapat di tengah-tengah jam. Ada 2 jenis Cuckoo Clock yang dikenal masyarakat saat ini yaitu Cuckoo Clock harian dan Cuckoo Clock mingguan, perbedannya terletak pada waktu penarikan bandul. Bandul Cuckoo Clock harian ditarik setiap 24 jam sekali sedangkan bandul Cuckoo Clock mingguan ditarik setiap 8 hari sekali.


Philipp Hainofer adalah orang yang dikenal sebagai pencetus jam bersuara burung sedangkan yang  berhasil mengaplikasikan ide tersebut pada jam adalah Domenico Martinelli. Namun design Cuckoo Clock sendiri terlahir dari tangan Franz Anton Ketterer, seorang pengrajin  yang berasal dari Black Forest Jerman dengan ide awal ingin mendengarkan kicauan burung di musim dingin.

Material utama Cuckoo Clock adalah kayu linden yang banyak terdapat di hutan-hutan Eropa, keunggulannya kayu linden adalah sifatnya yang mudah dibentuk sehingga memudahkan pengrajin untuk membuat ukiran dan ornaments yang rumit. Sampai saat ini daerah Black Forest merupakan produsen Cuckoo Clock terbesar dengan kota Furtwangen sebagai pusatnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan permintaan pasar design Cuckoo Clock semakin beragam tergantung selera. Bila dibandingkan dengan Cuckoo Clock yang terbuat dari kayu murni dengan design yang klasik nan rumit, Cuckoo Clock yang terbuat dari plastik dan menggunakan tenaga baterai lebih mudah ditemukan karena harganya yang lebih murah,

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Duhh ... Mbak Adele, kapan mau move on?


Hello, it's me
I was wondering if after all these years you'd like to meet
To go over everything
They say that time's supposed to heal ya, but I ain't done much healing

Hello, can you hear me?
I'm in California dreaming about who we used to be
When we were younger and free
I've forgotten how it felt before the world fell at our feet
There's such a difference between us
And a million miles

Hello from the other side
I must've called a thousand times
To tell you I'm sorry for everything that I've done
But when I call you never seem to be home

Hello from the outside
At least I can say that I've tried
To tell you I'm sorry for breaking your heart
But it don't matter, it clearly doesn't tear you apart
Anymore
Hello, how are you?

It's so typical of me to talk about myself, I'm sorry
I hope that you're well
Did you ever make it out of that town where nothing ever happened?
It's no secret that the both of us
Are running out of time

So hello from the other side
I must've called a thousand times
To tell you I'm sorry for everything that I've done
But when I call you never seem to be home

Hello from the outside
At least I can say that I've tried
To tell you I'm sorry for breaking your heart
But it don't matter, it clearly doesn't tear you apart

Anymore, ooooohh
Anymore, ooooohh
Anymore, ooooohh
Anymore, anymore

Hello from the other side
I must've called a thousand times
To tell you I'm sorry for everything that I've done
But when I call you never seem to be home
Hello from the outside

At least I can say that I've tried
To tell you I'm sorry for breaking your heart
But it don't matter, it clearly doesn't tear you apart
Anymore
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Menyambut Haloween, tahun ini Columbia Pictures memilih untuk merilis film yang diadaptasi dari novel horror anak remaja yang (pernah) booming hampir 30 tahun lalu, Goosebumps.

Bergaya Sebelum Mati, Guru Monster, Sekolah Hantu, Menara Teror, Kutukan Bangsa Viking,

Bagi sebagian orang judul-judul diatas mungkin sangat familiar, ya judul-judul tersebut merupakan beberapa judul dari serial Goosebumps karya R. L. Stine. Selain karena ceritanya yang seram dan twist ending serta cover illustration nya yang eye catching dan mengerikan menjadi salah satu ciri khas Goosebumps yang tak terlupakan.

Pada masa itu Goosebumps merupakan bacaan horror standar yang wajib dimiliki oleh anak remaja, sekurang-kurangnya mereka pasti pernah membaca Goosebumps, entah itu meminjam dari teman atau bahkan menumpang baca di toko buku.

Tentu saja Goosebumps bukan satu-satunya serial horror yang digemari oleh para remaja, ada Anonymorph dan sederet serial horror lainnya. Akan tetapi bisa dikatakan Goosebumps adalah yang paling digemari, bahkan saking populernya R.L. Stine juga sampai merilis Goosebumps dalam format yang menarik.

Dalam salah satu bukunya yang berjudul Karnaval Hantu, R.L. Stine menempatkan pembaca sebagai tokoh utamanya dan membiarkan mereka (pembaca) menentukan alur cerita sesuai dengan keinginannya, agak membingungkan ya?

Jadi, pembaca akan dihadapkan pada beberapa pilihan pada setiap halamannya, setiap pilihan mengarahkan pada halaman tertentu, dan tetap seperti itu sampai akhirnya pembaca bisa menyelesaikan buku tersebut. Tak usah khawatir, apapun pilihannya R.L. Stine akan mengarahkan pembacanya pada plot pilihannya, (karena) ia tak akan membiarkan pembacanya melewatkan monster-monster ciptaannya.

Dengan dirilisnya Goosebumps The Movie ini seakan-akan memberikan angin segar bagi dunia perfilman Hollywood dalam genre film horror, yang kini didominasi dengan remake film-film jadul.

Bagi yang pernah menghabiskan masa kecilnya dengan membaca Goosebumps mungkin agak terkejut sekaligus senang dengan dirilisnya Goosebumps The Movie ini, apalagi kalau bukan untuk bernostalgia dengan cerita-cerita seram ala R. L. Stine.

Goosebumps The Movie sendiri berkisah tentang Zach Cooper yang baru saja pindah ke sebuah kota kecil, ia bertetangga dengan Hannah yang ternyata adalah anak dari R. L. Stine, penulis buku terkenal Goosebumps, yang aneh dan misterius. Sebenarnya, semua monster dan hantu yang ada di bukunya adalah nyata, R. L.  Stine berusaha untuk menjaga agar mereka tetap berada di dalam buku.
Suatu hari tanpa sengaja Zach dan Hannah serta seorang temannya yang bernama Andy melepaskan monster dan hantu yang terkurung ribuan tahun lamanya. Kekacauan pun segera terjadi, Nah, tugas mereka adalah mengembalikan monster dan hantu tersebut ke tampat asalnya.

Monster dan hantu yang terdapat dalam Goosebumps The Movie bukanlah monster dan hantu baru, yang baru saja diciptakan khusus untuk film tersebut, melainkan monster dan hantu yang pernah muncul dalam serial Goosebumps.

Coba dilihat trailer nya


Karena semua monster dan hantu pernah mendapatkan tempat di hati pembacanya, mungkin penonton akan sedikit kecewa, tidak semua monster dan hantu bisa ditampilkan karena  durasi yang terbatas. Beberapa belas tahun yang lalu sebenarnya sudah pernah ada serial TV Goosebumps, dari ke 62 buku Goosebumps (seingat saya) tidak semuanya diangkat ke layar kaca. Semoga saja dengan hadirnya Goosebumps The Movie ini akan menarik minat para sutradara untuk membuat remake serial TVnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

The most epic scene in my home when it’s rain. In rainy seasons we prefer to moving out the clothes inside than outside because sometimes (or several times) I forgot about it hehe ... I don’t need to check again and again if it’s in, less worries for me. Furtunately my house still had an empty space for urgent case such as this conditions, actually we used it for put some unusable goods before, but my aunty changed it into indoor drying space yesterday, we moved out some stuff into the walls and nailed the rope in the other side of walls, still amateur but at least it could be more effective to drying the clothes.

So, it’s mine ... what’s yours?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Yang kau baca saat ini adalah versi upgrade dari review film The Great Gatsby.

***

Hello~

Meski udah sering main di film yang bagus Leonardo DiCaprio baru 1 kali memenangkan Academy Awards (Oscar) untuk katagori The Best Actor yakni untuk film The Revenant di tahun 2015. Film Leo pertamaku tentcu adalah Titanic, ngaku deh… siapa yang nonton Titanic sembunyi-sembunyi juga? Aku bukan fans-nya Leo tapi aku cukup mengikuti film-filmnya, ketimbang The Revenant aku lebih suka The Wolf of Wall Street, Catch Me If You Can dan The Great Gatsby.

Sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa, kurasa The Great Gatsby memiliki complete package yang membuatnya memorable, alur ceritanya okay, cast-nya okay, set-nya apalagi. Sayangnya, di Academy Awards 2014 saingan doi adalah: Gravity, 12 Years A Slave, Dallas Buyer Club dan Her. Maap… hamba undur diri hehe The Great Gatsby adalah film adaptasi dari novel berjudul sama karya F. Scott Fitzgerald yang diterbitkan pada tahun 1925, bercerita tentang kiprah ((KIPRAH)) Jay Gatsby seorang milyuner muda demi mendapatkan cinta Daisy Buchanan.

Apa yang membuat The Great Gatsby sebegitu ikonik dan dijadikan referensi sana sini? IMHO, karena The Great Gatsby merupakan ilusi sempurna dari American Dream yang diidamkan oleh semua orang.

The Great Gatsby dinarasikan oleh Nick Carraway (Tobey Maguire) yang baru aja pindah ke New York, ia menyewa sebuah rumah di Long Island dan bertetangga dengan Jay Gatsby (Leonardo DiCaprio), seorang milyuner misterius. Tak ada yang tahu siapa Gatsby sebenarnya atau bagaimana ia mendapatkan kekayaannya, yang orang tahu Gatsby adalah party hoster yang mengadakan pesta meriah setiap malam.

Yha~ di masa kini Gatsby adalah owner skin care yang gemar flexing.

Nick memiliki sepupu bernama Daisy Buchanan (Carey Mulligan) yang menikah dengan Tom Buchanan (Joel Edgerton), mereka tinggal tepat di seberang rumah Gatsby. Suatu hari Daisy mengundang Nick ke rumahnya, bermaksud mencomblangkannya dengan Jordan Baker (Elizabeth Debicki) seorang golfer amatir sekaligus sahabatnya. Dari Jordan, Nick mengetahui bahwa Tom berselingkuh dengan Myrtle Wilson (Isla Fischer) yang bersuamikan George Wilson (Jason Clarke).



Suatu hari Nick mendapat undangan pesta dari Gatsby, karena belum memiliki banyak teman ia mengajak Jordan. Betapa terkejutnya mereka saat mengetahui siapa Gatsby, Nick mengenal Gatsby sebagai rekannya saat bertugas di WW1, sedang Jordan mengenal Gatsby sebagai mantan kekasih Daisy. Iye. Gatsby dan Daisy pernah berkisah dan lost contact saat Gatsby bertugas di WW1,

Daisy yang mengira Gatsby telah meninggal memutuskan untuk menikah dengan Tom, ironisnya, Daisy menerima surat dari Gatsby sehari sebelum pernikahannya. Kepada Nick, Gatsby mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan Daisy, ia juga bercerita bahwa ia sengaja membeli rumah di seberang rumah Daisy dan mengadakan pesta meriah setiap minggunya, berharap suatu saat nanti Daisy akan datang.

Nick pun mengatur pertemuan untuk Gatsby dan Daisy di rumahnya, salah satu scene terbaik yang pernah kulihat adalah living room Nick yang didekorasi ala taman bunga. Cantik. 


Pertemuan itu adalah awal dari pertemuan-pertemuan lainnya, Daisy bahkan akhirnya datang ke pesta yang diadakan oleh Gatsby. Scene Daisy yang kegirangan dilempari pakaian oleh Gatsby adalah scene yang kurasa sangat jujur dalam merepresentasikan Daisy yang realistis. Meski saling cinta mereka berdua sebenarnya beda kasta, alasan yang sama mengapa Daisy tetap menerima Tom meski tahu doi sering berselingkuh.

Untuk memuluskan hubungan mereka Gatsby meminta Daisy untuk jujur kepada Tom, Daisy pun setuju dan mengajak Gatsby untuk menemui suaminya Plaza Hotel. Sayangnya, Daisy nggak mampu berkata-kata dan memilih untuk diam meski Gatsby udah ngode-ngode "ayo dong ngomong". Situesyen yang rikuh ini bikin mereka semua nggak nyaman, ditambah lagi Tom yang me-reveal statusnya Gatsby yang merupakan penjual barang illegal.


Daisy dan Gatsby pulang lebih dulu namun kendaraan mereka malah menabrak Myrtle saat melewati Valley of Ashes. Tom yang mengikuti dari belakang kemudian mengatakan kepada Georga bahwa yang menabrak Myrtle adalah Gatsby, bhang kek memang priya yang satu ini... George yang gelap mata kemudian mendatangi rumah Gatsby dan menembaknya sebelum akhirnya ia bunuh diri. Diantara semua orang di kota itu hanya Nick yang dengan sukarela mengurus pemakaman Gatsby.

Dan Daisy? Ia kembali menjalani hari-harinya bersama Tom.

Pada akhirnya The Great Gatsby adalah cerita tentang 2 orang brengsek yang menjalani hari-hari seperti biasanya. Keduanya bahkan cukup egois untuk mengabaikan fakta bahwa ada orang-orang yang terluka karena ulah mereka. Sialnya mereka nggak cukup peduli dan memilih untuk segera berpindah kota demi memulai hidup baru, nggak salah sih... karena konsepnya rekonsiliasi pernikahan but it cost too much btw. 

Aku suka set-nya yang megah dan cakeeppp... perfecto! The costume, furniture, decoration, and so on. This movie set is in Art Deco style, with so many geometric shapes and lines inside, and the color tone is neat and classy. I love Jordan to Daisy's outfit because her style is more elegant than Daisy which is more feminine.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates