Not Friends

by - February 10, 2024


Hello~ ma fren…

Beberpa minggu lalu aku nonton Not Friends di BEC sepulang kerja, nggak kuku euy baca review-nya rang-o-rang yang bilang filmnya bagus. Tadinya aku mau nonton di Kings aja biar dekat, eh saat dicek nggak ada jadwalnya dongs padahal sama-sama CGV *iyeee beda market *heu 😅. Aku memilih nonton di BEC yang lokesyennya masih dekat, hanya sekali naik TMP yang bulan ini gratis karena masih dalam proses serah terima pengelolaan ke PEMDA. Sezuzurnya aku herman mengapa harga tiketnya bisa 20K aja? Tapi aku sih yes ya 😉.

aku kepada CGV

Setelah berkali-kali nonton film Thailand aku sampai pada kesimpulan bahwa mereka ‘main’ banget niya di genre remaja dan komedi. Favorite-ku tentculah A Little Things Called Love dan Hello Stranger, entah kenapa kalau ada Sudarat Butrprom filmnya jadi rame padahal dia nggak ngapa-ngapain 😂. Oh ya, jangan lupakan Thai ads yang bisa bikin kita ngakak karena idenya yang agak out ouf the box atau bikin kita terharu saking tersentuhnya.

FYI. Thailand adalah satu-satunya negara anggota ASEAN yang nggak pernah dijajah.

Not Friend adalah film ber-genre coming-of age yang menceritakan tentang persahabatan yang terjalin antara teman yang (sebelumnya) nggak berteman. Adalah Pae (Anthonny Buisseret) yang mesti pindah sekolah karena suatu insiden receh *cebel deh 🥲. Di sekolah barunya Pae duduk di sebelah Joe (Pisitpol Ekahongpisit) yang friendly kek Vidi, sayangnya Joe meninggal nggak lama kemudian. Tentcunya mereka semua merasa kehilangan Joe, apalagi ini adalah tahun terakhir mereka di sekolah.



Pae yang ingin memperbaiki nasib (karena nggak tertarik meneruskan usaha bapake bikin tepung) mendapatkan info mengenai lomba membuat film pendek yang hadiahnya: bisa masuk unversitas tanpa tes. Pae kemudian memilih shortcut ini dan berencana membuat film pendek untuk mengenang kematian Joe. Hmm… sus banget nggak sih 😁. Apakah duduk bersebelahan selama sebulan otomatis menjadikan mereka bestie? Maap banget nih Pae, teman yang udah duduk bersebelahan selama 3 tahun denganku bukanlah bestie-ku 🥲.

Proyek film pendeknya ini mengantarkan Pae bertemu dengan Bokeh (Thitiya Jirapornslip) bestie-nya Joe saat SMP, Bokeh yang tahu niat tersembunyi Pae kemudian mengancam Pae. Sialnya, karena proyek film pendeknya udah tersebar sana sini, pihak sekolah pun dengan senang hati mendukungnya, fakkk banget laini dramatisasinya haha… 🤣. Saat niat pengakuan dosa berubah menjadi orasi, gilsss… sungguh sangat menggugah, terutama scene yang ada dialog ini:


"Ada 2 hal yang paling kusukai, teman... dan film"

Karena udah kadung mendapatkan dukungan, mau nggak mau Pae dan Bokeh melanjutkan proyek film pendek ini. Dalam waktu singkat mereka berhasil mendapatkan kru hanya bermodalkan iMac, bhang-khek memang… 🤣. Kusuka scene mereka merapats paska diperbolehkan pake iMac. Sebelum memulai syuting mereka bikin dokumentasi kru, gesture-nya Art ngena banget ya saat menjelaskan mengapa ia mau menjadi kru, mewakili kita banget ya 😂😂😂.


"Aku hanyalah manusia biasa yang menyukai film"

Susunan kepanitiaan film Joe

Director Pae
Cameramen Bokeh
EditorThanon (Poon Mitpakdee)
SoundBoom (Jirapat Siwakosit)
Props 1 – Pop (Pananchanok Wattanavrangkul)
Props 2 – Art (Pathaseth Kooncharoen)

Kalyan ngeh nggak sih nama asli dan nama panggilan orang Thailand bedanya jauh banget? Ujug-ujug jadi Pearl, ujug-ujug jadi Jewel, ujug-ujug jadi Top, ujug-ujug jadi Happy 🤔.

Not Friends ini terbagi menjadi 3 paruh waktu yang ditandai dengan 3 hasil editing yang berbeda. Skripnya diadaptasi dari cerita pendek yang ditemukan oleh Pae di hardisk-nya Joe, scene Pae mencoba mengekstraksi ide di PC sungguh sangat relata laya 😆. Aku suka saat mereka syuting di sekolah, lucu dan menyenangkan. Beberapa scene syuting diadaptasi dari referensi popular macem Tenet dan One Piece.




Untukku paruh 1 dan 2 aman banget karena bisa bikin kita (penonton) ketawa mulu, namun paruh 3 agak flop karena eksekusi konfliknya kurang memuaskan. Paruh 3 ditandai dengan kemunculan Ohm (Ingkarat Damrongsakkul) yang meski nggak ngapa-ngapain sanggup bikin Pae dan Bokeh berantem. Mereka dihadapkan pada plot twist yang sebenarnya plot twist, puyeng nggak tuh membereskan cerita yang ternyata udah terpelintir sana sini 🥺.

Keputusan memasukkan karakter di paruh 3 memang bikin degdegan, antara bisa bikin filmnya bagus atau malah berantakan. Untukku Not Friends ini 50:50, di satu sisi eksekusi ending-nya flop banget namun di sisi lain ending-nya udah sesuai dengan kondisinya Pae yang awur-awuran paska semua hal yang dilakukannya nggak berjalan sesuai rencana. Kita memang harus kasih jeda dulu untuk memahami mengapa eksekusi ending-nya nggak sesuai ekspektasi.




Eksekusi ending-nya yang sederhana memang nggak bisa mengimbangi paruh 2 dan 3 yang mengangkat ekspektasi sebegitu tinggi. Sebagai teman yang duduk bersebelahan selama sebulan Pae nggak memiliki keterikatan macem Bokeh dan Joe, makanya wajar kalau Pae lebih… apa ya… realistis. Namun sebagai sutradara Pae udah mengusahakan yang terbaik, satu hal yang mesti diingat adalah bahwa ia nggak bisa menyenangkan semua orang, termasuk penonton 😁.

Oh ya, ada banyak hal yang kusuka dari Not Friends salah satunya adalah scenes yang hidup dan detail. Macem saat Pae dan Bokeh mengunjungi kamar Joe, air minum yang tersisa di gelas, stationary yang berantakan, kabel charger yang dibiarkan terpasang dan angin sepoi-sepoi yang berhembus dari jendela.


Tyada hal yang ingin kutulis sebagai penutup post ini, selain:

Long live cinema~

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~