Hello~
Memasuki musim penghujan ini udah saatnya kita mempersiapkan pancaroba kit, anginnya nggak enak dan hujannya labil banget 🥲. Menuju tengah hari bisa dipastikan cuaca gloomy ala-ala, byasanya hujan tipis-tipis tapi kadang hujan lebat, makanya nggak heran kalau bis terlambat datang gegara banjir 🌊.
So far, aku udah melewatkan banyak film bagus… entah kenapa belakangan ini aku malay ke bioskop, ada aja alasan mengapa aku lebih memilih melewati hari dengan rebahan di kamar ketimbang pergi ke bioskop. Aku juga udah nggak terlalu mantengin drakor, series apalagi, yang kuinginkan hanyalah selimutan sambil menunggu hujan reda 🤭.
Minggu lalu sepulang ngantor aku mampir ke BEC dulu karena ada yang mesti diurus, begitu urusanku kelar eh malah hujan, bukan hujan tipis-tipis ya melainkan hujan lebat. Ketimbang menunggu di bus stop aku memilih untuk menunggu di Gramedia sambil melihat-lihat buku kali aja yang menarique. Bahkan sampai aku bosan pun, bis yang kutunggu masih belum datang dan hujan masih belum reda.
Yha~ kadung udah kesini, kupikir nggak ada salahnya kalau nonton dulu sebelum pulang, toh pada akhirnya aku nggak akan pake bis yekan. Sambil jalan ke BEC aku mengecek film yang jam tayangnya dekat, beruntung masih tersisa 1 seat di row tengah untuk Mencuri Raden Saleh. Kalau nonton di bioskop aku selalu mengusahakan seat yang sejajar dengan screen, biar nggak siwer.
Flashback dikit niya. Saat kuliah aku dan Icunk pernah nonton Harry Potter di BIP karena tiketnya OTS kita kebagian seat pinggir agak depanan dikit. Bukan pengalaman yang menyenangkan ya karena selama nonton kita duduknya mesti miring karena nggak sejajar dengan screen, mana kepalanya mesti nenggak pula. Pulangnya kita pusing dan kompak sakit leher 😂.
Salah satu hal yang menyebalkan dari menonton di bioskop adalah penanyangan trailer sebelum filmnya dimulai. Eh, ini khusus trailer film horor ya. ZBL banget pokoknya kalau jalan lewat screen pas di bagian jump scare, rasanya ingin “hap!” langsung duduk di seat. Berasa dikejar-kejar aja gitu 😂 Sebelum film Mencuri Raden Saleh dimulai hanya ada1 trailer yang ditayangkan yakni Jagat Arwah. Kalau melihat visualisasi lelembutnya yang dibuat beragam aku sih tertarik tapi tetap ya nggak berani nonton sendiri 😱.
Untuk mempersingkat intro, marki-view Mencuri Raden Saleh…
So far, film bertema heist yang menurutku masih okcey untuk ditonton masihlah trilogy Ocean dan Italian Job, sedang untuk series-nya Money Heist. Jadi ya standarku adalah mereka ini. Seingatku, Mencuri Raden Saleh udah di-sounding 1-2 tahun sebelumnya, yang sayangnya karena pandemi mesti tertunda. Sejujurnya aku agak skeptis, khawatir kalau filmnya anyep karena tema heist ini adalah tema pendatang baru.
Mencuri Raden Saleh ini bercerita tentang komplotan amatir yang dipaksa keadaan untuk mencuri lukisan Raden Saleh.
Adalah Piko (Iqbaal Ramadhan) dan Ucup (Angga Yunanda) pasangan bromance yang seringkali dicemburui oleh Sarah (Aghniny Haque). Piko adalah seorang mahasiswa semester akhir yang BU karena ingin membuka kembali kasus yang menjerat bapake (Dwi Sasono), ia nyambi dengan menduplikasi lukisan dan menjualnya melalui Ucup seorang so-called hacker.
Anggaplah mestakung, suatu hari Ucup dan Piko ditawari oleh Dini (Atiqah Hasiholan) seorang kurator seni untuk menduplikasi lukisan Raden Saleh yang berjudul: Penangkapn Pangeran Diponegoro. Si buyer yang kemudian diketahui sebagai Permadi (Tyo Pakusadewo) yakni mantan presiden Indonesia memberikan tantangan untuk menukarkan lukisannya Piko dengan lukisan aslinya.
Tenang pemirsa… Ucup cs hanya diminta merekrut member dan menyusun rencana cangkangnya aja, master plan-nya mah udah disiapkan oleh Permadi. Beliau sadar yaini eksekutornya adalah krucils tanpa pengalaman. Maka dimulailah sesi belanja member… *sesi penting-nggak-penting sekaligus sesi pengenalan skill. Ada Sarah pacarnya Piko, Gofar (Umay Shahab) dan Tuktuk (Ari Irham) kakak beradik beda emak dan Fella (Rachel Amanda).
Yang kurasakan saat menonton film bertema heist, kebanyakan film lebih memperlihatkan betapa ‘wah’nya cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, kadang objek yang dicurinya malah tampak B aja alias yagitu weh. Kita disibukkan dengan detail remeh-temeh hingga mengesampingkan esensi dari filmnya sendiri. Sebagai penonton, aku cukup mendapatkan informasi mengenai lukisan Raden Saleh dari narasinya Piko.
Kupikir keputusan membuat eksekusi rencana mereka berantakan sangatlah tepat, sebagai newbie yang baru nyemplung rasanya too good to be true kalau rencana mereka sampai berhasil. Memang, nothing is impossible tapi ya nggak realistis. Selalu ada kali pertama untuk semua hal bukan? Dan komplotan pencuri amatir ini mesti belajar dari kesalahan mereka.
Kalau ada yang kusuka dari Mencuri Raden Saleh itu adalah keputusan Angga Sasongko mengoptimalkan cast yang segitu-gitunya. Kubilang begini karena di film bertema heist yang pernah kutonton, rerata dalam satu komplotan hanya 2-3 orang yang benar-benar dipake sisanya hanya cameo belaka yang membuat pembagian porsinya jadi nggak balance.
Kita semua faham bahwa Serabi original dengan topping Oncom dan telur itu udah nikmeh dari kodrat, namun saat ditambah topping lainnya macem Abon, Mayonaise, Ayam Rica atau Ayam Teriyaki rasanya malah bikin bingung. Too much dan kehilangan esensinya. Inilah yang kurasakan ketika menoton Mencuri Raden Saleh, paruh pertama memang mengasyikkan, namun di paruh kedua aku merasa ada tekanan untuk memasukkan sub-cerita lain yang membuatnya bercabang 🌴.
Paruh kedua kutandai dengan bebasnya Tuktuk dari penjara, momen dimana mereka menyusun rencana balasan atas kekalahannya. Semuanya terasa begitu cepat sampai aku nggak yakin Piko sempat mengajukan perpanjangan cuti kuliah.
Kalau ada yang membuatku ZBL itu adalah flirting-nya Ucup ke Fella, cringe cringe hadeh gimana gitu, mana konsisten dari awal sampai akhir. Aku nggak tahu apakah karakter Ucup memang dibuat flirty, tapi ya… jangankan merasa tergugah yang ada aku il-feel duluan. Yha~ aku bukan market-nya Ucup 🤣. Yang kukecengin di film Mencuri Raden Saleh hanyalah Aghniny Haque.
Ohya, sejauh yang kurasakan product placement-nya film mencuri Raden Saleh cukup matang, sponsor-nya reliable dan nyambung dengan kebutuhan cerita. Kecuali… Fullo 🤔. Kurasa scene Gofur dan Fella rebutan Fullo udah cukup mewakili product placement-nya, namun scene Gofur ngemil Fullo berkardus-kardus sukses membuat iman teguncang. Macem… Gofur tuh faham nggak sih kalau ingin kenyang mah makan nasi bukan ngemil Fullo? Yakin ngga ‘kan spaneng? 🤣.
Di pestanya Permadi, Sarah tetiba coy dengan cowok yang nggak jelas juntrungannya namun mau-maunya ikutan gelut. Yang ada di otakku: Hey… dia siapaaa? Asli, nggak ada intro tetiba coy begini bikin aku KZL, tapi lalu kusadar apakah ada rencana terselubung untuk membuat sekuel film Mencuri Raden Saleh? Tapi kalau boleh menyarankan mending dibikin series-nya aja, biar writer-nya ada kesempatan untuk mengeksplorasi karakter dan membenahi naskah.
To be honest, kurasa akan lebih baik kalau Permadi menjadi mantan pejabat ketimbang mantan presiden. Toh, pejabat masa kini bisa mengoleksi barang antique bahkan memindahakan gapura taman safari ke ruang kerja adalah mungkin. Untuk ending-nya terasa kurang nendang siya dan aku khawatir mereka ketabrak lagi karena berhenti di tengah jalan.
Mencuri Raden Saleh adalah film yang menyenangkan dan menarik untuk didiskusikan dengan teman, untuk kekurangannya mungkin bisa ditambal di sekuelnya tahun depan *yamasa nggak ada sekuel 😉.