Yang Berubah Saat Dewasa

by - March 20, 2021


Hallo...

Ini adalah hari kesekian sejak aku menonton The Bridgerton untuk pertama kalinya, well... kali ini aku nggak akan me-review series-nya ya, udah banyak kok (yang me-review hehe). Amazed banget dengan keluarga Bridgerton yang hampir setiap minggu pergi ke pesta, bolak balik ke tukang jahit dan ngemilin finger food yang lucu-lucu.

Saat search gambar dress-nya ciwik-ciwik Bridgerton ini di Pinterest, entah gimana aku malah nyasar ke capsule wardobe section, yang mana jadi membuatku berpikir lagi tentang apa yang kupakai. Ternyata salah satu hal yang mempengaruhi pemilihan pakaian dan printilannya adalah usia alias tingkat kedewasaan, prioritas dan budget haha

Oalahhh... pantesan ya saat muda kemaren dorongan untuk memiliki pakaian dan printilannya cukup tinggi karena kebutuhan untuk beredar pun tinggi haha

Seiring berjalannya waktu, keinginan untuk memiliki pakaian dan printilannya mulai berkurang, apalagi kalau bukan gegara ditabok kenyataan bahwa gaji freshgraduate lebih baik dibelikan makanan dan vitamin biar nggak tumbang ketimbang mengurusi penampilan. Sad but true... Tapi aku yakin sejuta persen, bukan cuma aku yang begini.

Ada kalanya menjadi dewasa adalah hal yang menyebalkan karena ada hal-hal menyenangkan yang nggak masuk standar orang-orang dewasa. Mostly adalah apa yang kita pakai. Beberapa hal berubah saat aku beranjak dewasa (dan menolak tua), sebagian hal menyesuaikan, sedang sisanya nggak berubah sama sekali.

Here is... hal-hal yang kusuka (dan masih kusuka) namun berubah sejak menjadi dewasa.

UNDIES

Sedari kecil aku dididik untuk faham bahwa undies adalah item yang level-nya setara dengan pakaian, jadi nggak ada alasan untuk nggak menjadikannya prioritas. Selain itu, undies adalah lapisan pertama yang bersentuhan dengan kulit, makanya mesti punya banyak biar sering ganti. FYI, undies disini mencakup panties, bra dan camisole ya, bukan lingerie.

Kalau dikaw adalah coyku sejak di ma’had, pasti tahu laya undies-ku adalah yang paling berwarna di jemuran. Saat itu aku nggak suka undies dengan cutting standar yang polosan macem warna nude, cream atau putih. Sukanya undies dengan cutting yang ‘beda’, lucu, berwarna warni, bertali-tali, pokoknya mesti wow, tapi tetep ya kenyamanan nomor 1.

Aku sadar kalau urusan per-undies-an ini sering bikin ribet, nggak jarang mama ngomel; mbak... kenapa sih nggak yang biasa aja, da nggak akan ada yang tahu ini. Mohon maaf mama... urusan per-undies-an ini murni adalah untuk kepuasan diri. Meski orang-orang nggak tahu undies macem apa yang kupakai, aku bahagia kalau undies-ku wow haha

Nggak tahu ya dengan orang lain, tapi aku selalu merasa tertarik dengan undies, sometimes for no reason. Suka aja. Kaya apa ya... kaya gitulah pokoknya haha Kalau untuk lingerie aku kurang tertarik karena daya gunanya rendah, bikin masup angin dan gatal (kalau bahan rendanya murce). Kadang suka minder juga, kenapa diantara sekian banyak fashion thingy nyangkutnya ke undies?

Dewasa ini justru malah kebalikannya, aku lebih suka undies yang nggak terlalu wah karena sadar mesti sering ganti, tapi kalau bisa sih matching warnanya haha Concern-nya lebih banyak ke material dan cutting yang simple, nggak se-ngoyo dan banyak mau macem saat muda kemaren.


SEPATU

Saat sekolah hampir setiap semester aku membeli sepatu baru, orang tuaku sampai heran kenapa sepatunya cepet banget rusak, apalagi di bagian sole-nya, dadas pisan. Kupikir ini adalah salah satu efek gegera kita keseringan sekolah haha Schedule sekolah umumnya kurang lebih begini: 05:00 – 06:00, 07:00 – 11:30, 16:00 – 17:00, 19:30 – 20:30. Gimana nggak dadas kan?

Saat itu aku lebih suka pake flat shoes atau sepatu sandal, biar bisa dipake main di hari jumat dan biar ada ventilasi di kaki. Maklum, parno mata ikan. Kawan-kawanku sekalyan pada kena mata ikan gegara saat kakinya masih lembab udah pake kaos kaki dan langsung pake sepatu. Operasi mata ikan amatir pake pinset adalah pemandangan yang biasa di asrama.

Sedang saat kuliah aku lebih suka pake sneakers ketimbang flat shoes apalagi buaya-buayaan (Crocs) karena lebih nyaman saat dipake lari-larian ke kampus. Yha~ meski kosanku di depan kampus, tetep ye... kesiangan mulu. Pernah, karena lupa masangin tali sepatu setelah dicuci, sepatunya dipasangin lakban. Yang penting nyampe dulu ke kampus... *inspired by Rizma.

Mungkin gegara keseringan pake sneakers yang nyaman, saat menggunakan flat shoes kakiku kadang kaku dan nggak nyaman. Aku sudah lupa sejak kapan aku menyukai sepatu dan menjadikannya standar saat menilai penampilan seseorang, yang jelas sepatu memiliki tempat di hatiku. Alasan yang sama mengapa aku menjadi desainer sepatu.

Kalau dulu aku selalu rajin nge-save gambar sepatu keren dan memperhatikan setiap detailnya, kini aku malah kadang eneg kalau melihat sepatu. Keseringan melihat sepatu di keseharian pernah membuatku mual dan ingin menyingkirkannya sejauh mungkin. Tapi nggak bisa ya… karena itu kerjaanku haha

Aku pernah mencoba ranah lain selain sepatu, macem furniture, apparel tapi tetep ya ujung-ujungnya balik lagi ke sepatu.


OUTWEAR

Untuk pakaian luar (atau yang dipakai setelah undies) aku sangat tertarik dengan outwear macem blazer, cardigan dan jaket. Aku kurang tertarik dengan blouse atau hijab makanya adem-adem bae meski nggak mengikuti trend terkini. Lagipula, ketimbang blouse aku lebih suka pake kemeja karena lebih simple dan terkesan rapi.

Salah satu kelebihan outwear adalah sebagai instant cover saat pakaian yang dikenakan kurang tepat. Mungkin fungsinya bisa disejajarkan dengan hijab syar’i yang sering digunakanan buk-i-buk saat mesti beli sayur tapi malay mengganti dasternya.

Menurutku fungsi lain dari outwear adalah sebagai fashion statement yang lugas, eh tapi tergantung mix and match-nya juga ya. Kalau outwear-nya keren style kita ikutan keren. Selain itu, karena kusadar sering banget masup angin, apalagi kalau hanya pake 1 lapis pakaian, wajibul kudu di-double ini mah (kecuali kalau musim panas).

Karena alasan inilah aku lebih banyak spend ke outwear ketimbang pakaian, karena seenggak nyambung apa pun mix and match fashion-ku semua akan tertutupi oleh outwear haha Untuk layering pakaian juga suka sih apalagi kalau material-nya nggak terlalu tebal, lagi-lagi biar nggak masup angin hehe.

So far aku lebih suka outwear dengan cutting yang agak formal ya meski yang casual nggak kalah keren, anggaplah semi formal atau semi casual. Pokoknya yang bisa dipake di berbagai acara dan suasana, flexible laya… Pernah ada masanya isi lemariku didominasi outwear, bingung juga sih menyingkirkannya gimana, akhirnya di-hibah-in.

Kalau sekarang aku masih suka dengan outwear tapi lebih melihat fungsinya, style-nya nggak semenye-menye macem dulu.


Segini dulu aja kali ya, nanti kapan-kapan dilanjut lagi.

Credits by Pinterest

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~