Consumer Behaviour
Dalam
marketing strategy, hubungan yang terjalin antara consumer behaviour dan lingkungan fisik sangat berkaitan erat,
karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Lingkungan fisik yang
dimaksud adalah lingkungan dimana produk dijual, yaitu aspek spasial (space : ruang / tempat) dan non spasial.
Aspek spasial adalah objek yang bersifat fisik, seperti produk, brand, layout, desain toko, mall dan kota. Sedangkan aspek non spasial
adalah objek yang bersifat psikologis, seperti cuaca, warna, bau, waktu dll.
Tempat
penjualan suatu produk disesuaikan dengan target market yang dibidiknya, apakah
untuk kalangan menengah kebawah saja? Apakah untuk kalangan menengah ke atas
saja? Atau apakah untuk semua kalangan? Pemilihan target market sangat berperan penting dalam menentukan
keberlangsungan hidup suatu produk.
Di
dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang lebih suka berbelanja di supermarket
atau mall dengan alasan lebih banyak pilihan produk, selain itu karena
efisiensi waktu dan nyambi cuci mata
hehe. Berbeda dengan berbelanja di pasar tradisional dan
sejenisnya yang mengharuskan consumer
untuk berbelanja menyusuri toko satu persatu untuk mendapatkan barang
kebutuhannya, karena tiap toko bisa jadi hanya menjual satu jenis barang
tertentu, dan itu terkadang dianggap membuat repot consumer.
Tapi dari situ kita bisa melihat
bahwasanya kebanyakan consumer yang
berbelanja di mall sebenarnya lebih tertarik kepada produk-produk yang tidak
bisa dijumpai di toko-toko biasa atau sekedar cuci mata saja, dengan kata lain
mereka butuh untuk memiliki kebutuhan, berbeda dengan orang yang lebih suka
berbelanja ke pasar tradisional, mungkin mereka lebih tertarik dengan harga
yang ditawarkan yang bisa lebih terjangkau atau bisa juga karena kebiasaan.
Banyak cara
dilakukan oleh produsen untuk menarik minat consumer
salah satunya adalah dengan mendisplay
toko smenarik mungkin. Pada brand-brand
tertentu tokonya mempunyai display
yang mencirikan produk yang dijualnya. Display mempengaruhi consumer dari segi psikologis, karena display tersebut bisa membuat orang
penasaran atau juga bisa membuat consumer
merasa dibawa kepada dalam diri produk itu.
Ada produk yang
hanya dijual di satu gerai tertentu dan ada juga produk yang dijual secara bersamaan
namun tetap berbeda pada penempatannya (display),
selain itu ada produk yang hanya dijual dengan jumlah yang sangat terbatas
bahkan harus dipesan terlebih dulu sebelum produk itu dibuat. Hal ini jelas
mempengaruhi pertimbangan consumer
ketika membeli barang.
Seperti gerai
milik Anne Avantie yang dinamai ‘Roemah Penganten’, displaynya berupa rumah joglo yang kurang lebih lengkap dengan
segala atribut dari rumah joglo yang didesain secara mewah, seakan-akan sedang
mengadakan perhelatan dengan pekarangan dan pagar tanaman. Awesome.
Tentu saja yang
dijual adalah baju kebaya untuk pernikahan dan perhelatan, tapi dengan display yang seperti itu setidaknya consumer merasa tertarik dan merasa
betah berlama-lama di gerainya, dengan melihatnya saja consumer pun tahu bahwa apa yang ada di dalamnya tak kurang dari
apa yang ditampilkan di muka umum.
Untuk mempermudah segmentasi pasar, produsen biasanya mendisplay gerainya dengan range yang akan dibidik. Misalnya untuk kalangan remaja, biasanya displaynya akan lebih colourful bila dibandingkan dengan display untuk kalangan ibu-ibu. Apalagi untuk untuk anak-anak, biasanya kita juga sudah bisa mengetahui dari atributnya saja, seperti dari ukuran rak yang lebih ‘mini’ ketimbang yang biasanya, penempatan barang yang sesuai dengan jangkauannya, dengan warna yang lebih colourful daripada yang untuk kalangan remaja.
Dari display, consumer bisa membedakan kebutuhannya, dengan hanya melihat saja
mereka bisa langsung memutuskan perlu atau tidaknya untuk membeli produk
tersebut atau bahkan hanya untuk memasuki gerainya saja. Agar tidak membosankan
VM (Visual Merchandiser) yang bersangkutan membuat beberapa perubahan yang
berkala seperti misalnya letak properti atau rak produk beberapa bulan sekali, semua ini dilakukan
agar consumer merasa tertarik dan
apabila memungkinkan costumer
tersebut rajin mengunjungi gerai tersebut, perubahan display gerai bisa menjadi sesuatu yang dinantikan.
Penggunaan kaca
sebagai kisi-kisi atau penghalang dengan jalanan berperan besar dalam sebuah
penjualan, karena consumer bisa
melihat-lihat dulu produk yang dipajang sebelum memutuskan untuk membelinya
atau memasuki gerai (a.k.a windows
shopping). Karena untuk
produk-produk yang memiliki harga di atas rata-rata seperti jewelery, jam tangan, kacamata dan lainnnya,
biasanya orang butuh untuk melihat dan menimbang-nimbang terlebih dahulu
sebelum memutuskan untuk membelinya.
Display juga menampilkan
citra dari produk yang didisplay,
misalnya gerai ‘Heartwarmer’ yang menjual berbagai produk aksesoris wanita. Untuk
menampilkan citra girlie dari produk
yang dijual pihal VM mendisplay gerai
dengan benda-benda yang menunjukkan sifat girlie
seperti warna gerai yang dicat warna pink yang dianggap mencerminkan sifat girlie. Semua produk yang terdapat
disana pun bernuansa pink sampai seragam pramuniaganya pun berwarna pink.
Hal yang
dianggap sepele, misalnya packaging juga bisa digunakan sebagai media untuk
promosi dengan cara memperjelas display
secara dua dimensi, karena dengan cara
itu mungkin produk bisa mudah dikenali oleh orang lain dan bisa jadi akan
membuat orang tertarik.
Pengaruh brand pada display juga sangatlah besar, karena display itu sendiri mencerminkan seperti apa brand yang diusung dan produk seperti apa yang dijual. Pemilihan
logo pun bisa memperlihatkan karakter produk yang dijual itu seperti apa,
apakah bersifat elegan,dinamis, lucu atau apalah yang sekiranya menunjang
konsep dari produk itu sendiri.
Pada brand yang
sudah memiliki pangsa pasar tersendiri, seperti ‘Apple’ misalnya, kehadiran
brand tersebut terkadang lebih diperlukan ketimbangnya produknya itu sendiri.
Karena mungkin consumer sudah percaya
bahwa brand tersebut sudah identik
dengan kualitas yang tidak usah diragukan lagi.
Pemilihan font sebagai logo sebuah brand juga patut diperhatikan, karena
akan menampilkan citra produk secara keseluruhan. Untuk logo yang hanya terdiri
dari tulisan atau font tanpa gambar,
sebenarnya akan lebih mudah untuk dipalsukan, karena bisa font tersebut bisa
dengan mudah didapatkan. Namun kehadiran brand
pada sebuah produk tetaplah penting, kadangkala ada consumer yang fanatik atau memilih suatu brand tertentu sebagai produk
favoritenya.
Dari brand juga bisa dilihat kisaran harga
yang sekiranya mesti dianggarkan untuk membeli produk tersebut, misalnya untuk
sepasang sepatu berbrand ‘Jimmy Choo’
mungkin dibutuhkan berjuta-juta rupiah untuk bisa memilikinya, lain lagi dengan
sepatu yang hanya berbrand ‘Bata’ yang bisa dimiliki dengan harga ratusan
ribu rupiah
Lingkungan
fisik (non spasial) tiap daerah pasti berbeda-beda, Hal ini yang menjadikan consumer behaviour tiap daerah berbeda,
contohnya seperti emas. Produsen emas Indonesia menjual emas dengan warna yang
lebih kekuning-kuningan ke daerah Jawa bagian barat, sedangkan ke daerah bagian
Jawa ke timur emas yang dijualnya
berwarna kemerah-merahan.
Karena memang seperti itu consumer behaviour yang consumer emas, emas dengan warna kekuning-kuningan dipastikan tidak akan laku di daerah Jawa bagian timur, karena mereka lebih menyukai emas dengan warna kemereh-merahan, sama halnya jika emas yang berwarna kemerah-merahan dijual di daerah Jawa bagian barat.
Karena memang seperti itu consumer behaviour yang consumer emas, emas dengan warna kekuning-kuningan dipastikan tidak akan laku di daerah Jawa bagian timur, karena mereka lebih menyukai emas dengan warna kemereh-merahan, sama halnya jika emas yang berwarna kemerah-merahan dijual di daerah Jawa bagian barat.
Untuk kota-kota
besar yang dibutuhkan mungkin adalah
mall, karena kebutuhannya memang seperti itu, selain untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya mereka bisa menjadikan mall sebagai tempat relaksasi karena
hanya di tempat itulah mereka bisa mendapatkan beberapa hal sekaligus. Lain
dengan kota-kota kecil kebutuhannya pun mungkin tidak sebanyak kota besar,
namun kebutuhan untuk sekedar tahu juga pasti ada, tapi itu idak akan sesuai
dengan kehidupan mereka di kota kecil.
Kebanyakan
masyarakat di daerah kota besar berbelanja pada malam hari, hal ini dikarenakan
waktu luang mereka ialah pada malam hari, sedangkan untuk masyarakat di kota
kecil biasanya mereka berbelanja di pagi atau siang hari, semuanya disesuaikan
dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Cuaca juga
sangat mempengaruhi produk yang akan dijual, apabila musim hujan kebanyakan
toko pasti akan menjual payung atau jas hujan secara dadakan, mereka
memanfaatkan situasi pasar yang sekiranya menjanjikan untuk meraup keuntungan.
Terkadang
produk yang dijual merupakan produk musiman yang biasanya terdapat hanya pada
saat-saat tertentu, atau pada daerah-daerah tertentu saja. Misalnya di daerah
panas penjualan minuman dingin pasti akan lebih tinggi dibandingkan dengan
penjualan minuman dingin di daerah dingin, karena produk yang dijual itu
seharusnya sesuai dengan kebutuhan consumernya.
Produk fast food termasuk salah satunya yang
bisa memanfaatkan keadaan, dengan adanya layanan pesan antar yang merupakan
salah satu layanan andalannya, memudahkan orang untuk membeli makanan tanpa
harus keluar rumah, baik itu karena malas atau cuaca hujan. atau memang itu
bagian dari life style.
Produk yang
dihasilkan pun tak selamanya harus sesuai dengan kebutuhan kita saat ini, tapi
lebih ditekankan kepada sifat ‘fun’
yang bisa diterapkan pada produk. Consumer tidak harus merasa butuh untuk
dapat membelinya kan tetapi dengan senang saja pun sudah cukup sebagai alasan
untuk membeli produknya.
0 comments
Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~