Consumer Behaviour

by - March 31, 2016

Dalam marketing strategy, hubungan yang terjalin antara consumer behaviour dan lingkungan fisik sangat berkaitan erat, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan dimana produk dijual, yaitu aspek spasial (space : ruang / tempat) dan non spasial. Aspek spasial adalah objek yang bersifat fisik, seperti produk, brand, layout, desain toko, mall dan kota. Sedangkan aspek non spasial adalah objek yang bersifat psikologis, seperti cuaca, warna, bau, waktu dll.


Tempat penjualan suatu produk disesuaikan dengan target market yang dibidiknya, apakah untuk kalangan menengah kebawah saja? Apakah untuk kalangan menengah ke atas saja? Atau apakah untuk semua kalangan? Pemilihan target market sangat berperan penting dalam menentukan keberlangsungan hidup suatu produk.

Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang lebih suka berbelanja di supermarket atau mall dengan alasan lebih banyak pilihan produk, selain itu karena efisiensi waktu dan nyambi cuci mata hehe. Berbeda dengan berbelanja di pasar tradisional dan sejenisnya yang mengharuskan consumer untuk berbelanja menyusuri toko satu persatu untuk mendapatkan barang kebutuhannya, karena tiap toko bisa jadi hanya menjual satu jenis barang tertentu, dan itu terkadang dianggap membuat repot consumer

Tapi dari situ kita bisa melihat bahwasanya kebanyakan consumer yang berbelanja di mall sebenarnya lebih tertarik kepada produk-produk yang tidak bisa dijumpai di toko-toko biasa atau sekedar cuci mata saja, dengan kata lain mereka butuh untuk memiliki kebutuhan, berbeda dengan orang yang lebih suka berbelanja ke pasar tradisional, mungkin mereka lebih tertarik dengan harga yang ditawarkan yang bisa lebih terjangkau atau bisa juga karena kebiasaan.


Banyak cara dilakukan oleh produsen untuk menarik minat consumer salah satunya adalah dengan mendisplay toko smenarik mungkin. Pada brand-brand tertentu tokonya mempunyai display yang mencirikan produk yang dijualnya. Display mempengaruhi consumer dari segi psikologis, karena display tersebut bisa membuat orang penasaran atau juga bisa membuat consumer merasa dibawa kepada dalam diri produk itu.
Ada produk yang hanya dijual di satu gerai tertentu dan ada juga produk yang dijual secara bersamaan namun tetap berbeda pada penempatannya (display), selain itu ada produk yang hanya dijual dengan jumlah yang sangat terbatas bahkan harus dipesan terlebih dulu sebelum produk itu dibuat. Hal ini jelas mempengaruhi pertimbangan consumer ketika membeli barang.
Seperti gerai milik Anne Avantie yang dinamai ‘Roemah Penganten’, displaynya berupa rumah joglo yang kurang lebih lengkap dengan segala atribut dari rumah joglo yang didesain secara mewah, seakan-akan sedang mengadakan perhelatan dengan pekarangan dan pagar tanaman. Awesome.
Tentu saja yang dijual adalah baju kebaya untuk pernikahan dan perhelatan, tapi dengan display yang seperti itu setidaknya consumer merasa tertarik dan merasa betah berlama-lama di gerainya, dengan melihatnya saja consumer pun tahu bahwa apa yang ada di dalamnya tak kurang dari apa yang ditampilkan di muka umum.


Untuk mempermudah segmentasi pasar, produsen biasanya mendisplay gerainya dengan range yang akan dibidik. Misalnya untuk kalangan remaja, biasanya displaynya akan lebih colourful bila dibandingkan dengan display untuk kalangan ibu-ibu. Apalagi untuk  untuk anak-anak, biasanya kita juga sudah bisa  mengetahui dari atributnya saja, seperti dari ukuran rak yang lebih ‘mini’ ketimbang yang biasanya, penempatan barang yang sesuai dengan jangkauannya, dengan warna yang lebih colourful daripada yang untuk kalangan remaja.
Dari display, consumer bisa membedakan kebutuhannya, dengan hanya melihat saja mereka bisa langsung memutuskan perlu atau tidaknya untuk membeli produk tersebut atau bahkan hanya untuk memasuki gerainya saja. Agar tidak membosankan VM (Visual Merchandiser) yang bersangkutan membuat beberapa perubahan yang berkala seperti misalnya letak properti atau rak produk  beberapa bulan sekali, semua ini dilakukan agar consumer merasa tertarik dan apabila memungkinkan costumer tersebut rajin mengunjungi gerai tersebut, perubahan display gerai bisa menjadi sesuatu yang dinantikan.
Penggunaan kaca sebagai kisi-kisi atau penghalang dengan jalanan berperan besar dalam sebuah penjualan, karena consumer bisa melihat-lihat dulu produk yang dipajang sebelum memutuskan untuk membelinya atau memasuki gerai (a.k.a windows shopping). Karena untuk  produk-produk yang memiliki harga di atas rata-rata seperti jewelery, jam tangan, kacamata dan lainnnya, biasanya orang butuh untuk melihat dan menimbang-nimbang terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membelinya. 
 
Display juga menampilkan citra dari produk yang didisplay, misalnya gerai ‘Heartwarmer’ yang menjual berbagai produk aksesoris wanita. Untuk menampilkan citra girlie dari produk yang dijual pihal VM mendisplay gerai dengan benda-benda yang menunjukkan sifat girlie seperti warna gerai yang dicat warna pink yang dianggap mencerminkan sifat girlie. Semua produk yang terdapat disana pun bernuansa pink sampai seragam pramuniaganya pun berwarna pink.
Hal yang dianggap sepele, misalnya packaging juga bisa digunakan sebagai media untuk promosi dengan cara memperjelas display secara  dua dimensi, karena dengan cara itu mungkin produk bisa mudah dikenali oleh orang lain dan bisa jadi akan membuat orang tertarik.
 
Pengaruh brand pada display juga sangatlah besar, karena display itu sendiri mencerminkan seperti apa brand yang diusung dan produk seperti apa yang dijual. Pemilihan logo pun bisa memperlihatkan karakter produk yang dijual itu seperti apa, apakah bersifat elegan,dinamis, lucu atau apalah yang sekiranya menunjang konsep dari produk itu sendiri.
Pada brand yang sudah memiliki pangsa pasar tersendiri, seperti ‘Apple’ misalnya, kehadiran brand tersebut terkadang lebih diperlukan ketimbangnya produknya itu sendiri. Karena mungkin consumer sudah percaya bahwa brand tersebut sudah identik dengan kualitas yang tidak usah diragukan lagi.
Pemilihan font sebagai logo sebuah brand juga patut diperhatikan, karena akan menampilkan citra produk secara keseluruhan. Untuk logo yang hanya terdiri dari  tulisan atau font tanpa gambar, sebenarnya akan lebih mudah untuk dipalsukan, karena bisa font tersebut bisa dengan mudah didapatkan. Namun kehadiran brand pada sebuah produk tetaplah penting, kadangkala ada consumer yang fanatik atau memilih suatu brand tertentu sebagai produk favoritenya.
Dari brand juga bisa dilihat kisaran harga yang sekiranya mesti dianggarkan untuk membeli produk tersebut, misalnya untuk sepasang sepatu berbrand ‘Jimmy Choo’ mungkin dibutuhkan berjuta-juta rupiah untuk bisa memilikinya, lain lagi dengan sepatu yang hanya berbrand  ‘Bata’ yang bisa dimiliki dengan harga ratusan ribu rupiah
Lingkungan fisik (non spasial) tiap daerah pasti berbeda-beda, Hal ini yang menjadikan consumer behaviour tiap daerah berbeda, contohnya seperti emas. Produsen emas Indonesia menjual emas dengan warna yang lebih kekuning-kuningan ke daerah Jawa bagian barat, sedangkan ke daerah bagian Jawa ke timur emas yang dijualnya  berwarna kemerah-merahan.  

Karena memang seperti itu consumer behaviour yang consumer emas, emas dengan warna kekuning-kuningan dipastikan tidak akan laku di daerah Jawa bagian timur, karena mereka lebih menyukai emas dengan warna kemereh-merahan, sama halnya jika emas yang berwarna kemerah-merahan dijual di daerah Jawa bagian barat.
Untuk kota-kota besar  yang dibutuhkan mungkin adalah mall, karena kebutuhannya memang seperti itu, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya mereka bisa menjadikan mall sebagai tempat relaksasi karena hanya di tempat itulah mereka bisa mendapatkan beberapa hal sekaligus. Lain dengan kota-kota kecil kebutuhannya pun mungkin tidak sebanyak kota besar, namun kebutuhan untuk sekedar tahu juga pasti ada, tapi itu idak akan sesuai dengan kehidupan mereka di kota kecil.
Kebanyakan masyarakat di daerah kota besar berbelanja pada malam hari, hal ini dikarenakan waktu luang mereka ialah pada malam hari, sedangkan untuk masyarakat di kota kecil biasanya mereka berbelanja di pagi atau siang hari, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Cuaca juga sangat mempengaruhi produk yang akan dijual, apabila musim hujan kebanyakan toko pasti akan menjual payung atau jas hujan secara dadakan, mereka memanfaatkan situasi pasar yang sekiranya menjanjikan untuk meraup keuntungan.
Terkadang produk yang dijual merupakan produk musiman yang biasanya terdapat hanya pada saat-saat tertentu, atau pada daerah-daerah tertentu saja. Misalnya di daerah panas penjualan minuman dingin pasti akan lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan minuman dingin di daerah dingin, karena produk yang dijual itu seharusnya sesuai dengan kebutuhan consumernya.
Produk fast food termasuk salah satunya yang bisa memanfaatkan keadaan, dengan adanya layanan pesan antar yang merupakan salah satu layanan andalannya, memudahkan orang untuk membeli makanan tanpa harus keluar rumah, baik itu karena malas atau cuaca hujan. atau memang itu bagian dari life style.
Produk yang dihasilkan pun tak selamanya harus sesuai dengan kebutuhan kita saat ini, tapi lebih ditekankan kepada sifat ‘fun’ yang bisa  diterapkan pada produk. Consumer tidak harus merasa butuh untuk dapat membelinya kan tetapi dengan senang saja pun sudah cukup sebagai alasan untuk membeli produknya.

You May Also Like

0 comments

Feel free to leave some feedback after, also don't hesitate to poke me through any social media where we are connected. Have a nice day everyone~