Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Knock… Knock… Who’s back?

Setelah berbulan-bulan nggak ketemu, Icunk ke Bandung lagi dongs…. 😉. Tadinya kita mau main bareng (+Deya + Memed) di hari Sabtu, sayangnya mereka berdua ada urusan yang nggak bisa ditinggal makanya diundur di hari Minggu. Meski udah bikin list jalan jajan kita tetap bimbang mau main kemana hari Sabtunya wkwk *angger. Yha~ ujung-ujungnya kemana lagi kalau bukan ke Cihapit sih 😁.

Kita berangkat agak siangan dari rumah dengan harapan sampai di Cihapit waktu makan siang, ternyata… Bojongsoang macet tjoy 😭. Aku udah tidur tipis-tipis, main game, ngobrol, melamun dan zooming namun macet weekend ini susah banget terurainya. Pergerakan TMP baru terasa lancar setelah berhasil melewati M. Toha, sampai di BEC eh tetiba turun hujan.

Ada beberapa tempat makan yang baru buka di Cihapit salah satunya adalah Bakso Bintang Asia, saat kita kesana kebetulan lagi rame *yaiyalah, waktu makan siang 😅. Saat masuk ke Pasar Cihapit kita disambut oleh wangi buah mangga yang menyeruak di sepanjang lorong. Mungkin karena udah siang sebagian kios udah tutup, termasuk kios kue putu yang beberapa waktu lalu sempat viral.

wefie sambil menunggu gocar

***

BAKSO GEPENG 99

Tadinya kita mau berburu kue skesthetic di Bien Patisserie atau Florentine Bakehouse, balik lagi ya… karena udah siang pilihannya terbatas. Setelah puas screening kita memutuskan untuk makan siang (yang kesiangan) di kios Bakso Gepeng 99. Lokasinya di samping Toko Bakmie Feng yang kini udah berekspansi 😮, ternyata kita adalah last costumer-nya mereka.

Kita order paket komplit yang isinya kwetieu/bihun, 3 bakso gepeng, 2 bakso halus, 1 bakso urat dan 1 tahu bakso. Untuk minumnya kita order dari kios Uncle Kim yang ada seberangnya, kayanya mereka join-an siya karena kita dikasih meja di dalam kios mereka. Untuk rasa baksonya sih OK, hint bawang putih yang bikin kuahnya terasa nikmeh 😍, sayangnya kita lupa nggak pake jeruk purut, kalau pake kayanya bakal lebih nikmeh 😍😍.

kios Bakso Gepeng dilihat dari kios Uncle Kim

paket komplit Bakso Gepeng Rp 30.000

***

Dari Bakso Gepeng 99 kita cari tempat ngemil fancy aka café karena mau ketemu dengan Fera. Kita udah ke Drunk Baker cuma penuh banget, jangankan dine in, untuk take away aja mesti nunggu ± 1 jam. Yawla… baru kali ini aku gondok ½ mati gegara dessert 😅. Staff Drunk Baker yang menyadari kecengoan kita mengarahkan untuk datang ke cabang Panaitan karena katanya lebih lega. Hmmm… 

***

HOUSE OF TJIHAPIT x PRINCHEESE ELSA

Hujan yang tetiba turun bikin kita mengambil keputusan cepat untuk mencari café terdekat di Cihapit. Kita skip Seroja Bake ya karena nggak yakin Fera akan suka cita rasa fusion-nya, saat itu kita menemukan Princheese Elsa. Tadinya kita mengira Princheese Elsa adalah entitas (istilah afalagy ini 😁) yang terpisah dari House of Tjihapit, ternyata induknya masih sama bahkan staff-nya mempersilakan kita untuk makan dessert-nya di dalam.

Kita order burnt cheesecake di Princheese Elsa dan order matcha strawberry ice cream di House of Tjihapit. Untuk rasa burnt cheesecake-nya sih OK namun aku lebih suka yang rasa blueberry karena lebih menyegarkan, tapi yang rasa tiramisu-nya enak kok. Aku nyicip punya Fera (rasa lemon) enak tapi B aja gitu, soalnya nggak ada filling-nya macem yang rasa blueberry dan tiramisu.

info price list

cap cip cup

blueberry - lemon - tiramisu

matcha strawberry ice cream 

eh, kita nggak ada foto bertiga

mandatory picture

***

Dari House Of Tjihapit kita mampir sebentar di Vitasari karena Icunk mau beli roti abon, kangen banget yaini beli kue basah pagi-pagi sebelum berangkat kerja. Apa kabar risol mayo, kue sus, lemper, bacang, cente manis, papais, roti kulit nangka, bluder, bomboloni, rujak Malaysia, hokaido cheesecake? Tidakkah kalyan kangen aku wkwk 😁. Karena udah sore tentcunya udah pada abis, sisa yang ada di etalase aja namun sayangnya nggak ada yang aku mau 😅.


***

Setelah mengantar Fera kita lanjut jalan kaki menuju Lapangan Saparua, ingin jajan ini itu banyak sekali. Perjalanan kita tentcunya terganggu oleh proyek perbaikan jalan yang bikin macet se-Bandung-eun. Serius deh ini kita sampai mesti menunggu flow kendaraan melambat karena trotoar yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki pada kurang layak. Entah karena akar pohon, entah karena dipake berjualan, entah karena memang nggak dirawat.

Terakhir kali kita jalan, melewati taman-taman yang kini udah nggak terawat sambil mengingat-ingat lokasi café yang ditemui di sepanjang jalan adalah 2 tahun yang lalu. Saat halal bihalal di post pandemic yang bikinku kena koronces 😅 alhamdulillah sekarang mah udah nggak ya, tapi koronces masih ada yaini temanku kemarin masih ada yang kena. Stay safe ya manteman…

Di Lapangan Saparua kita cuma sempat jajan cireng karena tetiba hujan, saat ingin menyebrang ke Kantor Pos ada angkot jurusan Kalapa yang lewat, yaudalaya… Markicaw… Dari Kalapa kita jalan kaki menuju ke Kings karena mau sholat biar request-nya bisa segera di follow up 😉. Bahkan saat kita udah sampai di rumah pun hujan masih turun, doaku standar: semoga nggak banjir ya Allah… ripuh.

sisa hujan tadi

namanya Cireng Pandawa, kita coba rasa taichan dan kornet keju, semuanya enak apalagi kalau hangat

mereka nggak lagi pada olahraga melainkan lari mencari tempat berteduh


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Beberapa minggu (atau bulan ya?!) aku sempat ketemu dengan Annur, The Yanarti’s Babe merangkap teman nonton TV-nya Mbak Mar 😁. Kita terakhir ketemu saat main ke kosannya di daerah Widyatama, amazed banget dengan romanticizing act-nya yang menempelkan semua tiket nonton bioskop (dengan pacar lah😅) di dinding. Setelah wisuda kita cuma bertukar kabar via social media dan sesekali nge-tag foto lawas 😊.

Karena schedule yang padat merayap, kita sepakat untuk ketemu di pagi hari sambil sarapan. Berhubung jarak rumah dan hotel tempat Annur menginap berjauhan, kita memutuskan untuk ketemu di tengah yakni daerah Buah Batu. Setelah menimbang dengan seksama dan dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya, kita memilih untuk sarapan di Yamcha Resto .

***


Saat ini di Bandung memang sedang menjamur tempat sarapan yang menjual paket sarapan on budget, sayangnya aku nggak menemukan salah satunya di daerah Buah Batu. Sebagai gantinya aku mencari tempat makan yang udah buka sejak pagi, untuk menu-nya mah sih bebas ya yang penting proper. Di list yang udah kususun, satu-satunya tempat makan yang memenuhi kriteria tersebut hanyalah Yamcha Resto  ✨👌.

Yamcha Resto berlokasi di seberang Griya Buah Batu, sejajar dengan Ichiyo Ramen dan Chingu Café. Untuk tempatnya memang nggak terlalu luas, saat membuka pintu yang pertama kita temui adalah serving area. Kita memilih area indoor di lantai 2 ketimbang area semi outdoor (merangkap smoking area) di lantai 1 biar ngobrolnya lebih nyaman.

Yamcha Resto ini mengadaptasi menu sarapan ala Hongkong karenanya kita akan menemukan berbagai olahan dimsum. Tyda mengapa kalau kalyan kurang mood makan dimsum karena Yamcha Resto juga menyediakan menu nasi dan mie, yakali kau dan aku adalah coy 😂. Kalau mau yang lebih otentik ada bubur telur pitan, tapi kalau mau yang simple mungkin kalyan akan tertarik pada toast dan bun-nya.


Sebagai orang Indonesia tulen tentcunya aku merasa hampa kalau belum makan nasi, ayo ngaku… kalyan begini juga kan? 😂. Tadinya aku memilih Nasi Kulit Crispy Pedas namun diganti Nasi Katsu Telur Asin karena kulitnya belum siap *sad 😭. Untuk rasanya OK namun porsinya lebih dari cukup makanya aku butuh waktu untuk menghabiskannya *capek ngunyah *help 😂.

Untuk sharing menu kita order dimsum special dan dimsum ayam, so far aku lebih suka dimsum special yang berisi daging ayam dan udang karena terasa lebih gurih. Sesungguhnya aku ingin order Popcorn Latte atau Peach Gum-nya, sayangnya 'mereka' mesti di-skip karena berpotensi bikin perut kontraksi di perjalanan 😅. FYI, selesai ketemu Annur aku langsung cabs ke Subang *mepet banget yaini.

***

Beberapa minggu (atau bulan ya?!) aku kembali ke Yamcha Resto dengan Deya sambil menunggui Pici yang sedang tes CPNS. Kali ini kita order dimsum ayam, dimsum keju dan kuotie-nya, cucok laya untuk menghibur perut kita yang berada di masa tenggang antara sarapan dan makan siang 😅.  Kita nggak order makanan berat karena sebelum berangkat udah sarapan di rumah (dan di Indomaret) bisi salatri 😅.

yamcha resto
sarapan tipis

Kalau kalyan mencari tempat sarapan yang agak fancy di sekitar daerah Buah Batu, kalyan bisa coba Yamcha Resto ini. So far makanannya enak dan ngenyangin *penting 😁 tempatnya pun mayan nyaman. Area parkirnya terbatas, kalau lagi rame kemungkinan yang pake mobil akan sulit mendapatkan spot parkir, kalau udah mentok kalyan bisa parkir di Griya Buah Batu. 

Perlu diingat, bagimu taste-mu bagiku taste-ku, selera kita bisa sama bisa aja nggak.

YAMCHA RESTO
Jl. Buah Batu No. 222A (sebrang Griya Buah Batu)
Senin- Minggu, 07.00-22.00 WIB

🥟 Rp 18.000 - Rp 24.000
🍴 Rp 23.000 - Rp 45.000
🍨 Rp 10.000 - Rp 35.000
🥤 Rp 8.000 - Rp 23.000

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
credit: laman Goodreads-nya Dee Lestari

10-15 menit yang lalu aku menyelesaikan keping terakhir di buku Supernova #6: Intelegensi Embun Pagi. Rasanya campur aduk *terharu 😭.

A few moments later...

Fyuhhh... akhirnya aku berhasil menyelesaikan heksalogi Supernova, ± 22 tahun sejak buku pertamanya dirilis 😅. Gils… Sejujurnya aku sama sekali nggak pernah mengira akan ada buku yang lebih wow ketimbang heptalogi Harry Potter. Yunow… sebagai netizen… aku punya banyak alasan untuk nge-skip baca buku, ya inilah.. ya itulah… ya iyalah… 😂.

Kalau kalyan baca The Days When Smartphone Died pasti tahu salah satu kegiatanku saat nggak ada smartphone adalah kembali ke khittoh yakni baca buku. Saat baca buku The Grand Design-nya Stephen Hawking yang membahas tentang penciptaan alam raya, aku menemukan ada banyak kata ‘partikel’. Tunggu, partikel… partikel… partikel… 🤔 eh, aku belum baca buku Supernova 4: Partikel!.

Sampai kantor aku gercep cari bukunya dongs, saat mau check out aku kepikiran: nggak mungkin aku hanya beli buku Supernova 4: Partikel, idealnya aku beli juga Supernova 5: Partikel dan Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi biar dahagaku terpuaskan semua 😉. Namun menimbang saldo yang udah berada di tepi jurang, aku mencari opsi lain yakni: baca di iPusnas.

FYI. iPusnas adalah aplikasi perpustakaan digital yang dikelola oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Aplikasinya sendiri B aja, nggak yang bagus gimana gitu namun nggak buruk-buruk amat. Meski fiturnya masih sederhana dan jauh dari optimal, aku merasa lebih nyaman baca di iPusnas ketimbang di PDF reader, at least aku nggak merasa bersalah karena nggak beli bukunya 😅.

Untuk buku-buku popular (yang high demand) biasanya perlu antri sampai berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Makanya aku merasa beruntung bisa kebagian copy dari ketiga buku tersebut dalam waktu seminggu, alhamdulillah mulusss… 👌 dan dikembalikan sebelum tenggat waktu. So far, yang bikinku mangkel hanyalah fitur bookmark yang under construction, telunjukku pegel nge-scroll mulu ☝.

2001 Supernova 1: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh – 2002 baca punya Teh Intan (± 1minggu)
2002 Supernova 2: Akar – 2002 baca punya Teh Intan (± 1minggu)
2004 Supernova 3: Petir – 2004 beli sendiri (± 3 hari)
2012 Supernova 4: Partikel – 2024 baca di iPusnas (± 3 hari)
2014 Supernova 5: Gelombang – 2024 baca di iPusnas (± 2 hari)
2016 Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi – 2024 baca di iPusnas (± 2 hari)

Di laman cuap-cuap penulis (apa sih nama resminya?! 😅) Dee Lestari bercerita bahwa ia butuh ± 15 tahun untuk meriset dan mengekstraksi materi di bukunya, makanya tercipta jeda panjang antara Supernova 3: Petir dan Supernova 4: Partikel. Baginya lebih baik menunda kelahiran ketimbang memaksakan kelahiran (bukunya) karena materi yang nggak masak berpotensi merusak alur cerita 💖.

Sejujurnya, sampai post ini ditulis aku masih belum rela melepas perjalananku baca heksalogi Supernova selama ± 22 tahun. Aku masih ingin menikmati kelap kelip euphoria, dan bernostalgia dengan karakter-karakter yang muncul sejak buku pertama. It’s was an amazing journey. Baiqlah… markijut ke part -review tipsy, feel free to skip karena nggak semua orang tertarik baca review buku 😊.

Note: aku menyelipkan link beli via Gramedia Online, niscaya bukan wkwk 😉.

***

Supernova 1: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh
beli di Gramedia 

Bercerita tentang masterpiece-nya Dhimas dan Reuben yang tetiba menjadi kenyataan. Dhimas dan Reuben adalah 2 orang mahasiswa yang bertemu saat menghadiri acara kampus, keduanya menyadari bahwa mereka memiliki ketertarikan yang sama. Untuk merayakan anniversary ke 10 mereka menulis buku roman slash fiction berjudul: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh.

Adalah Ferre seorang eksekutif muda sukses yang jatuh hari pada seorang wartawati bernama Rana, sayangnya hubungan mereka stuck karena ternyata Rana sudah berkeluarga. Sebagaimana rang-o-rang pada umumnya, Rana tetep menjalin hubungan dengan Ferre meski tahu ada Arwin di sisinya. Sedang Diva Anastasia adalah seorang model merangkap ani-ani yang kebetulan adalah tetangganya Ferre.

Mungkin karena aku udah pernah baca bukunya dan berekspektasi sebegitu tinggi aku merasa tersiksa saat nonton filmnya 😩. Arifin Putra dan Hamish Daud mah chemistry-nya OK ya, namun maaf banget nih Herjunot Ali, Raline Shah dan Paula Verhoeven kalyan memble semua 😶. Yha~ Fedy Nuril adalah pakar poligami yang nggak pernah selingkuh karena ia yang diselingkuhi 😁.

Supernova 2: Akar
beli di Gramedia

Bercerita tentang Bodhi dan perjalanan spiritualnya dalam menemukan kesejatian hidup. 18 tahun silam Guru Liong menemukan seorang bayi laki-laki di depan viharanya, bayi laki-laki itu dinamainya : Bodhi. Asal usul Bodhi yang samar bikinku yakin ia terlahir dari telur Kinderjoy 😂 menciptakan banyak kegelisahan yang membuatnya memulai pencarian akan makna hidup *ceilahhh... gaya bener 😁.

Perjalanan mengantarkan Bodhi dari satu tempat menuju tempat lainnya, dari satu kesempatan menuju kesempatan lainnya, dari satu pertemuan ke pertemuan lainnya. Ada Kell sang tattooist yang mengajarkannya merajah, ada Star yang membuatnya me’rasa’ dan ada Bong. Seumur hidup aku hanya tahu 2 orang yang pernah kerja di Golden Triangle, satu: Bodhi, dua: Lee Min-hoo di City Hunter 😂.

Saat pertama kali baca Supernova 2: Akar sejujurnya aku nggak mudeng, kemungkinan gegara usiaku yang masih terlalu belia untuk memahami ‘permasalahan manusia dewasa’. Tapi isokay karena aku terhibur dengan cerita backpacker-annya Bodhi di Asia Tenggara yang bikinku ingin backpacker-an juga. Well… mungkin akan baca ulang bukunya kelak karena kini materinya udah terasa relate 😁.

Supernova 3: Petir
beli di Gramedia

Bercerita tentang Elektra dan perjalanan self-development-nya yang absurd. Paska ditinggal Dedi, Elektra dan Watti (iya, huruf T-nya ada dua macem James Watt 💡) berusaha melanjutkan hidup. Watti kemudian menikah dengan Kang Atam dan tinggal di Freeport sedang Elektra mumet setengah mati memikirkan cara menagih piutang Wijaya Elektronik demi bisa bebas dari menu telur ceplok 🍳.

Setelah berkali-kali gagal mendapatkan pekerjaan Elektra kemudian menemukan dunia ajaib bernama internet. Bermodal nekat dan sisa uang tabungan ia mengajak Kewoy untuk bikin warnet bernama Elektra Pop di Eleanor, saat itulah ia bertemu dengan Toni aka Mpret. Kegabutan Elektra mengirim lamaran ke STIGAN (Sekolah Tinggi Ilmu Gaib Nasional) mengantarkannya pada Bu Sati yang kelak membantunya membuka klinik terapi setrum listrik .

Di heksalogi Supernova favorite-ku tentcu adalah Supernova 3: Petir karena ceritanya yang ringan dan jenaka. Mungkin karena setting-nya adalah Kota Bandung maka aku bisa dengan mudah ber-chemistry dengannya, tapi serius siya karakternya yang sederhana dan polos berhasil bikinku ngakak. Cameo macem Ni Asih, Aki Jambros dan mantan ART-nya yang sukses di MLM bikin dunia Elektra yang sepi terasa hidup 🎇.

Supernova 4: Partikel
beli di Gramedia

Bercerita tentang Zarah dan perjalanannya menemukan ayahnya yang hilang. Sejak kecil Zarah dan Hara nggak pernah mendapatkan pendidikan formal, sebagai gantinya Firas-lah yang mengajarinya sendiri. Hal ini tentcu bikin Abah, Umi dan ibu khawatir namun Firas tetap kukuh pada pendiriannya dan mulai melibatkan Zarah pada ‘proyek rahasianya’. Firas dan Zarah sering meninggalkan rumah dan melakukan banyak hal aneh temasuk pergi ke Bukit Jambul.

Bahkan 11 tahun berlalu namun Zarah masih mencari ayahnya yang hilang, berbagai cara dilakukannya namun nihil. Di Glastonbury Zarah bertemu dengan Simon Hardiman yang merupakan kolega ayahnya, ia membantu Zahra terkoneksi dengan dunianya Firas. Kepergian Abah mau tak mau membuat Zahra mesti kembali ke Indonesia, disini perjalanan dimulai… 😉.

Saat baca Supernova 4: Partikel aku merasa ada lompatan besar yang tercipta, kemungkinan gegara research-nya yang niat banget. Untukku, Supernova 4: Partikel ini adalah kompas mantaps yang menunjukkan arah heksalogi supernova, tanpanya kita mungkin akan bingung mau dibawa kemana karakter-karakter yang berceceran sejak Supernova: Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh.

Supernova 5: Gelombang
beli di Gramedia

Bercerita tentang Alfa Sagala dan perjalanannya mengubah nasib keluarga hingga ke USA. Saat bapak  berhasil membawa keluarganya pindah dari Sianjur Mula-Mula ke Jakarta, Alfa mengira Jaga Portibi akan tertinggal di rumahnya. Namun sialnya, Jaga Portibi masih berjaga di sudut matanya, hingga ke Hoboken dan lembah Yarlung di Tibet. 

Saat menjalani perawatan di klinik gangguan tidur, Alfa menemukan bahwa ada sinyal-sinyal yang terselip di mimpinya. Ia lalu memutuskan untuk mencari Dr. Kalden bersama Nicky Evans dan terkejut saat tahu bahwa ia merupakan bagian dari semesta lain. Seperti judulnya Supernova 5: Gelombang ini adalah gelombang pertama yang menyadarkan semesta Supernova dari tidur lelapnya. 

Sejujurnya aku merasa karakter Alfa ini agak glorify, di mana lagi kita bisa menemukan cowok dengan masa lalu gelap (yakan doi imigran gelap 😅) namun memiliki masa depan menyilaukan. Too good to be true... Kupikir Alfa adalah lawan yang imbang bagi Fahri-nya Habibburahman El-Shirazy.

Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi
beli di Gramedia

Kurasa Dee Lestari  butuh 1 buku lagi deh untuk menceritakan Gio, perjalanannya yang tercecer di semua buku bikin doi terasa bagai cameo. Mungkin karena gap-nya terlalu jauh aku jadi kurang bisa menikmati part-nya Reuben dan Dimas, feel-nya nggak dapet euy... Selain itu, hubungan yang mengkoneksikan semua karakter terasa dipaksakan, padahal kita isokay kok kalau mereka hanyalah rang-o-rang random.

Keputusan Dee Lestari untuk memasangkan Gio dan Zarah adalah fan service yang OK untuk kita yang bertahun-tahun memantau hubungan Elektra dan Mpret. Aku sebel banget saat Mpret bolak balik Bandung-Jakarta padahal bisa aja doi menculik semua karakter dan mengantar mereka langsung ke safe house di Baru Luhur. Nggak usahlah mampir ke rumah Reuben atau control room-nya Ferre, bisi  Miranda keburu datang ke Indonesia 😅. 

Untukku Supernova 6: Intelegensi Embun Pagi ini eksekusinya B aja, nggak yang wow gimana gitu jadi kurang berkesan. Kalau kalyan pernah nonton The Eternals-nya Marvel, tah kitu... Klimaksnya kurang nendang makkk... bisa kali Miranda disambar petir sampai berkeping-keping atau Bu Sati gelut nepi ka papaehan. Selesai baca heksalogi Supernova aku baru mudeng bahwa tetesan embun pagi yang menjadi judul adalah kiasan bagi mani 😂.

***

Saat nonton superhero supernatural series macem Heroes atau The Touch, aku kadang kepikiran: diantara sekian banyak artist yang ada di Indonesia nggak adakah yang ingin bikin series macem gini? Yha~ Joko Anwar udah bikin Nightmares and Daydreams, namun sebelumnya udah ada Dee Lestari yang bikin heksalogi Supernova. Maksudnya, dear Netflix... kapan nih? 6 buku loh… bisa jadi 6 seasons… 😁.

Oh ya, kalyan bisa baca review buku Aroma Karsa disini
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Beberapa hari yang lalu aku menemukan tweet opini publik mengenai: in this economic, apa yang bisa kita dapatkan dengan uang Rp 50.000? Jawabannya beragam, tapi intinya uang Rp 50.000 ‘nilainya’ udah menyusut, yang mana bikin kita berasa nggak punya uang mulu 😅. Bener yaini, 1-2 tahun lalu dengan yang Rp 50.000 aku masih bisa jajan nggak penting di minimarket, kini dengan uang Rp 50.000 aku cuma bisa jajan yang penting aja.

Kita semua sepakat bahwa daya beli sedang menurun terutama 2-3 bulan kebelakang, banyak faktor sih… salah duanya adalah after pandemic effect. Kita lebih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan tersier atau sekunder macem healing (sebelum sinting 😎) dan nonton konser. Hal ini tentcunya berimbas pada daya beli yang menurun, gpp outfit-nya dari Shoppe atau TikTok Shop, gpp makannya aci-acian yang penting mah keluar bisa rumah 😂😂😂.

Selain itu, sebagian dari kita udah mulai menerapkan konsep belanja mindful demi memenuhi target finansial. Well… di satu sisi belanja mindful ini mempercepat waktu hisab 😁 namun di sisi lain belanja mindful cuma bisa bikin roda ekonomi terhembus angin. Macem, fafifu wasweswos fyuhhh… 🍃. Kupikir biang xerox dari stuck-nya perputaran uang di Indonesia adalah duo judol X pinjol 💀 yang malah diberdayakan oleh pemerintah.

Kalyan sadar nggak sih, saat ini kita udah mulai men-downgrade life style? Harga consumer goods yang naik diam-diam tentcunya bikin mengkaget saat bayar di kasir sementara penghasilan stuck mulu macem perempatan Buah Batu 😗. Kalau dulu kita bingung mau beli Sun Co atau Sania, sekarang kita nggak udah keberatan beli Minyakita atau Rizki. Ayo ngaku… 😂. Yang kuingat dari Minyakita adalah marketing strategy-nya yang bikin huru hara satu negara.

Oh ya, kalyan tim belanja bulanan atau tim belanja saat butuh (habis)? Aku tadinya tim belanja bulanan namun otw beralih ke tim belanja saat butuh karena meski udah bikin list apa yang mesti dibeli tetep aja ada yang ketinggalan 😢, kalyan begini juga nggak? *kepo. Bahkan nggak sekali dua kali belanja bulananku over budget karena belanja lagi (barang yang ketinggalan) sekaligus ngangkut barang promo dan cemilan baru yang lucu 😭.

Sebagai kakak rumah tangga *pinjem istilahnya Icunk 😉 yang saban hari ngurusin urusan rumah tangga (yang beneran rumah tangga) tentcunya aku udah khatam dengan urusan belanja. Biar gampang byasanya aku membagi list belanja ke beberapa tempat macem beli sayuran di pasar, beli groceries di supermarket dan beli personal care di online shop. Semua tempat belanja ada plus minus-nya, tinggal kita yang rajin mentengin promonya. 

Aku memang lebih sering belanja ke supermarket ketimbang ke pasar tradisional, tapi bukan berarti aku nggak pernah belanja ke pasar tradisional ya, aku cuma nggak tega aja nawar harga😁. Makanya aku suka iya iya aja kalau beli, bodo amat buibu di samping udah ngodein pake mata biar nawar harga 👀. Yang ada di pikiranku: aku nggak nanem – aku nggak nyiram – aku nggak panen – aku nggak ngangkut – aku nggak susah – yaudalaya 😅.

Selain untuk belanja, tujuanku ke supermarket adalah untuk stress release. Percayalah… menyusuri aisle sambil membaca ingredients produk dengan sans itu nikmeh banget apalagi kalau lagi sepi. Aku bisa berlama-lama di rak bumbu meski masak B aja, aku bisa berlama-lama membandingkan wangi sabun yang cucok, aku bisa berlama-lama di rak personal care meski ujung-ujungnya beli via e-commerce 😀.

Sayangnya, nggak semua supermarket mampu memenuhi kebutuhan, makanya kita perlu mampir ke tempat lain untuk menemukannya (+ membandingkan harga). Tenang manteman… aku udah bikin list tempat belanja consumer goods yang worthy di area Bandung, siapa tahu ada yang sedang kalyan cari. Untuk saat ini list tempat belanjanya hanya untuk area Bandung dan sekitarnya aja ya, silakan ditambah kalau dirasa masih ada yang kurang.

YOGYA GROUP 
Toserba Yogya, Toserba Griya, Yogya Xpress,Yomart, Bread Co, Bolen Lilit, Chicken Sumo, Magic Kitchen, Sushi Yo, Yo Ramen, dll.
Sebagian besar warga Jawa Barat pasti tahu laya Yogya Group, cabang dan anak usahanya ada di mana-mana, termasuk bolen lilit yang ukurannya makin menciut dan jadi oleh-oleh itu 😅. Aku termasuk loyal customer-nya Yogya Group bahkan udah resmi jadi member-nya sejak tinggal di ma’had. Well… selama hampir dua puluh tahun prestasi terbaikku bukanlah memenangkan undian motor atau mobil, melainkan hafal NIK saking seringnya ngisi kupon 😭.

+ lokasinya strategis dan nyaman
+ ada food court
+ range produk luas, stock dan kualitas OK
+ fresh product-nya (daging, seafood, frozen food, buah-buahan dan sayuran) OK
+ kadang ada tester
+ sebagian cabang jual produk dan snack impor
+ ada diskon kalau jadi member
+ harganya mirip dengan e-commerce
+ bisa order via aplikasi dan WA
- varian produk elektronik dan tools-nya standar
- hectic kalau tanggal muda

di sebelah kanan ada puding cendol, fyi aja sih ini mah 😅

BORMA 
Toserba Borma, Toserba Prama. Toserba Tokma
Kalau Borma adalah Borobudur Mart dan Prama adalah Prambanan Mart, maka Tokma apa? Toko Mart? Serius deh ini, Tokma apa manteman? Awalnya kukira Tokma adalah kw-annya Borma ternyata Borma versi luar kota 😂 tapi di Bandung juga ada Tokma, apakah Tokma adalah franchise yang bisa diperjualbelikan di luar keluarga inti? 🤔. Anyway, produk yang dijual di Borma lebih murah ketimbang Yogya Group, bedanya bisa sampai Rp 1.000 - Rp 3.000 😱.

+ harganya muraahhh... banget
+ lokasinya strategis namun agak kurang nyaman
+ ada tenant yang jual kue basah
+ range produk luas, stock dan kualitas OK
+ tools dan barang rumah tangga OK
+ ada banyak snack jadul yang jarang kita temui
+ varian produk elektronik dan tools-nya OK banget
- hectic kalau tanggal muda
- nggak bisa order via aplikasi dan WA
- nggak ada member
- bangunannya ala warehouse jadul, masih pake tangga dan kurang sejuk
- mungkin karena barangnya kebanyakan dan staff-nya dikit raknya berantakan mulu

ada kue gabin yang rare

ALFAGIFT 
Alfamart, Alfamidi
Kalau kalyan mager tingkat tinggi tapi ingin beli ini itu kurekomendasikan belanja di Alfagift 😉  aplikasinya udah bisa di-tracking macem ojol dan yang paling penting free ongkir. Untuk range produknya sih standar macem Alfamart pada umumnya, nggak lengkap tapi 'ada'. Aku biasanya pake Alfagift untuk beli galon dan beras, promo JSM-nya bisa tebus murah kayu putih 😁. Aku juga pake Alfagift untuk kirim-kirim ke rumah orang tua, so far sangat bisa diandalkan. 

+ bisa order via aplikasi dan free ongkir 
+ ada diskon kalau jadi member
- range produk standar

E-COMMERCE
Shopee, Tokopedia
E-commerce adalah pilihan terbaik saat nggak sempat belanja ots, kita bisa beli apa pun selama punya uangnya 😂. Cuma belakangan ini kayanya e-commerce udah mengurangi intensitas bakar uang yang bikin consumer dibebankan admin fees dan handling fees. Sumvah... saking khawatirnya nggak sengaja kepencet Paylater aku mengaktifkan fitur Shopee Barokah, so far so good. Oh ya, saat ini diskon payday lebih worthy ketimbang diskon tanggal kembar.
 
***

Saat ngobrol dengan manteman kantor beberapa bulan yang lalu, aku baru tahu bahwa toko kelontong yang menjual produk otw kadaluarsa (yang masih dalam batas aman untuk dikonsumsi) sedang hype. Produk makanan dan minuman yang masa kadaluarsa dekat dijual dengan harga murah banget masa... kan jadi kepikiran doi ngambil margin-nya dari mana? Tokonya selalu ramai, cocok laya untuk rang-o-rang yang siap war wer wor, tapi sekarang udah banyak kok reseller toko-nya yang bergerilya di WAG.

Gegara toko kelontong ini aku jadi kepikiran, apakah kita udah se-down grade ini sampai nggak masalah untuk beli produk otw kadaluarsa? It's a phenomenon... 🤯. Kalau sesekali atau nggak sengaja mengonsumsi produk otw kadaluarsa aku bisa memahaminya, namun kalau mengonsumsinya secara kontinyu dan dalam jangka panjang sejujurnya aku speechless. Aku tahu statement-ku nggak akan relevan dengan kondisi yang dihadapi setiap orang, namun yha~... be careful you are what you eat 🙇.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Hello~

Beberapa hari yang lalu aku dan Widy pergi Big Papa Pasta & Steak, warteg western yang masih ‘anget’ di Bandung. Sejujurnya aku kurang tertarik karena masih belum menemukan honest review yang 90% honest, well… untukku review di hari pertama opening mah nggak dihitung ya, kan simbiosis mutualisme 😅. Berhubung Widy udah kirim-kirim video-nya dan beberapa kali bilang ingin kesana, so… let’s give a try… 😉.

Aku dan Widy janjian ketemu di Big Papa Pasta & Steak setelah pulang kerja, niatnya biar nggak serame saat weekend, eh ternyata… tetep rame😭. Karena datang duluan tentcunya aku yang daftar waiting list, saat itu ada udah ada 7-8 nama di atas namaku dan kita semua bersatu di main entrance, kebayang kan gimana gabutnya kita semua 😅. Info dari staff, flow order-nya begini:

daftar waiting list – dikasih meja – antri ambil makanan – bayar di kasir – kembali ke meja

Space untuk menunggu dan line antrian yang slowmo bercampur, yang mana bikin situesyen agak penuh. Aku dan Widy membutuhkan waktu 40-50 menit (dari daftar waiting list sampai kembali ke meja) jelas nggak worthy apalagi saat antri ambil makanan kita berdiri cukup lama. Tadinya kita udah mau caw ke Sambal Bakar yang ada di samping, tapi karena udah tanggung jadi yaudalaya lanjut aja… *konsisten 💪.


Kebetulan kita dapet meja di samping line antrian, meski ‘terlihat jelas’ dan udah dikasih tanda reserved aku tetap meninggalkan tasku di kursi, tahu sendiri laya... 😅. Dan benar aja, tahu-tahu ada mb-mb yang duduk di meja kita dan memindahkan tasku ke meja sebelah. Tentculah hamba meradang... tanpa ba-bi-bu kupindahkan lagi tasnya sambil tanya “kenapa tasnya dipindahin?” tahu nggak dia jawab apa? “soalnya tempat kita ada yang nempatin” jirrrlah… 😡.

Pacar mb-nya lalu keluar dari line antrian dan bilang “tunggu, tunggu, bentar ya…” dengan gesture macem mau melerai?! Cuy… akutu nanya bukan ngajak gelut 😂. Untungnya saat itu ada staff yang lewat, terus kubilang “beresin ya sama itu” sambil nunjuk staff-nya dan balik ke antrian. Sumvah, kalau nggak inget lagi puasa ingin banget merepet panjang lebar dan nyuntrungin si Kiki Saputri. Hadehhh… 😤😤😤.

langit maghrib

meja kita pov dari line antrian

Sebelum pergi aku dan Widy udah bikin list makanan yang diinginkan, eh pas prak na mah buyar 😂. Sesi pilih-pilih inilah yang bikin lama, rang-o-rang pada galau dan ujung-ujungnya kalap. Ditambah lagi Papa Pasta & Steak pakenya piring besar macem piring saji yang tentcunya bikin kita merasa mesti mengisi. Aku nggak tahu apakah makanannya yang kurang OK atau ngambilnya kebanyakan namun beberapa orang orang meninggalkan banyak sisa di piringnya.

Efek puasa dan emosi tentcunya bikin kita double lapar *bukan kalap 😁 . Kita sengaja memilih menu yang berbeza biar bisa saling cicip, tapi ya berhubung varian menunya nggak begitu banyak pilihan kita mirip-mirip. Di dekat serving area ada PIC yang bertugas mencatat menu yang dipilih, mbnya juga bantu kita untuk split bill biar nggak ribet. Saat kita kesana Big Papa Pasta & Steak belum menerima bisa menerima pembayaran tunai jadi mesti cashless (debit atau QRIS).

First impression-ku: buseddd… seret ugha 😢

Tadinya aku ingin order lasagna namun habis makanya kuganti pake mashed potato, eh saat bayar Widy bilang “Non, lasagna-nya baru refill”. Yagimana ya… 😢 so far rasa mashed potato-nya OK. Perpaduan pasta yang overcooked nan dingin dan saus alfredo yang agak encer bikin rasanya mabur. Teuing kamana. Untukku, pasta, spaghetti, penne, macaroni dan manteman kalau udah overcooked cocoknya jadi seseblakan.

French fries-nya sih standar, pun dengan corn ribs-nya, mungkin karena bumbunya terlalu leqoh aku sempat keselek saat makan chicken Nashville. Diantara semua menu yang paling OK adalah beef blackpaper-nya, tapi meatball-nya B aja. Yang kusayangkan dari Big Papa Pasta & Steak adalah pilihan salad-nya yang template dan nggak ada opsi, seret euy hamba… sembelit people can’t relate.

aku dan kau suka dancow

untuk price list bisa cek di IG-nya ya

Kalau kalyan ingin makan menu western yang authentic kurasa Big Papa Pasta & Steak ini bukanlah pilihan yang tepat, kalyan bisa cari resto lain yang lebih OK. Tapi kalau kalyan penasaran dengan dan ingin membuktikan review-nya rang-o-rang, well... just go for it. Pastikan kalyan menghindari datang di jam makan biar bisa dapet spot parkir dan pengalaman order yang lebih nyaman. 

Big Papa Paste & Steak
Gg. Dakota Raya No.48, Sukaraja, Kec. Cicendo, Kota Bandung
Senin - Minggu 10.00 - 22.00 WIB

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates