Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Hello~

Memasuki musim penghujan ini udah saatnya kita mempersiapkan pancaroba kit, anginnya nggak enak dan hujannya labil banget 🥲. Menuju tengah hari bisa dipastikan cuaca gloomy ala-ala, byasanya hujan tipis-tipis tapi kadang hujan lebat, makanya nggak heran kalau bis terlambat datang gegara banjir 🌊.

So far, aku udah melewatkan banyak film bagus… entah kenapa belakangan ini aku malay ke bioskop, ada aja alasan mengapa aku lebih memilih melewati hari dengan rebahan di kamar ketimbang pergi ke bioskop. Aku juga udah nggak terlalu mantengin drakor, series apalagi, yang kuinginkan hanyalah selimutan sambil menunggu hujan reda 🤭.

Minggu lalu sepulang ngantor aku mampir ke BEC dulu karena ada yang mesti diurus, begitu urusanku kelar eh malah hujan, bukan hujan tipis-tipis ya melainkan hujan lebat. Ketimbang menunggu di bus stop aku memilih untuk menunggu di Gramedia sambil melihat-lihat buku kali aja yang menarique. Bahkan sampai aku bosan pun, bis yang kutunggu masih belum datang dan hujan masih belum reda.

Yha~ kadung udah kesini, kupikir nggak ada salahnya kalau nonton dulu sebelum pulang, toh pada akhirnya aku nggak akan pake bis yekan. Sambil jalan ke BEC aku mengecek film yang jam tayangnya dekat, beruntung masih tersisa 1 seat di row tengah untuk Mencuri Raden Saleh. Kalau nonton di bioskop aku selalu mengusahakan seat yang sejajar dengan screen, biar nggak siwer.

Flashback dikit niya. Saat kuliah aku dan Icunk pernah nonton Harry Potter di BIP karena tiketnya OTS kita kebagian seat pinggir agak depanan dikit. Bukan pengalaman yang menyenangkan ya karena selama nonton kita duduknya mesti miring karena nggak sejajar dengan screen, mana kepalanya mesti nenggak pula. Pulangnya kita pusing dan kompak sakit leher 😂.

Salah satu hal yang menyebalkan dari menonton di bioskop adalah penanyangan trailer sebelum filmnya dimulai. Eh, ini khusus trailer film horor ya. ZBL banget pokoknya kalau jalan lewat screen pas di bagian jump scare, rasanya ingin “hap!” langsung duduk di seat. Berasa dikejar-kejar aja gitu 😂 Sebelum film Mencuri Raden Saleh dimulai hanya ada1 trailer yang ditayangkan yakni Jagat Arwah. Kalau melihat visualisasi lelembutnya yang dibuat beragam aku sih tertarik tapi tetap ya nggak berani nonton sendiri 😱.

lukisan yang dimaksud

Untuk mempersingkat intro, marki-view Mencuri Raden Saleh…

So far, film bertema heist yang menurutku masih okcey untuk ditonton masihlah trilogy Ocean dan Italian Job, sedang untuk series-nya Money Heist. Jadi ya standarku adalah mereka ini. Seingatku, Mencuri Raden Saleh udah di-sounding 1-2 tahun sebelumnya, yang sayangnya karena pandemi mesti tertunda. Sejujurnya aku agak skeptis, khawatir kalau filmnya anyep karena tema heist ini adalah tema pendatang baru.

Mencuri Raden Saleh ini bercerita tentang komplotan amatir yang dipaksa keadaan untuk mencuri lukisan Raden Saleh. Adalah Piko (Iqbaal Ramadhan) dan Ucup (Angga Yunanda) pasangan bromance yang seringkali dicemburui oleh Sarah (Aghniny Haque). Piko adalah seorang mahasiswa semester akhir yang BU karena ingin membuka kembali kasus yang menjerat bapake (Dwi Sasono), ia nyambi dengan menduplikasi lukisan dan menjualnya melalui Ucup seorang so-called hacker.

balap mobil duls

Anggaplah mestakung, suatu hari Ucup dan Piko ditawari oleh Dini (Atiqah Hasiholan) seorang kurator seni untuk menduplikasi lukisan Raden Saleh yang berjudul: Penangkapn Pangeran Diponegoro. Si buyer yang kemudian diketahui sebagai Permadi (Tyo Pakusadewo) yakni mantan presiden Indonesia memberikan tantangan untuk menukarkan lukisannya Piko dengan lukisan aslinya.

Tenang pemirsa… Ucup cs hanya diminta merekrut member dan menyusun rencana cangkangnya aja, master plan-nya mah udah disiapkan oleh Permadi. Beliau sadar yaini eksekutornya adalah krucils tanpa pengalaman. Maka dimulailah sesi belanja member… *sesi penting-nggak-penting sekaligus sesi pengenalan skill. Ada Sarah pacarnya Piko, Gofar (Umay Shahab) dan Tuktuk (Ari Irham) kakak beradik beda emak dan Fella (Rachel Amanda).

Gofar dan TukTuk

Yang kurasakan saat menonton film bertema heist, kebanyakan film lebih memperlihatkan betapa ‘wah’nya cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, kadang objek yang dicurinya malah tampak B aja alias yagitu weh. Kita disibukkan dengan detail remeh-temeh hingga mengesampingkan esensi dari filmnya sendiri. Sebagai penonton, aku cukup mendapatkan informasi mengenai lukisan Raden Saleh dari narasinya Piko.

Kupikir keputusan membuat eksekusi rencana mereka berantakan sangatlah tepat, sebagai newbie yang baru nyemplung rasanya too good to be true kalau rencana mereka sampai berhasil. Memang, nothing is impossible tapi ya nggak realistis. Selalu ada kali pertama untuk semua hal bukan? Dan komplotan pencuri amatir ini mesti belajar dari kesalahan mereka.

Piko dan Sarah, pasangan BU

Kalau ada yang kusuka dari Mencuri Raden Saleh itu adalah keputusan Angga Sasongko mengoptimalkan cast yang segitu-gitunya. Kubilang begini karena di film bertema heist yang pernah kutonton, rerata dalam satu komplotan hanya 2-3 orang yang benar-benar dipake sisanya hanya cameo belaka yang membuat pembagian porsinya jadi nggak balance.

Kita semua faham bahwa Serabi original dengan topping oncom dan telur itu udah nikmeh dari kodrat, namun saat ditambah topping lainnya macem abon, mayones, ayam rica atau ayam teriyaki rasanya malah bikin bingung. Too much dan kehilangan esensinya. Inilah yang kurasakan ketika menoton Mencuri Raden Saleh, paruh pertama memang mengasyikkan, namun di paruh kedua aku merasa ada tekanan untuk memasukkan sub-cerita lain yang membuatnya bercabang 🌴.

Piko tanpa Pikopi

Paruh kedua kutandai dengan bebasnya Tuktuk dari penjara, momen dimana mereka menyusun rencana balasan atas kekalahannya. Semuanya terasa begitu cepat sampai aku nggak yakin Piko sempat mengajukan perpanjangan cuti kuliah.

Kalau ada yang membuatku ZBL itu adalah flirting-nya Ucup ke Fella, cringe cringe hadeh gimana gitu, mana konsisten dari awal sampai akhir. Aku nggak tahu apakah karakter Ucup memang dibuat flirty, tapi ya… jangankan merasa tergugah yang ada aku il-feel duluan. Yha~ aku bukan market-nya Ucup 🤣. Yang kukecengin di film Mencuri Raden Saleh hanyalah Aghniny Haque.

ishhh... 


Ohya, sejauh yang kurasakan product placement-nya film mencuri Raden Saleh cukup matang, sponsor-nya reliable dan nyambung dengan kebutuhan cerita. Kecuali… Fullo 🤔. Kurasa scene Gofur dan Fella rebutan Fullo udah cukup mewakili product placement-nya, namun scene Gofur ngemil Fullo berkardus-kardus sukses membuat iman teguncang. Macem… Gofur tuh faham nggak sih kalau ingin kenyang mah makan nasi bukan ngemil Fullo? Yakin ngga ‘kan spaneng? 🤣.

Di pestanya Permadi, Sarah tetiba coy dengan cowok yang nggak jelas juntrungannya namun mau-maunya ikutan gelut. Yang ada di otakku: Hey… dia siapaaa? Asli, nggak ada intro tetiba coy begini bikin aku KZL, tapi lalu kusadar apakah ada rencana terselubung untuk membuat sekuel film Mencuri Raden Saleh? Tapi kalau boleh menyarankan mending dibikin series-nya aja, biar writer-nya ada kesempatan untuk mengeksplorasi karakter dan membenahi naskah.

yu cakep banget

To be honest, kurasa akan lebih baik kalau Permadi menjadi mantan pejabat ketimbang mantan presiden. Toh, pejabat masa kini bisa mengoleksi barang antique bahkan memindahakan gapura taman safari ke ruang kerja adalah mungkin. Untuk ending-nya terasa kurang nendang siya dan aku khawatir mereka ketabrak lagi karena berhenti di tengah jalan.

Mencuri Raden Saleh adalah film yang menyenangkan dan menarik untuk didiskusikan dengan teman, untuk kekurangannya mungkin bisa ditambal di sekuelnya tahun depan *yamasa nggak ada sekuel 😉.

***

Pictures were taken from the Watchmen ID.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

3 bulan menuju akhir tahun, menuju review resolusi tahunan 🤭 Salah satu yang kulakukan demi menyambut pergantian tahun adalah beberes folder yang nggak berkesudahan, kayanya ada aja yang mesti diberesin 🥺. Sambil beberes itu aku jadi flashback tipis-tipis ke tahun-tahun sebelum pandemi, tahun-tahun menyenangkan yang isinya: akhir pekan ini mau ngapain ya?

Karena aku nggak mau flashback sendirian, kan kuajak kalyan ber-flashback ria, kali ini temanya adalah tempat berakhir pekan sebelum pandemi ✨👌🏻. Jadi, mohon pengertiannya ya yorobun kalau ternyata tempatnya sekarang udah berbeza atau udah nggak ada lagi.

Yuks… 

PENDOPO

Sebelumnya aku nggak pernah mengira Pendopo bisa diakses oleh publik, kukira hanya bangunan kantor dan cagar budaya. Aku tahu Pendopo ini karena diajak Icunk yang udah lebih dulu kesini dengan temannya, kita udah beberapa kali menghabiskan sore di Pendopo. Suasananya sejuk dan tenang 🍃. Kalau udah nggak tahu mesti kemana byasanya kita mampir di Pendopo, sengaja bekal cemilan atau buku meski ujung-ujungnya mah so pasti rebahan 😂.

Sebelum pandemi, untuk memasuki area Pendopo kita diminta untuk menyimpan kartu identitas (KTP/ATM) di pos satpam yang berjaga di gerbang. Saat pandemi Pendopo ditutup, well… aku nggak tahu apakah sekarang kita bisa mampir seperti dulu atau nggak karena setiap kali lewat kebetulan gerbangnya tertutup. Sebagai hidden gems nomor 1 di Bandung versiku, aku berharap Pendopo bisa segera diakses oleh publik, kangen ngadem 🥺.

Adem kan?

Loncengnya beneran bunyi

Aku baru sadar outfit-ku tabrak lari saat meng-edit foto 😂

Wefie di Central Park 🥲

Selfie pake kacamata baru 🤫

BALAI KOTA (BALKOT)

Meski lokasinya strategis Balkot hampir nggak pernah menjadi tujuan utama, namun sering dilewati kalau aku jalan ke BIP atau Gramedia. Eh, tapi pernah deng aku dan Icunk sengaja janjian di Balkot gegera ingin naik Bandros, sayangnya saat itu kita belum berhasil karena sistem ticketing-nya masih belum rapi. Nggak kecewa siya Cuma ZBL aja udah nunggu-nunggu tahunya udah ditungguin juga oleh rombongan buibu, kalau lawannya begini mah yumari kita undur diri 🙏🏻.

Sebelum pandemi, di Balkot sering ada acara komunitas jadi sambil lewat kita bisa sambil nonton, kalau weekend byasanya pada gelar lapak disana. Sejak pandemi Balkot ditutup, saat aku ikutan Cerita Bandung yang Freemason pun Balkot masih ditutup, nggak tahu kapan bisa diakses oleh publik lagi. Semoga aja bisa segera dibuka ya 😉.

Coba tebak, ini burung apa? Jangan bilang ini jalan masuk ke kantornya Dumbledore 🤭

Dedalu Perkasa 🌳

Wefie sambil menonton Quidditch

Bandros tersangka

Ada PKL yaini

TAMAN LALU LINTAS

Yuuhuu… Inilah taman favoritos kita semua, bukan karena tamannya bagus dan bersih ya melainkan karena Taman Lalu Lintas ini pernah mengisi masa kecil dan kuliah kita. Iya guise… aku dan temanku kurang suka nge-mall jadi kita mainnya ke Taman Lalu Lintas atau Kebun Binatang. Murce iya. Happy iya. Mandatory activity kita selain piknik adalah naik kereta apinya, berasa ada yang kurang aja gitu kalau nggak melakukannya 😁.

Saat pandemi Taman Lalu Lintas ditutup, nggak tahu niya kalau sekarang udah diakses oleh publik lagi apa belum. Terakhir kali ke Taman Lalu Lintas saat piknik dengan barudak, itu pun sebelum pandemi. Sekarang bocil yang ikutan piknik udah gede dan bertambah, kuy piknik lagi guise… 🥺

Yang ke Taman Lalu Lintas sejak kuliah

Kereta api yang udah terasa "mini"nya

Cucuraks :)

Yang difotoin balik

Aku. 20 kg yang lalu?!

ALUN-ALUN BANDUNG

Sebagai meeting point favoritos kita semua, alun-alun Bandung ini adalah tempat yang paling strategis untuk janjian. Apalagi kalau rute jalan-jajannya masih template ke daerah Kalapa, Pasar Baru, Braga dan sekitarnya. Aku jarang menghabiskan waktu di alun-alun-nya paling cuma lewat atau menyebrang dari satu sisi ke sisi yang lain.

Sebelum pandemi alun-alun Bandung byasanya ramai bahkan sampai malam sekali pun, selain menghabiskan waktu di rumput sintetisnya kita bisa naik ke tower-nya. Selama pandemi alun-alun Bandung ditutup, pernah dibuka tapi kembali ditutup karena warga +62 yang butuh healing menciptakan kerumunan disini. Sampai sekarang belum ada pertanda kapan alun-alun Bandung dibuka.

Kalau sampai sepi begini, artinya cuacanya puanasss polll

Foto template buibu di Alun-alun Bandung *lupa copot sandal

Warga +62 udah hideng menjaga jarak, yang berkerumun malah satpol PP-nya

***

Sebagai rakdjat djelita kita tentcu berharap area publik seperti  yang ada list ini bisa kembali dibuka untuk umum, kadang suka bingung aja gitu mencari tempat berakhir pekan yang hemat dan nyaman hehe

Well… Adakah yang mau spill tempat favoritos sebelum pandemi?
Let me know ya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

As we all know (now you know 😁) aku membeli netbook yang kugunakan hingga saat ini di pertengahan tahun 2013, karena membutuhkan space untuk menyimpan data. Tadinya aku berencana membeli laptop tapi karena budget-nya nggak banyak jadilah aku membeli netbook. Perbedaan laptop dan netbook yang paling ketara adalah keberadaan CD-room, aku sih nggak masalah nggak ada juga karena toh aku nggak perlu-perlu banget.

Laptopku yang sebelumnya kukasih ke Widy, karena di H-1 minggu sebelum sidang TA 3 aku nggak sengaja menghilangkan laptopnya di kosan, tercuri saat aku mandi sebelum ke kampus 😭. Sialnya, ia turut membawa smartphone-ku (yang saat itu masih baru) hadiah penyemangatz agar aku kuwat mengerjakan TA dari mama.

Yha~ Untungnya ia nggak mencuri hard disk, bisa delay TA-ku nanti 😱.

Ada banyak pilihan netbook yang sesuai dengan budget-ku namun rerata body-nya shiny dan keyboard-nya kurang simetris dengan touch pad-nya *penting 🧐 Lalu aku menemukan netbook Lenovo ini, body-nya nggak shiny dan keyboard-nya cukup simetris dengan touch pad-nya. Kalau untuk specs aku nggak banyak cingcong, sadar diri aja bahwa aku nggak bisa berharap banyak dari netbook 🥲. Oh iya, ini kali pertamaku menggunakan produk Lenovo, sebelumnya aku menggunakan Acer dan Compact.

Aku membeli netbook Lenovo seri Ideapad S215 di pertengahan tahun 2013 yang berarti usia netbook-ku saat ini adalah 9 tahun OTW 10 tahun. Sejujurnya aku sama sekali nggak mengira netbook-ku akan bertahan selama ini, kukira nasibnya akan sama seperti gadget kebanyakan yang mesti ganti setiap 3-4 tahun karena faktor usia.

Selama 9 tahun pemakaian, masalah peliknya hanyalah baterai yang udah uzur, nggak bisa dipake berama-lama tanpa di-charge 😅. Aku pun masih mempertimbangkan mau diganti apa nggak karena mencari baterai penggantinya juga agak susyah. Biar nggak lupa, marki-view (mari kita review) hal-hal yeng terjadi pada netbook-ku jelang perayaan 1 dekadenya.

UPGRADE OS

Tahun lalu aku meng-upgrade netbook-ku ke Windows 10 karena Windows 7 resmi pensiun, meski masih betah menggunakan Windows 7 aku sering merasa risih dikirimi reminder dari Windows, jadi weh di-upgrade 🥲.  Untuk ceritanya bisa dibaca disini.

UPGRADE RAM

Karena kapasitasnya yang terbatas aku cukup selektif memilih software yang akan di-install, nggak kuwat guise… apalagi design software yang butuh storage lega 😅. Tahun ini aku meng-upgrade RAM bawaan 2GB ke 4GB, tadinya mau sekalyan meng-upgrade SSD tapi nggak bisa karena bukan laptop 🤭.

Saat mencari review tentang tempat meng-upgrade RAM, semesta algorithm mengantarkannya melalui video yang seliweran di FYP TikTok. Meski seringnya creepy, aku nggak bisa menampik bahwa algorithm telah membawaku pada tempat yang tepat. Pada Ri Computer. Setelah mengecek akun social media dan tanya ini itu pada adminnya aku memutuskan untuk meng-upgrade RAM-ku disana.

Ri Computer berlokasi di Jaya Plaza, kalau dari arah Bandung Timur berarti setelah IBCC. Saat kuliah aku pernah beberapa kali kesini mencari komponen elektronik pake DAMRI yang bututnya kebangetan 😂 Heran juga siya, karena bahkan hingga satu dekade setelahnya Jaya Plaza nggak banyak berubah. Ohya, nggak perlu khawatir nyasar karena ada video tutorial menemukan Ri Computer tersimpan di highlight IG-nya.

Yang kusuka dari Ri Computer, mereka mencantumkan price list-nya jadi kita punya bayangan biayanya, pembayarannya bisa di-transfer atau pake QR, udah pada cashless kan? 😀 Untuk pengerjaannya pun terbilang gercep ya, nggak sampai sejam udah beres, first come first serve makanya mesti tangginas ✨👌🏻.

GANTI KEYBOARD

Selama ini keyboards-ku udah melalui banyak hal karena aku pun melakukan banyak hal di sekitar netbook-ku, seringnya terkena remahan makanan 🍩dan ketumpahan air minum 🥤, malah kadang dijadikan alas barang-barang yang ringan. Nah. Di awal Agustus aku tanpa sengaja menumpahkan segelas penuh air minum di atas keyboards yang berujung dengan matinya beberapa huruf dan angka 😭.

Mau tahu apa yang lebih mengesalkan? Password Microsoft-ku (yang popped-up setiap kali membuka netbook) menggunakan beberapa keyboards yang mati. Monanges banget laini 😭. Aku mesti menghabiskan 1/2 hariku dengan bolak-balik me-reset password, bahkan Microsoft team pun angkat tangan dan menyarankanku untuk pantang menyerah hingga mendapatkan kode yang sesuai 🥲.

Dan hal yang pertama kali kulakukan setelah berhasil login adalah mengganti password Microsoft 😆.

Begitu tahu keyboards-nya mati, aku lantas mengontak Ri Computer menyanyakan apakah keyboards-ku bisa di-service? Well… netbook-ku menggunakan keyboards tanam yang nggak bisa di-service melainkan harus diganti pake keyboads baru 😅. Kalau udah begini apa mau dikata yekan… saat weekend aku kembali mengunjungi Ri Computer dan mengganti keyboards netbook-ku.

Sejujurnya aku sih happy karena netbook-ku berasa kembali muda, karena menurutku bagian paling kuleuheu di netbook-ku memang si keyboards ini 😅. Karena keyboards-nya belum luwes (masih keras) aku sering banget typo, saat mengetik hurufnya banyak yang ketinggalan jadi mesti beberapa kali mengecek ejaannya. Hal inilah yang menghambatku menulis saat ini.

Jadi mohon maklumatnya dear warga +62… bukannya aku nggak ingin merampungkan draft blog atau menulis hal-hal absurd yang terjadi di sekitarku, tapi aku masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan keyboards baru di netbook-ku. Semoga keyboards-ku bisa segera luwes ya guise, banyak yang ingin diceritakan soale.

***

Urusan per-netbook-an ini mengingatkanku pada obrolanku dengan Deya mengenai Apel busuk 🍎.
Kamu punya sebuah Apel, ketika ingin memakannya kamu sadar ada bagian yang busuk, apa yang akan kamu lakukan? Ofkors kujawab dengan: ambil pisau, buang bagian yang busuk lalu makan Apelnya. 
Kenapa Apelnya nggak kamu buang dan ambil lagi (Apel) yang baru? Nggak kepikiran, karena meneketehe ada Apel lainnya 🥲.

Yha~ ini adalah tentang mindset 😏.

Bagiku (dan Deya karena jawabannya ternyata sama 😀) rasanya agak pantang untuk mengalihkan fokus pada objek lain selama objek yang pertama belum kelar urusanya. Makanya ketimbang membeli netbook atau laptop yang baru, aku lebih memilih untuk meng-upgrade-nya, selama masih bisa dipake ya hajar terus, push until the limit 💪🏻. Bukan berarti aku nggak pernah memikirkan opsi membeli yang baru ya, cuma untuk saat ini aku masih ingin mengoptimalkan netbook-ku.

Saat temanku bercerita bahwa ia berhasil mempertahankan laptopnya selama 13 tahun, aku merasa tercerahkan: oh ternyata bisa ya diatas 10 tahun 😅. Kadang amaze sendiri dengan netbook-ku, kok bisa bertahan hingga saat ini? Apakah dirinya terlampau cupu? Ataukah aku yang terlalu berhati-hati? Bagaimana pun kita udah menjadi partner yang coy selama 9 tahun ini 🤝🏻.

Barang murah atau mahal kalau dirawat pasti awet. Trust me! ✨👌🏻.

Note: 
Netbook-ku belum aqiqah-an guise... Tadinya mau dikasih nama Lappy tapi nggak jadi karena sadar bukan laptop. Legolas kelewat cakep. Helena kelewat emo. 
Kasih saran dongs yorobun nama netbook yang simple, cakep dan realistis 😂. 

Thank you.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Ini adalah post lanjutan dari post sebelumnya ya…

Tujuan kita selanjutnya adalah Hutan Pinus Mangunan dan HeHa Ocean View yang kalau di peta mah berada di daerah Gunung Kidul. Lagi, sepanjang perjalanan menuju kesana kulalui dengan tertidur 💤, beruntung AC bisnya nggak yang bikin semaput jadi kubisa lelap, paling kaki aja niya yang susah banget dikontrol 😅.


HUTAN PINUS MANGUNAN

Kita sampai di Hutan Pinus Mangunan menjelang sore, jelas bergeser jauh dari itinerary yang kudapat sebelum berangkat. Begitu turun kita langsung melakukan sesi dokumentasi sat set dan diberikan waktu hanya 15 menit aja ke Hutan Pinus Mangunan 😱. Coba jelaskan apa yang bisa didapatkan dari 15 menit wahai paduqa? 🥲 HAHAHA ternyata tidur siangku di bis lebih lama~ ketimbang saat di tujuan.

To be honest, aku nggak menikmati 15 menit itu 🥲.

Begitu memasuki area Hutan Pinus Mangunan hal yang pertama ada di benakku adalah: ini siapa sih yang memilih tujuannya? 😤 Asli. Monanges. Bukan karena Hutan Pinus Mangunan nggak bagus dan tertata, melainkan karena hutan pinus adalah hal yang biasa kita temui di Bandung. FYI. Aku selalu melewati hutan pinus setiap kali pulang ke rumah jadi ya B aja, nggak yang pulangnya mulung biji pinus untuk souvenir.

Kemudian kita kembali ke dalam bis, kembali ke kursi yang bikinku sakit pinggang, menempuh perjalanan ke HeHa Ocean View. Ketimbang misuh-misuh yang bikin ripuh kuputuskan untuk menikmati golden hour Yogyakarta sore itu melalui kaca jendela bis, daripada nggak sama sekali yekan 🤭 Kubiarkan cahayanya menyinari wajah hingga terasa hangat, menembus sanubari, merelakan sunset yang kuidam-idamkan meredup.




***

HEHA OCEAN VIEW

Menjelang maghrib kita sampai di check point-nya HeHa Ocean View, dari sana kita naik minibus aka elp menuju HeHa Ocean View. Hah? Gimana? Gimana? Iya guise… karena jalannya kecil bis kita nggak muat makanya pake minibus 🥲. Kukira jarak antara check point dan HeHa Ocean View dekat macem 5-15 menit makanya aku memilih untuk duduk di dekat pintu, ternyata jaraknya 30 menit yaini… HeHadeuuhhh 😅

Dari parkiran kita mesti jalan agak menanjak menuju loket, kalau nggak mau capek bisa sih pake ojek dengan biaya 5K, karena jaraknya nggak terlalu jauh kita memutuskan untuk jalan kaki aja. Dan terjadi lagi… kita langsung melakukan sesi dokumentasi sat set dan diberikan waktu hanya 15 menit aja di HeHa Ocean View 😅. OKAY.

15 menit selanjutnya kuhabiskan dengan memotret teman-temanku, udah macem challenge di TikTok aja 😂 Background-nya sama orangnya yang berganti, next! next! next! next! next! Sampai akhirnya aku capek dan memutuskan untuk ke parkiran duluan menunggu teman-temanku kembali.



***

Perjalanan menuju hotel adalah perjalanan yang panjang, berkali-kali kucek G-Maps berharap bis kita nggak sengaja melintasi time loop dan tring! udah sampai di hotel 😀. Ohya, karena kita nggak berhasil mencapai rest area tepat waktu, makan malam kita diantarkan langsung ke hotel. Begitu sampai ke hotel yang pertama kulakukan adalah makan, pondasi dulu dongs 😂.

Tadinya aku ingin rebahan aja menonton TV sambil meluruskan kaki, tapinya nggak jadi karena temanku mengajak main ke Malioboro. Memang Malioboro masih ramai meski udah tengah malam, sayangnya nggak semua tempat buka 24 jam jadi kita bingung mau ngapain 😁.




Di TikTok aku pernah menoton video ciwik-ciwik yang menyewa skuter dan berfoto di depan Tugu, yha~ ketimbang gabut yekan haha Kita menyewa skuter dari mas-mas yang stay di sekitar Malioboro dengan harga 30K/jam dan menitipkan ID sebagai jaminan. Kalem guise… nanti mas-masnya ngajarin kok cara pakenya yang nggak jauh berbeza dengan skuter manual (saat kita kecil).

Tentcu, pake skuter membuat kita tampak sedikit lebih muda dan bebas haha Kita berkeliling ke daerah sekitar Maliboro, yang ternyata nggak diperbolehkan untuk skuter *nggak ngeh karena spanduknya agak nyempil. Saat ingin mengembalikan skuter, Masnya mengajak kita untuk berfoto di depan Tugu, tawaran yang pastinya sulit untuk ditolak.

Kalau ada hal yang membuatku berkesan selama di Yogyyakarta, itu adalah skuteran tengah malam di Malioboro. Yang lain sana… minggir dulu! 😂.


Setelah sarapan kita memiliki waktu bebas nan terbatas untuk berbelanja oleh-oleh (opsional), sayangnya aku nggak bisa cabs ke ArtJog karena mesti mengikuti itinerary, eym… padahal Artjog adaah alasanku mengikuti gathering. Mungkinkah semesta menikungku gegara meninggalkan Icunk dan Deya di Bandung? 🤔.

Apalagi yang dilakukan wisatawan di waktu bebas? Yap. Ofkors belanja oleh-oleh. Kali ini aku ikut rombongan belanja temanku yang searah, rencananya aku ingin mampir ke ke Pasar Bringharjo untuk beli Wedang Uwu titipannya Icunk. Aku sengaja nggak menyisihkan budget untuk oleh-oleh karena memang nggak mood, lagi pula kebanyakan oleh-oleh expired date-nya sempit, nggak mungkin dipaketin ke rumah 😁.




Di Pasar Bringharjo aku membeli Wedang Uwu dan Serundeng pedas, karena kuyakin *pake banget pulang gathering aku mager tyada dua 💤. Tadinya mau beli Emping tapinya nggak jadi karena ingat setelah puasa kakiku sempat kram di tengah malam gegara makan Emping ½ toples. Iya guise… inilah tanda-tanda nyata penjompoan dini 😱. FYI. Serundeng pedasnya nggak benar-benar pedas ya, hanya sekelebat gitu.

Sebelum pulang ke Bandung kita sempat mampir di pusat oleh-oleh lainnya, sambil menunggu teman-temanku berbelanja aku memutuskan unuk jajan Baso Kawi di seberangnya, penyegaran dulu guise… mumet rasanya kepalaku kena AC mulu 🥴.

Perjalanan pulang ke Bandung kembali dilalui dengan tertidur, sesekali terbangun karena golden hour di Cipali menggelitik mataku melalui tirai yang disusupinya, membuatku sadar bahwa aku mengulangi rangkaian kejadian yang sama selama 2 hari berturut-turut. Matahari tenggelam dengan senyap menyisakan kita yang udah nggak tahu mesti ngapain lagi 😁.

REST AREA BANJARNEGARA

Kita berhenti di rest area Banjarnegara karena nggak sanggup sampai tepat waktu di rest area yang ada di itinerary. Sezuzurnya, aku pun ingin ke rest area ini… tapi nggak di malam hari juga siya haha 🤣 Selama ini foto dan video yang kulihat adalah versi default, makanya begitu switch ke dark mode langsung kaget sejadi-jadinya 😅. Mungkin ini hanya perasaanku aja, tapi aku beneran nggak betah (yakali rumah) dan ingin cepat-cepat cabs dari sana.

Mohon maaf geng ulang tahun Agustus, daku ngacir duluan ke parkiran bis dan nungguin kalyan disana 🥲.





***

Kita sampai di Bandung menjelang tengah malam, kalau Mas Tour-nya nggak ngasih pengumuman: udah sampai pintu keluar tol Kopo pake mic karaoke mungkin aku akan bablas tertidur.

***

Diantara semua cerita-derita liburan ke Yogyakarta aku mesti bilang bahwa liburan sat set ini memang yang paling beda. Kapan lagi coba liburan yang 2/3 waktunya dihabiskan di dalam bis? Baru kali ini yekan. Aku sih senang-senang aja punya teman yang tahu cara menghabiskan waktu dengan asyik, so far hotelnya nyaman, makanannya enak dan cemilannya banyak.

To be honest, aku merasa amazed pada diri sendiri karena dalam waktu 3 hari ini aku merasakan banyak emosi yang bergantian mengambil alih. Berusaha menyadari bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengamalkan stoicism 🤣 Semua hal terjadi saat itu benar-benar berada diluar kendaliku. Lagi. Ketimbang misuh-misuh… kali akan kubiarkan semesta menikungku dari balik itinerary yang disusun tanpa mengecek G-Maps 🥴🔨.


Setelah kupikirkan lagi, mungkin sebenarnya aku kurang cocok dengan konsep liburan sat set macem begini. Aku lebih cocok dengan liburan santai nan nyaman, macem menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan, jajan cemilan dan menikmati momen tanpa ada tendensi dokumentasi ✨👌🏻.

Liburan lagi kuy?!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hello~

Maapkan daku yang jarang meng-update blog ini, eh pada nungguin kan? 😁 Di bulan Agustus penuh sukacita kemerdekaan ini, aku turut merayakannya dengan mengikuti staff day aka gathering ke Yogyakarta. Akhirnya ya… setelah 3 tahunan stuck di bagian barat Pulau Jawa aku bisa mampir sebentar ke provinsi sebelah 😀.

Sejujurnya, ini adalah kali pertamaku mengikuti gathering yang diadakan oleh kantor, yha~ kantor-kantorku sebelumnya nggak pernah mengadakan gathering haha Sebagai gantinya kita byasa bikin after office sendiri, entah itu makan-makan, berenang atau sekedar nonton film bareng, tapi tetap ye semuanya terjadi di dalam kota.

Tenang guise… tyda perlu bersedih ya, aku udah cukup kenyang kok mengikuti gathering dari kantor mama, sejak masih piyik bahkan sampai bekerja.

Aku pun nggak mengerti kenapa rasanya malay sekali mengikuti gathering, mungkin karena nggak bareng coy ya jadinya kurang zemangatz 😂 Saking malaynya aku hanya prepare seadanya, paling obat-obatan yang agak niat (lebih karena sadar diri aja sih ini mah), cemilan pun B aja. Karena koperku kebesaran, akhirnya aku pake laundry bag IKEA untuk membawa semua barang-barangku, asli, semager ini… 🥲 Untuk printilan macem kamera, dompet, charger etc kumasukan ke dalam tas ransel yang di-keukeup-in sepanjang perjalanan.

Kita berangkat dari Bandung di malam hari, saat itu cuacanya labil dan nggak begitu enak, sebagimana sobi penjompoan dini aku minum Tolak Angin dan Antimo sebelum berangkat. Mencegah lebih baik daripada mengobati yekan 😅.

Beberapa hari sebelum berangkat, warga +62 sempat meributkan jarak tempat duduk di kereta api ekonomi yang dinilai kurang manusiawi di Twitter. Kenyataannya, bukan hanya jarak tempat duduk di kereta api aja yang mesti dikaji ulang, bis juga yaini. Kalau kau pernah menaiki bis DAMRI jurusan Alun-alun – Cibiru pasti faham gimana minimalisnya jarak antar kursi penumpang, bikin sakit kaki.

Kukira bis pariwisata akan sedikit berbeza, eh ternyata sama aja 😅 saking sempitnya kakiku sulit masuk, sekalinya masuk nge-press banget jadi susah digerakkan, beruntung aku nggak kebagian kursi di pinggir jendela. Jadi ya, selama perjalanan aku duduk agak miring karena kakiku berada di Lorong, iya guise… inilah cikal bakal sakit pinggang seminggu ke depan 🤭.

Alhamdulillah perjalanan menuju Yogyakarta lantjar djaya, yaiyalah… selama perjalanan aku tertidur dan tahu-tahu udah sampai di rest area. Setelah bebersih dan sarapan, kita sempatkan untuk bermain game tipis-tipis sambil menunggu persiapan tour selesai. FYI, tujuan pertama kita adalah Jeep tour ke daerah Merapi dan mengunjungi beberapa spot foto wisatawan.


Setiap Jeep-nya ditumpangi oleh 4 orang + supir, aku request duduk di depan karena karena kakiku masih sakit perkara kursi bis. Sejujurnya aku ingin banget bisa memilih Jeep sendiri 😋 sayangnya, urusan pembagian Jeep dan siapa partner nge-Jeep kita udah ditentukan duluan oleh si Mas Tour. Kalau beruntung kita bisa kebagian Jeep yang masih okcey dan helm yang masih proper, kalau nggak yaudalaya 😚.

Kita berhenti di beberapa spot foto wisatawan untuk sesi dokumentasi, iya… kalyan nggak salah. Sesi dokumentasi dimana kita pake jaket seragam dengan dengan gaya foto standar ala bapack-bapack di balik banner berisi nama acara dan perusahaan. Nggak lupa teriyakin yel-yel biar videonya tampak lebih hidup. Dan yha~ sesi dokumentasi ini cukup menyita waktu sebab ada beberapa gadget yang digunakan.



Cuaca yang syahdu ini sungguh membuaiku (yang sepertinya) masih berada dalam pengaruh Antimo *alasan, pelan tapi pasti aku tertidur di perjalanan menuju Sungai Kemuning. Sayup-sayup terdengar temanku menanyakan pada supir apakah aku tertidur? yang dijawabnya dengan: iya Mas, Mbaknya ketiduran. Hahahasyu… 🤣 yagimana, jalan berbatu khas trek offroad nggak cukup jitu membuatku melek.

Nyawaku baru selesai terkumpul saat kita sampai di Sungai Kemuning, yakni track terakhir sekaligus penutup dari rangkaian Jeep tour di Merapi, cipratan airnya berhasil membawaku kembali ke dunia nyata. Kalau teman-temanku yang lain teriak-teriak kesenangan, aku masih butuh waktu untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Aku tahu teman-teman se-Jeep-ku heran kenapa aku bisa ketiduran padahal environment-nya sama sekali nggak mendukung untuk tidur. Sayangnya, aku pun nggak punya jawaban selain: lelah bestie 🥲.

Kalau masih ingat, di post ini aku juga pernah ketiduran saat ke Candi Borobudur. Aku sih sans aja, rang-o-rang yang heran.

Tadinya kita akan mengunjungi The Lost World Castle yang lokasinya masih berada di daerah Merapi, tapi nggak jadi karena The Lost World Castle sedang under maintenance. Sebelum lanjut ke tujuan berikutnya kita diperkenankan untuk mengganti pakaian terlebih dulu. Tapi karena pakaianku nggak basah-basah amat aku memutuskan untuk langsung ke bis dan… ngemil roti heu

Post-nya dilanjut ke part 2 ya, biar nggak capek bacanya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates