source |
Yes!!! Akhirnya kita kembali ke Ubertos full team 🙌🙌🙌
Kali ini kita nonton film Hotel Mumbai atas rekomendasinya Memed, nungguin film Avengers: End Game mah kelamaan yhaha 😪 Bukannya nggak berminat dengan film Ave Maryam ya tapi (kupikir) film Ave Maryam adalah tipikal film yang mesti dinikmati sendiri, kurang maksimal untuk bahan komentar heuheu 😁 Ohya ... Jangan
Kalau biasanya sebelum nonton aku searching
dulu nyari tahu gimana alur cerita dan review-nya
(yang biasanya sehati dengan @watchmen.id) sampai agak detail, kali ini selow ae hanya sebatas
cukup tahu dengan fakta bahwa film Hotel Mumbai ini based on true story
dan pernah dibuat film dokumenternya. Tumben banget kan Memed merekomendasikan film
macem gini, bukannya kenapa-napa yaw doi pedes aja level 0 😁 ... In Memed we trust.
Film dokumenter yang dimaksud adalah Surviving Mumbai karya Victoria
Midwinter Pitt pada tahun 2009, berhubung pernah ditayangkan di channel National Geographic (CMIIW) jadi
besar kemungkinan kini bisa ditemukan di youtube.
Aku menonton film dokumenter Surviving Mumbai secara tak sengaja sebab nggak
bisa tidur, sekitar tahun 2015-2017an lah ... pokoknya di masa hiatus season 1.
Film dokumenter Surviving Mumbai bercerita tentang terror yang terjadi India pada akhir tahun 2009, terror ini digagas oleh kelompok terrorist (atau ekstrimis muslim)
Pakistan bernama Lashkar-e-Taiba dan menargetkan turis serta ekspatriat asing. Agak
miris memang namun fakta bahwa martir yang perperan sebagai terrorist ini hanyalah korban brainwash cukup membuat hati terenyuh 😑.
Film dokumenternya bagiku lebih dari cukup untuk menggambarkan ketegangan
saat terror terjadi, footage yang digunakan berasal dari
berbagai CCTV di seluruh India dan ada beberapa kesaksian dari penyintas.
Bayangin aja ya ... India, negara dengan populasi terpadat kedua di dunia kacau
balau dalam sekejap macem petenakan semut pasca wadahnya digoyang-goyangin.
Amburadul ... tenan 😅😅😅.
Film Hotel Mumbai dirilis setelah hampir 10 tahun sejak film dokumenter
Surviving Mumbai rilis. Apaqa ini termasuq #10yearschallenge?
Film Hotel Mumbai adalah debut perdana sutradara berkebangsaan Australia
Anthony Maras yang sebelumnya banyak film pendek. Menurutku, film Hotel Mumbai ini
memaparkan behind the scene
di Surviving Mumbai dengan lebih kompleks. Seperti halnya film yang diangkat
dari kisah nyata film Hotel Mumbai ini menggunakan beberapa point of view termasuk terrorist-nya sendiri.
Tadinya kupikir tensi ketegangan film Hotel Mumbai mirip-miriplah dengan
film Hotel Rwanda, yang TKPnya sama-sama berada di hotel. Ternyata, setelah
menonton di 5 menit pertama ... film Hotel Mumbai jauh lebih menegangkan
ketimbang film Hotel Rwanda. Meski demikian, aku merekomendasikan film Hotel
Rwanda untuk kalyan tonton kalau lagi gabut. Walau jadul, issue yang diangkat ‘masih’ hangat dan sangat relate dengan kehidupan garis keras ala benua hitam Afrika 🙈🙉🙊.
Seperti yang kubilang di atas, ketegangan di film Hotel Mumbai ini dimulai
di 5 menit pertama, yang artinya kita hanya diberi jeda 5 menit (sejak film
diputar, nggak termasuk teaser) untuk
dipergunakan sebaik-baiknya dengan: membisukan smartphone, menyamankan posisi duduk, nyobain f&b dan minum
(kalau ada 😉). Bukannya lebay, tapi setelah 5 menit itu kita hanya akan berfokus
pada layar, merasai ketegangan ... yang lama banget kelarnya haha 😂😂😂
Kalau kalyan mengikuti pelajaran Sejarah di masa muda dan rajin mengikuti
perkembangannya pasti tahu kalau India dan Pakistan sering bentrok sebab
menyengketakan wilayah Kashmir, sebagai daerah subur yang memiliki SDA yang
menakjubkan sudah barang tentu Kashmir layak disengketakan.
FYI
India adalah koloni Inggris yang akhirnya dimerdekakan sebab Inggris kalah
perang dan terdesak akibat kejadian di Dunkirk. Selagi mempersiapan kemerdekaan
negerinya, M. Ali Jinnah selaku tokoh muslim di India keukeuh memisahkan warga hindu dan muslim serta membagi daerah eks
koloni Inggris tersebut menjadi India dan Pakistan. Kalau kalyan berminat
dengan sejarah India-Pakistan ini aku merekomendasikan film Viceroy's House, Victoria and Abdul
dan serial Madiba.
Eym ... kembali ke film Hotel Mumbai haha
Serangan pertama dilakukan di Stasiun kereta api Chhatrapati Shivaji
Terminus (CST), terrorist tersebut
melakukan penembakan secara membabi buta dan brutal yang tentu saja memicu
kepanikan luar biasa 😰. Hanya dalam waktu satu jam sejak terrorist melancarkan serangan di CST, tercatat terjadi serangan
serupa di 4 lokasi yang berbeda yakni Nariman House (sinagoga milik komunitas
Yahudi Ultra Ortodoks), Chabad Lubavitch (cafe yang populer di kalangan turis),
Hotel Oberoi dan Taj Mahal Palace and Tower.
BTW, itu belum termasuk dengan serangan spontan yang terjadi di jalanan dan
ruang publik 😭😭😭.
Di tengah kepanikan tersebut sebagian orang mencoba peruntungannya dengan
berlindung di hotel atau kantor besar, salah duanya adalah Eddie (Angus McLaren) dan Bree (Natasha Liu) yang
sebelumnya berhasil lolos dari serangan di Chabad Lubavitch 😦. Setelah
menggedor-gedor pintu hotel dengan hopeless,
kepala hotel mengizinkan orang-orang masuk ke hotelnya, sialnya dua diantaranya
adalah terorrist.
Hadeehhh ... 😵😵😵
Yadeh. Disini terror dimulai ... 😈
Terrorist tersebut bukan
hanya melakukan penembakan secara membabi buta dan brutal, namun juga menebar
kengerian dengan melempar granat di beberapa spot hotel. Afgan banget deh pokoknya ... 😭 Nggak ada excuse bahwa kita berada di pihak yang
sama atau kita memihak Tuhan yang mana, semuanya dibabad habis tanpa
terkecuali. Membuatku mempertanyakan Tuhan mana yang (akan sudi) berpihak pada
mereka.
Saat serangan terjadi sekelompok tamu sedang berada di restaurant untuk santap malam, beberapa diantaranya adalah David
(Armie Hammer), istrinya Zahra (Nazanin Boniadi) dan Vasilli (Jason Isaac) yang
menjadi main character. Salah satu staf hotel yang bertugas di restaurant saat itu adalah Arjun (Dev
Patel), beruntung Arjun cukup sigap dan intuitif untuk mengamankan para tamu.
Atas instruksi chef Hermant
Oberoi (Anupham Kher) para tamu digiring menuju ke Chamber Lounge, yakni safe room
yang dipergunakan untuk keadaan darurat macem penyerangan ini. Aksi
kucing-kucingan antara terrorist vs
staf hotel dan tamu membuat jantung berdetak terlalu cepat, karena
sekalinya ketahuan nyawa taruhannya. Nontonin mereka celingak celinguk mengecek
keadaan pun jadi sebegitu mengerikannya 😅.
Jangan dikira berada di Chamber Lounge membuat para staf dan tamu lantas merasa
aman, terutama pasangan David dan Zahra yang meninggalkan bayi mereka Cameron
di kamar hotel dengan Sally (Tilda Cobham-Hervey) pengasuhnya di kamar hotel. Kita
semua misuh-misuh loh ini nontonin mereka ... Kalau anak kecil mungkin masih
bisa dikontrol, nah ini bayi loh ... Nggak nyaman dikit pasti kan bersuara
(nangis) 😰.
Well ... Mungkin
kalyan bertanya-tanya, dimanakah polisi saat serangan ini terjadi? Nggak adakah
yang melapor?
Ehm ... Jangankan kalyan, kita aja yang nonton sudah jete bete kene
nungguin polisi 😅.
Dan satu hal yang perlu kalyan tahu, polisi di film Hotel Mumbai ini adalah
sebenar-benarnya polisi India 😬.
KZL level meletup di ubun-ubun
adalah saat chef Hermant menghubungi
polisi menanyakan kapan (polisi) akan tiba? Guise ... Please, jangan lupa menghujat 😂😂😂. 4 jam setelah serangan terjadi,
ternyata polisi masih belum
berangkat dongs ... Aje gile banget kan 😣. Jawa Barat dan India memang terpisah
jutaan kilometer namun OTW-nya memiliki arti yang sama, Okey Tungguan Weh ... 😌
Disini aku merasa bersyukur tinggal di Indonesia, meski masih jauh dari
sempurna seenggaknya aku bisa menemukan pos polisi (beserta polisinya) dengan
mudah hampir di setiap kelokan dan setiap jam terutama di bulan Ramadhan.
Yang terpenting, Indonesia telah belajar dari pengalaman di masa lalu dan
membentuk detasemen khusus anti terror 👌.
Sebenarnya ada sekelompok polisi yang pernah memasuki hotel saat serangan
terjadi, nggak ngerti juga dengan SOP polisi India 😅, mereka datang ke hotel
hanya bermodalkan pistol (dan kayanya pentungan) tanpa menggunakan armour, ya jelaslah tanpa perlu basa
basi berkepanjangan mereka semua langsung disapu bersih pake AK-47, beginilah
jadinya kalau martir dikasih hansip ... 😌
Atas nama terpisahkan jarak ±13.000 mil, staf dan tamu hotel yang terjebak
mesti menunggu entah sampai kapan hingga pasukan elite India datang dari New Delhi. Eym ... Siapa sih miminnya? Slow response
banget ih ... 😫 Yang ada kita malah jadi makin gemes sendiri dengan kelakuan polisi
India yang kelakuannya minta banget dihujat. Nggak bisa gitu dicicil dulu
datangnya?
Komentar Icunk “Ka Singapur heula kitu helicopter teh?” 😒
Salah satu scene yang membuatku
gregetan adalah saat baterai ponsel sakaratul
maut, kemungkinan saking paniknya
orang-orang nggak kepikiran bawa charger,
jangan tanya power bank karena ini adalah tahun 2008 😅. Saat baterai
ponsel Arjun habis di control room ingin banget ngasih tahu doi untuk
pinjem charger-an atau pake aja
charger-an yang ada. Eh tapi kan ini tahun 2008 ... 😁 charger-annya belum pada universal,
setiap brand bentuknya masih
beda-beda. Curiga ponselnya pada mati gegara baterainya menggelembung deh ini 😂.
Sekali lagi, India adalah negara dengan populasi terpadat kedua di dunia. Nggak
adakah diantara penduduknya yang berminat menjadi polisi? Nggak adakah yang
bersedia mengambil resiko untuk berjibaku melawan terrorist? Nggak adakah emak-emak yang berani nyarekan sambil melempar sumpah serapah? Ini tahun 2008 namun aku
merasa terlempar ke masa lalu 😴😴😴.
Polisi, sebagaimana selalu dituturkan dalam setiap kisah heroik adalah
pahlawan kesiangan yang keberadaannya bagai kang parkir Indomaret. Datang di
akhir namun selalu mendapat atensi dan hujatan penuh.
Selain polisi, hal yang mesti digarisbawahi dari film Hotel Mumbai adalah
fakta bahwa terrorist tersebut
merupakan pemuda miskin minim pendidikan yang rela di-brainwash sebab desakan ekonomi. Ada salah satu scene yang menampilkan percakapan salah
satu terrorist dengan pemimpinnya
yang disebut The Bull tentang uang yang (kemungkinan besar) diiming-imingkan,
bertanya-tanya apakah ia (The Bull) sudah mengirimkan uang untuk keluarganya?” 😢.
Disini kemanusiaan kita digamangkan, merasa iba sekaligus merasa
tertohok atas ketidakberdayaan para martir ini. Mungkin mereka sendiri nggak
yakin dengan apa yang dilakukan, namun apa mau dikata keadaan memaksa mereka
berada di posisi yang kurang menguntungkan. Maka mereka hanya melakukan satu-satunya
hal bisa dilakukan, berusaha masuk surga ... Bermimpi syahid 😥.
Sampai saat ini nggak ada yang tahu siapa sebenarnya The Bull, apakah ia
masih hidup atau sudah mati, apakah ia berada di Pakistan atau di India. Yang
jelas ia masih bebas berkeliaran, kemungkinan mempersiapkan serangan
selanjutnya ... Who knows? Yawla ... sebegini kacrutnya
India? 😰 Tolong dong netizen hehe 😁
Setelah selesai nonton film Hotel Mumbai, kita jadi mempertanyakan “(tahun)
2008 kita kemana sih?” heuheu 😅 Serius deh ini, nggak ada satu pun dari kita yang
ngeh dengan (peristiwa) yang terjadi di India ini dongs. Yha~ Saat itu kita disibukkan
dengan TPB (tahun pertama bersama) dan ospek, jadi agak kurang fokeus mengurusi
hal yang lain hehe
FYI. Di tahun 2008 aku nggak punya TV dan belum musim smartphone *ternyata memang #sobatmisqueen sedari dulu 😂
FYI. Di tahun 2008 aku nggak punya TV dan belum musim smartphone *ternyata memang #sobatmisqueen sedari dulu 😂
Eh. Bahas cast-nya nggak nih?
Anupam Kher adalah salah satu aktor India yang cukup familiar bagi kita
semua, terutama generasi 90an. Ia pernah berperan di ± 400an film India salah
satunya adalah Kuch Kuch Hota Hai sebagai tuan Maholtra. Hayoo lohh ... pasti
pada inget kan scene doi joged dengan
sekjurnya di akhir acara kampus 💃.
Sedangkan Dev Patel ... ia adalah bintang dari film Slumdog Millionaire dan
sedikit berperan di film Life of Pi. FYI, aku belum menonton film Lion jadi
belum bisa berkomentar haha Meski karakter yang diperankannya tenggelam oleh
karakter lainnya kupikir Dev Patel memberikan penampilannya yang terbaik untuk
film Hotel Mumbai ini. Scene favorite-ku adalah saat Arjun naik
skuter ke rumahnya sambil nyeker 👣.
Kalau pernah nonton Call Me by Your Name pasti kenal dengan Armie Hammer
ini, yaiyalah mana mungkin kita melupakan doi haha 😏 Sebagai crush kita bersama kupikir penampilan Armie Hammer ini sangat nggak
mengecewakan, seenggaknya saat menontonnya di film Hotel Mumbai aku jadi
melupakan apa yang pernah ia lakukan di film Call Me By Your Name 😁.
Untuk Nazanin Boniadi aku nggak bisa berkomentar banyak ya karena
satu-satunya film Nazanin Boniadi yang pernah kutonton adalah film Hotel Mumbai
ini.
Pada ngeh nggak nih dengan Jason
Isaac? Ioy. Doi adalah Lucius Malfoy alias bapake Draco Malfoy yang ngepret
Dobby pake kaos kaki di film Harry Potter. Ternyata aslinya ganteng haha 😊 Kupikir Vasilli adalah salah satu scene
stealer yang chill-nya nggak ada dua, Russian vibes-nya dapet banget, coba kalau doi nggak terlalu ngegas mungkin
ceritanya akan berbeda 😌.
By far, film Hotel Mumbai adalah film yang
mesti banget kalyan tonton, lupakanlah film Avengers: End Game karena sudah
jelas kita berada di universe yang
berbeda 😛. Meski sepanjang film diputar kita akan merasa seolah-olah sedang
berada di waktu dan tempat yang salah, deg-degan nggak karuan sebab berasa
ikutan dikejar-kejar dan terjebak permainan kucing-kucingan dengan terrorist, film Hotel Mumbai membuka
mata kita akan terror tak terduga.
Satu hal yang mesti kalyan ingat, saat
paling nggak aman adalah saat kita merasa paling aman.
Selain itu, meski terrorist ini
menjual komoditi keyakinan sebagai alasan kurang ajar untuk berbuat keji,
kupikir kita semua sudah sadar bahwa keyakinan hanyalah skema untuk membuat
riak di air tenang. Kalau masih ada film Hotel Mumbai di bioskop terdekat
segeralah menonton, film Avengers: End Game jelas akan menghabiskan layar.
Aku nggak merekomendasikan untuk menonton film Hotel Mumbai ini via PC atau smartphone yaw karena sensasi tegangnya nggak akan pol 😂.
Aku nggak merekomendasikan untuk menonton film Hotel Mumbai ini via PC atau smartphone yaw karena sensasi tegangnya nggak akan pol 😂.