Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.

Doctor Strange adalah spin off dari superhero Marvel yang akhirnya ‘kebagian jatah’ untuk difilmkan, ceritanya masih seputar the dark world dan infinity stone yang menjadi rebutan seluruh galaksi. Bosan? Iya sih ... 😐 Tapi ini kan Marvel, suatu saat nanti pasti ‘kebagian jatah’ juga kan di The Avengers hehe

Menariknya, Doctor Strange ini diperankan oleh Bennedict Cumberbatch yang menuai pujian berkat perannya sebagai Alan Turing di film The Imitation Game, yang mana image-nya jauh dari kata action. Sedangkan lawan mainnya yaitu Rachel McAdams bisa dibilang adalah biangnya drama romantis karena keterlibatannya dalam film semacam The Note Book dan Someday.

Dr. Stephen Strange (Bennedict Cumberbatch) adalah seorang dokter ahli bedah yang mengalami kecelakaan saat akan menghadiri Neuroloical Society bersama Dr. Christine Palmer (Rachel McAdams), kecelakaan tersebut tak hanya membuatnya cacat namun juga merengggut karirnya sebagai seorang dokter ahli bedah.😭

Dalam usahanya untuk sembuh Dr. Strange tanpa sengaja bertemu dengan Jonathan Pangborn, salah satu calon pasien yang pernah ditolaknya dulu. Jonathan memberitahunya tentang suatu tempat bernama Kamar-Taj yang membantunya pulih.

Ia lalu pergi ke kathmandu Nepal untuk mencari Kamar-Taj, beruntung ia bertemu Mordo saat sedang dipukuli bandit yang menginginkan jam tangannya. Mordo tak hanya mengantarkannya pada Kamar-Taj namun juga kepada The Ancient One (Tilda Swinton) pemimpin mereka yang immortal.

Meski awalnya ditolak, namun akhirnya the Ancient One memberikannya izin untuk tinggal di Kamar-Taj. Dr. Strange tak hanya belajar mengenai mystic art dan menemukan bahwa kamar-Taj merupakan centre yang menghubungkan 3 sanctum (tempat suci/berlindung) di dunia yaitu New York sanctum, London sanctum dan Hong Kong sanctum.

Didorong rasa penasaran, Dr. Strange meminjam Book of Caliogstro milik The Ancient One, buku tersebut memandunya untuk bisa memanipulasi waktu menggunakan kekuatan The Eye of Agamotto. Ketika The Ancient One, Mordo dan Wong memergokinya berusaha mengembalikan halaman yang hilang, muncul penjaga New York sanctum yang melarikan diri dari Kaelicius.

Kaelicius ini sebenarnya adalah murid The Ancient One yang memilih untuk menghamba pada Dormammu penguasa The Dark Dimension, secara garis besar karekter Kaelicius mirip dengan Anakin Skywalker di Star Wars.

Dr. Strange terlempar ke London sanctum dan melihat Kaelicius membunuh penjaganya dan memburunya. Beruntung, ia diselamatkan oleh The Cloak of Levitation yang kelak menjadi relic-nya dan lantas menemui Catherine untuk mengobati lukanya. 

Ketika kembali ke London sanctum, Dr. Strange terlibat perdebatan dengan The Ancient One dan Mordo yang membuatnya mempertanyakan apa tujuannya. Then, Kaelicius kembali lagi dan memburu mereka.

Meski mengingatkan film Inception dan Upside Down, scene-nya kejar-kejarannya benar-benar keren, serasa lagi mimpi 😁 Pada perkelahian ini The Ancient One terbunuh oleh Kaelicius dan satu-satunya sanctum yang tersisa hanyalah Hong Kong sanctum yang dijaga oleh Wong.

Mau tak mau Dr. Strange dan Mordo pergi ke Hong Kong sanctum, ketika sampai keadaan Hong Kong sanctum dan sekitarnya sudah kacau karena portal The Dark Dimension sudah terbuka. Tak ingin menunda lama, Dr. Strange kemudian menggunakan kekuatan The Eye of Agamotto untuk memutar balikkan waktu.

Kaelicius yang melihatnya kemudian berusaha untuk menghentikan Dr. Strange dan membunuhnya. Dalam keadaan terjepit itulah Dr. Strange memberanikan diri untuk menemui Dormammu untuk bernegosiasi. Sumpah! Ini adalah adalah scene terkonyol di sepanjang film melebihi ‘Try me, Beyonce...’ haha ‘Dormammu... I’ve come to bargain...’.

Dormammu yang kesal akhrinya mau menerima tawaran Dr. Strange dan menutup portal The dark Dimension. Dr. Strange dan Mordo pun berpisah karena memilih jalan yang berbeda, meski kemungkinan besarnya mereka akan kembali reuni di entah film mana selanjutnya.

Secara keseluruhan Doctor Strange memiliki style yang merupakan perpaduan antara Inception dan serial animasi Avatar (Aang), sedangkan untuk kostum yang Dr. Strange kenakan agak sedikit mirip dengan The Little Finger di serial Games of Thrones (mungkin karena perawakannya hampir mirip) dan The Cloak of Levitation-nya sendiri mengingatkan akan Invisible Cloak-nya Harry Potter.

Visual effect Doctor Strange kurang lebih mirip dengan The Fantastic Beast and Where to Find Them, yaitu pada scene yang menggunakan teknik reverse (putar balik). Scene disaat para Auror mengembalikan kota New York pada keadaan semula dan scene disaat Doctor Strange memutar balikkan waktu di Hong Kong sanctum. Yes. Keren...

Sayang The Ancient One mati, padahal visual effect yang jadi ciri khasnya adalah yang paling gorgeous. Kaya itu loh... teropong yang bisa membuat ilusi segi 6, dulu waktu SD seing dijual Mang-mang di sekolah.

Dari semua film superhero Marvel, Doctor Strange ini adalah yang paling kaya visual effect-nya (dalam hal mewujudkan imajinasi) dibandingkan film lainnya. Meski sebenarnya ada beberapa plot hole yang membuatnya jadi ‘krikk... krikk...’ hehe 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

You couldn’t force someone to love you only because you loved him. It was hurt to know that somebody you love isn’t feeling the same as you do, but it would be hurting you more if you still being stubborn.

Ika Natassa may be written the more you make me suffer the more I find I love you on Antologi Rasa. You know what? It’s too cliché. How long it would last?

Talking about your suffering maybe could change his mind about choosing you, but it never change my mind about you. Yes. Everybody would be claiming as the unluckiest people if talking about their sufferings. I don’t say you couldn’t talk about your suffering but please... think first. Do you want him loves you because you are so pitiful?

Personally. I don’t want to get pity of love. I don’t want to be loved because I’m so pitiful, so poor, so miserable so blued or so whatever. I want to be loved because I deserved it.
Why I’m saying this?

I should admit that I hate to see you fooling yourself because it makes pity on you.

Not everyone really cares about your suffering, sometimes they are just curious...

A year ago, I had some trouble with my ex ex-girlfriend, I don’t know how and why she called me several times and kept asking me to meet her. FYI. I don’t blame her curiosity, but I blame the one who gave her my number 😠

We started with an awkward situation, she is insulting me like crazy for a moment before interrogating me about my relationship status. Then, she told me about her sufferings.

My brain responds by: Seriously? Did she need to do this? 😪

She told me that she is an orphan and raised well by her (step) family, life is hard on her because she is had a serious illness which makes her life so suffering. She also had financial difficulties during college which makes her delay her education. Last, my ex broke her heart after all those things between them.

I kept asking a question in my mind.

Do I need to have pity on her sufferings?

I don’t think so... Her suffering is hers and I don’t need to add things like that as a consideration of my move. Sorry to say, but I feel someone doesn’t have dignity if using their suffering as an excuse because it means they didn’t have anything left to win the game even before it started.

Chairil Anwar wrote ‘nasib adalah kesunyian masing-masing’ (fate is a personal solitude), I totally agree with him.

The only reason that makes me let him go even (if) he doesn’t want to is because I (still) can live without him, but she is don’t.

I had learned from Indonesian Idols, no matter compatible you are or perfect you are, the public would love the sufferer one. Because (s)he is urgently needed help rather than you. You still had a chance to bloom, but this is the only chance for (s)he. So... let it go.

Still, think suffering could make you win?

When you told your friend he is very kind to you and treats you as a princess like no one ever, please make sure is he really into you or not. Because maybe you had too many expectations of something that you never really had.

And when it’s come down, you should have to blame the suffering on someone that worthed to be blamed.

A someone like me *sigh 😐

Again. Why I’m saying this?

Because sometimes I feel that way. Maybe I watched too much drama or FTV. But let’s take a break ...

In a common drama story, most of the female cast describing as innocent, sloppy, and original which makes her role so interesting. She met a super-eligible guy accidentally and fell in love with each other. One day an ex-girlfriend of that super-eligible guy comes back from abroad and ruins their relationship successfully.

Have you been noticed that the ex-girlfriend of super eligible guy mostly described as a model or designer? Or anything that related to beautifulness and power? She also should be beautiful, tall, had a good manner, and everything that she (super eligible guy girlfriend) never had.

Why an ex-girlfriend should be described as a threat?

I don’t know why. But as far as I know, the reality is more cruel than drama.

Mostly, the girlfriend's protection is more dangerous than the threat itself. One of my friends is so jealous of her boyfriend's classmate, she is very worried that one day her boyfriend would leave her. She tried to keep her boyfriend close to her aggressively, which looked annoying (even) to me.

Yes. She is watching her boyfriend as a watchdog, trying to enter the inner circle of her boyfriend, make a move to get attention, and is always involved in her boyfriend's business. Finally. It ended up when her boyfriend classmate have a boyfriend.
When I asked her why she do those stuff? She answered ‘Because I realize she is better than me’.

She is suffering and blames her suffering on someone that worthed to be blamed. And yeah, she wouldn’t stop until makes sure that she is out of the market. It’s the only way to calm herself from the paranoia. She should be thank you rather than suspicious of him. No matter how jealous she is, he still stays to be on her side.

See. Suffering makes you more suffer.

For me, high school is the worst.

I may not include as the mean girl or it girls level in high school, but I’m just the kind of girl who has everything that every girl wanted, I’m (a little bit) popular, I had good friends, I’m had a best friend and I’ve had a boyfriend. So far my life was so normal as it can be ...

Until one day frienemies ruin my life. She was my friend. Was ... but now she wasn’t. What kind of friend tried to throw you down and enjoy every moment of watching you fall down?

I got bullied by 10 of 12 classes at my school because of her. Yes. They did. She wrote a letter and talked personally to at least one person in every class, that I’m the hypocrite who backstabbed her by stealing her boyfriend (which is actually mine) without shame.

She told everybody who curious about her suffering and blamed me as the reason behind her suffering which is actually never happened. It was like we are switched, she became me and I became her. What she said to them happened only in her imagination.

At first, I didn’t notice but day after day the intensity of the bullying increased, especially when I got the gift. The world seems so cruel to me, everything I did is very matter to them, and need to be bullied.

People may wonder why I never asked why she did those things to me. I already knew... she is too suffer to see me have everything that she wanted. But, just because I had everything that she wanted doesn’t mean anyone could steal it from me.

Just remember...

No matter how suffering you are. Never steal someone's happiness because you are happy less.

Like it or not, just deal with it.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Karena belum punya mesin jahit sendiri kita menggunakan fasilitas mesin jahit di lab CADL, mulai dari jam 08.00 – 15.00 tapi kalau bulan Ramadhan sampai jam 13.00 ya bisi macet pulangnya. Pokoknya harus on time, kalau nggak... siap-siap aja dengerin yang lagi PMS *eh 😏.

Satu hal yang harus diingat selain menjaga barang-barang yang dipinjam dan menggunakannya wisely, lembar daftar pengguna lab wajib banget diisi. Waktu awal-awal kita pernah nggak ngisi karena nggak tahu (+ lupa), mungkin maksudnya mengingatkan, tapi  caranya itu loh... genggeus-genggeus ngezelin. Jadinya bete deh kawan-kawan sekalian... 😒.

Dengan fasilitas yang memadai seharusnya kita bisa menghasilkan karya yang ‘wah’ atau gimana gitu ya, Cuma sayang kita skill-nya belum nyampe sana hehe jadinya biasa-biasa aja. Tapi untuk orang-orang yang belum pernah menjahit sepertiku ini, bisa menjahit kemeja sendiri pun adalah pencapaian yang luar biasa. A milestone of a designer wanna be 😍.

Kak Frans dan Kak Nadin memang luar biasa... Nggak sia-sia ya dengerin mereka cerita Ratu Tarantula 🕷

***

Oh iya, ada kejadian konyol saat kita mengerjakan final project di lab.

Saat itu Cuma ada kita bertiga di lab jahit, aku, Farah dan Kinan, eh ada Diar juga di lab sebelah, + 1 orang Mbak dari Advance Fashion Course yang kita nggak tahu namanya siapa karena nggak ngisi lembar daftar pengguna lab.

Karena si Mbaknya  itu nggak ngobrol basa-basi atau say Hi jadinya kita anggurin aja sekalian hehe Satu-satunya interaksi si Mbaknya  adalah saat Farah stress mau pasang resleting, tapi ya udah gitu aja nggak ada yang lainnya, dia terus menjahit sambil sesekali chatting. Si Mbaknya itu pulang duluan, kita pikir dia udah selesai atau ada urusan yang bukan urusan kita.

Nggak berapa lama setelah si Mbaknya pergi, pintu lab diketuk oleh 3 orang satpam, kita kaget dong ‘masa sih kita diusir satpam gara-gara kelamaan di lab?’ tapi ternyata bukan...

👮👮👮 : Disini ada yang sakit?
👯👯👯 : Nggak ada pak? Emang siapa yang sakit?
👮👮👮 : Tadi ada yang nelpon ke pos satpam di depan katanya ada yang sakit?
👯👯👯 : Nggak ada pak. Mungkin di ruangan yang lain.
👮👮👮 : Tadi yang nelpon bilangnya di lab jahit, disini kan lab jahitnya?
👯👯👯 : Iya pak, tapi nggak ada yang sakit.
👮👮👮 : Tadi tuh ada yang nelpon ke pos satpam di depan katanya ada yang sakit, minta dijemput ambulance.
👯👯👯 : Hah? Ambulance?
👮👮👮 : Iya... Kita makanya kita kesini.
👯👯👯 : Ehh... apa yang tadi gitu ya?
👯👯👯 : Tadi disini emang ada anak Advance pak, tapi kita nggak tahu dia sakit apa nggak, soalnya biasa-biasa aja nggak gimana-gimana.
👮👮👮 : XXXX bukan namanya?
👯👯👯 : Nggak tahu pak, tadi kita nggak kenalan.
👮👮👮 : Dimana orangnya sekarang?
👯👯👯 : Tadi udah pulang pak!.
👮👮👮 : Oh... Terima kasih ya...
👯👯👯 : Iya pak...
👮👮👮 : Lagian ya kalau sakit mah minta dijemput keluarga bukan dijemput ambulance.
👯👯👯 : (Kita sih yes pak. Nggak tahu nih si Masnya...)

Setelah sadar dari ke-skip-an dan ke-cengo-an, kita akhirnya memutuskan untuk mengakhiri final project on the making hari itu, sebenarnya sih lebih karena nggak mau terlibat dengan hal-hal yang nggak diinginkan, ya kaya yang tadi itu.

Saat kita turun si Mbaknya itu ternyata masih ada dong, dia duduk di kursi panjang depan lobby sambil ngobrol dengan pak satpam yang tadi ‘main’ ke lab. Meski kita cuek bebek lewat di depannya, hati ini membathin ‘pasti dia nih... pasti dia... orang yang ditanyain pak satpam tadi’.

Keesokan harinya kita mendapatkan pencerahan tentang kejadian kemarin. Jadi begini ya dek ceritanya...

Saat mengerjakan final project di lab kemarin, ternyata si Mbaknya bilang (nge-chat) ke pacarnya ‘Yang... aku sakit perut...’ mungkin setelah itu si Mbaknya nggak buka-buka smartphone karena sedang menjahit jadi pacarnya khawatir. Nah, karena tingkat kekhawatiran  pacar si Mbaknya cukup tinggi, dia nelpon pos satpam minta tolong jemputin si Mbaknya  pake ambulance 😪.

Loh tahu darimana nomor pos satpam? Ehm... Masnya alumni ITB dek 😸.
Oalahh... Khawatir dan lebay emang beda tipis kali ya *eh 😫.

Kejadian tersebut mengajarkan bahwa... nomor darurat bukanlah nomor pos satpam mantan kampus. Gimana ya... KZL iya, kasihan iya, ingin ketawa juga iya... 😳 jadinya konyol kan. Tapi nggak apa-apa sih, menghibur... 😂

Meski hasil final project-nya nggak bagus-bagus amat kita puas kok, karena sesuatu yang dibuat dengan susah payah akan lebih dihargai 😂*ngeles... tapi ini serius loh, feel amazed sama diri sendiri karena nggak nyangka bisa sampai sejauh ini untuk jadi fashion designer, we are one step closer... 😍
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

As we all known, Mrs. Tuty Cholid is one of Indoneisan senior designer who is already joining in fashion business since 80’s.

Seperti yang kita ketahui, ibu Tuty Cholid adalah salah satu senior designer yang telah malang melintang di bisnis fashion sejak era 80an.

She started her professional career as a fashion designer after won a fashion design contest and the prize was a scholarship of fashion school in Paris France. Althought she already took Midwife School and Interior Design School before, her passion of fashion delivered her until being a fashion designer like today.

Ibu Tuty Cholid mengawali karirnya sebagai fashion designer setelah memenangkan lomba rancang busana yang berhadiah sekolah fashion di Paris Prancis. Meski sebelumnya sudah sempat mengenyam pendidikan di sekolah kebidanan dan desain interior, passion-nya terhadap fashion-lah yang mengantarkannya menjadi seorang fashion designer seperti saat ini.

As an early fashion designer in Indonesia, she said that they (fashion designer) need a long process to make people aware into fashion. Because at that time fashion is a tertier need, a luxurious things for a few society.

Sebagai salah satu designer awal di Indonesia, Ibu Tuty Cholid menuturkan bahwa diperlukan proses yang cukup panjang untuk bisa membuat masyarakat ‘melek’ fashion. Maklum saja, pada masa itu fashion dinilai sebagai kebutuhan tertier, suatu kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang.

When in Paris, she learnt that there is a 2 work which is had a prospective economic value, it’s craft and business industries.

Saat di Paris, Ibu Tuty Cholid mempelajari bahwa dalam ada 2 jenis pekerjaan  yang bernilai ekonomi jika dikembangkan dengan baik, yaitu craft dan industri bisnis.

Fashion designer is a specializing profession on fashion area, covering every visual attribute which is attached on our body, it can be a clothes, a bags, a shoes or an acessories.

Fashion designer merupakan profesi yang mengkhususkan diri pada bidang fashion mencakup segala macam atribut visual yang melekat pada tubuh manusia, baik itu berupa pakaian, tas, sepatu atau aksesoris lainnya.

Whereas crafter is a specializing profession on craftmanship of borderless range (because it’s too much), it can be a sculpture, a pottery, a crochet, a metal worker,  a sketcher or even a sushi maker.

Sedangkan crafter merupakan profesi yang mengkhususkan diri pada bidang keahlian tertentu yang ruang lingkupnya tak berbatas (karena saking banyaknya), seperti sculpture (seni patung), pottery (seni tembikar), crochet (seni rajut), metal worker (seni logam), sketcher (seni gambar) atau bahkan sushi maker (seni mengolah makanan).

She decided to entering fashion business after looking Indonesian textile business had a big step on the world. Her hard work on fashion business is paid off by international business expansion.

Ibu Tuty Cholid memutuskan untuk terjun dalam bisnis fashion sebagai apresiasinya di tengah industri tekstil Indonesia yang sedang menggeliat. Berkat keuletannya, bisnis fashion-nya sudah merambah ke mancanegara.

It’s not easy to be a survivor in fashion business, there are so many competitor and the technology always update. One of the key to survive on fashion business is by holding on the concept and the good concept never based on the market only.

Untuk bisa bersaing di bisnis fashion diperlukan upaya untuk tetap bisa survive, salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan menggodok konsep produk. Dan konsep produk yang baik tidak mesti berorientasi pada market semata.

Because the essence of fashion designer is being a craft conceptor also trend maker (creating the trend). Market shouldn’t lead fashion designer, because fashion designer should be the leader of the market. It’s like ... Where are we going next year?

Karena esensi fashion designer adalah sebagai craft conceptor yang menciptakan tren (trend maker), bukan market yang mengarahkan fashion designer, namun fashion designer yang mengarahkan market. Mau dibawa ke arah mana tren tahun depan? Semacam itu lah ...

In fashion business there is 4 range of work, it is boutique, haute couture, mass production and enterpreunership.

Dalam bisnis fashion terdapat 4 range yang bisa diolah, yaitu butik (boutique), adi busana (haute couture), pabrik industri (mass production) dan kewirausahaan.

As a fashion designer we always want our business gaining into the next level by expansion out of our concept range, but it would be nice if we thinking wisely which range we should expansion, at least it should be match with our concept and handled well. Remember ... don’t be a greedy.

Sebagai fashion designer jika memungkinkan tentu kita meningkatkan level dengan mengekspansi bisnis pada range di luar range asli, namun ada baiknya difikirkan terlebih dahulu range mana yang sekiranya akan sesuai dengan konsep produk kita dan mampu ditengani. Ingat ya ... jangan serakah.

And one things, never aftraid to compete with other countries because Indonesian is a black horse in fashoon industries better than China, Vietnam and Thailand. Indonesia supplied US fashion need among 68% (data of 2000s), so there is no reasonfor not to compete in fashion business.

Satu hal lagi, jangan pernah takut untuk bersaing dengan negara lain karena Indonesia merupakan pemain yang diperhitungkan dalam industri fashion melebihi China, Vietnam dan Thailand. Indonesia bahkan mensuplai kebutuhan fashion US sebesar 68% (data sekitar tahun 2000an), maka tidak ada alasan untuk tidak ikut bersaing dalam bisnis fashion ini.

Nowadays, people still have a hunch about fashion by expecting fashion is a glamourous things, the only things they didn’t expecting is fashion is about business.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
KOFICE and Kriya FSRD ITB present YCIFI Global Fashion Mentorship which was held on 20th and 21th May 2017 at Gallery Soemardja ITB Bandung. YCIFI Global Fashion Mentorship is participated by YCIFI Basic Fashion Course batch 2, YCIFI Advance Fashion Course batch 2, YCIFI batch 1 alumnus and open for public only at day 1.

KOFICE dan Kriya FSRD ITB mengadakan acara YCIFI Global Fashion Mentorship yang diselanggarakan pada tanggal 20 dan 21 Mei 2017 di Galley Soemardja ITB Bandung. YCIFI Fashion Mentorship ini diikuti oleh peserta YCIFI Basic Fashion Course dan Advance Fashion Course batch 2, alumni batch 1 dan terbuka untuk umum hanya pada hari ke 1.

YCIFI Global Fashion Mentorship was opened by Angklung performance by Saung Angklung Udjo, they also taught us how to playing a song by Angklung together. The rest is opening speech from KOFICE and Kriya FSRD ITB representative

YCIFI Global Fashion Mentorship dibuka oleh pertunjukan Anglung oleh Saung Angklung Udjo yang juga mengajari kami bagaimana caranya memainkan lagu menggunakan Angklung bersama-sama. Kemudian pidato sambutan dari perwakilan KOFICE dan Kriya FSRD ITB.

At day 1, Global Fashion Mentorship was held at Ruang Seminar FSRD ITB on 2nd floor, the schedule is public lecture by Hyejin Hong from Studio K (Korean fashion designer) and Tuty Cholid (Indonesian senior fashion designer), they are talked about fashion business prospective from the designer view.


Pada hari ke 1, Global Fashion Mentorship diadakan di lantai 2 Ruang Seminar FSRD ITB, materi public lecture ini disampaikan oleh Hyejin Hong dari Studio K (fashion designer dari Korea) dan Ibu Tuty Cholid (senior fashion designer dari Indonesia), mereka berbicarca tentang prospek bisnis fashion dari sudut pandang designer.


After (a long) coffe break, we continue by Fashion Mentoring Seminar by The Goods Dept and Brilianto. It was nice to know The Goods Dept. presentation about The Revival of The Local Brand Movement and I was surprised to know him (Brilianto) was a banker before decided become a fashion designer and joining YCIFI Advance Fashion Course batch 1, very inspiring.

Setelah coffe break, acara dilanjutkan dengan Fashion Mentoring Seminar yang disampaikan oleh The Goods Dept and Brilianto. Menyenangkan bisa melihat presentasi dari The Goods Dept. tentang The Revival of The Local Brand Movement (gerakan yang membangkitkan brand lokal) dan agak sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa Brilianto dulunya bekerja di bank sebelum memutuskan untuk menjadi seorang fashion designer dan mengikuti YCIFI Advance Fashion Design Course batch 1. very inspiring.

  
Then we continued by Fashion Mentoring Seminar by Hyejin Hong (again) and Wizwid.com reprentative. They are talked about social media impact and what makes your brand interesting enough to be considering by e-commerce. The point is how to selling your product on e-commerce.

Kemudian dilanjutkan dengan Fashion Mentoring Seminar yang disampaikan oleh Hyejin Hong dan perwakilan dari Wizwid.com (e-commerce dari Korea). Mereka berbicara mengenai pengaruh media sosial pada brand dan apa yang membuat brand-mu cukup menarik untuk bisa dilirik oleh e-commerce. Intinya adalah bagaimana caranya menjual produk-mu di e-commerce.


Differently than YCIFI Advance Fashion Course batch 2 which has an opportunity to get Fashion Mentoring Seminar by Berrybenka and Lotte. We. YCIFI Basic Fashion Course batch 2 has an opportunity to get Fashion Mentoring Seminar by Qoo10 Indonesia and Shafira.

Berbeda dari peserta YCIFI Advance Fashion Course batch 2 yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti  Fashion Mentoring Seminar dari Berrybenka dan Lotte. Peserta YCIFI Basic Fashion Course batch 2 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Fashion Mentoring Seminar dari Qoo10 Indonesia (baca: Qyu~ten) dan Shafira.


After Fashion Mentoring Seminar, YCIFI Advance Fashion Course batch 2 had an opportunity to get Intensive Mentoring and Business Meeting by Hyejin Hong, Munsoo Kwon and buyer. Meanwhile, YCIFI Basic Fashion Course batch 2 only had an opportunity to get mentoring by Tuty Cholid at day 2.

Setelah Fashion Mentoring Seminar, peserta YCIFI Advance Fashion Course batch 2 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Intensive Mentoring dan Business Meeting dengan Hyejin Hong, Munsoo Kwon dan beberapa buyer. Sedangkan untuk Peserta Basic Fashion Course batch 2 hanya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti mentoring dengan ibu Tuty Cholid di hari kedua.

At day 2, Global Fashion Mentorship was held at Ruang Seminar FSRD ITB on 2nd floor the schedule is public lecture by Hyejin Hong from Studio K (Korean fashion designer) and Munsoo Kwon (Korean fashion designer), they are talked about their experience as a fashion designer and how they built their brand.

Pada hari ke 2, Global Fashion Mentorship diadakan di lantai 2 Ruang Seminar FSRD ITB, public lecture ini disampaikan oleh Hyejin Hong dari Studio K (fashion designer dari Korea) dan Munsoo Kwon (senior fashion designer dari Korea), mereka berbicara tentang pengalamannya menjadi seorang fashion designer dan bagaimana mereka membangun brand.

Semacam prescon :)

~ FYI. No worries about the language trouble because the crew already prepared interprater for transleting by wireless receiver. 

~ FYI. Tidak perlu khawatir dengan kendala bahasa, karena panitia telah menyediakan interprater yang menerjemahkan langsung materi yang disampaikan melalui wireless receiver.

Here is some picture of  YCIFI Advance Fashion Course batch 1 final project for YCIFI Global Fashion Mentorship mini exhibition.  






After Hyejin left :(
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (6)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (1)
    • ▼  Apr (1)
      • Ramadan di Rumah

SERIES

Book Quaranthings Screen Shopping Annual Post Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Astri Puji Lestari
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Monster Buaya
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Blogger Perempunan

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates