Menu

  • 🎀 Home
  • Hello ~
  • 📌 Place
  • 🔥 Space
  • 🍊 Taste
  • 🌼 Personal Thoughts
  • 🎬 Spoiler
  • 🎨 Studio
  • ➕ Extra

demilestari

Powered by Blogger.
Karena belum punya mesin jahit sendiri kita menggunakan fasilitas mesin jahit di lab CADL, mulai dari jam 08.00 – 15.00 tapi kalau bulan Ramadhan sampai jam 13.00 ya bisi macet pulangnya. Pokoknya harus on time, kalau nggak... siap-siap aja dengerin yang lagi PMS *eh 😏.

Satu hal yang harus diingat selain menjaga barang-barang yang dipinjam dan menggunakannya wisely, lembar daftar pengguna lab wajib banget diisi. Waktu awal-awal kita pernah nggak ngisi karena nggak tahu (+ lupa), mungkin maksudnya mengingatkan, tapi  caranya itu loh... genggeus-genggeus ngezelin. Jadinya bete deh kawan-kawan sekalian... 😒.

Dengan fasilitas yang memadai seharusnya kita bisa menghasilkan karya yang ‘wah’ atau gimana gitu ya, Cuma sayang kita skill-nya belum nyampe sana hehe jadinya biasa-biasa aja. Tapi untuk orang-orang yang belum pernah menjahit sepertiku ini, bisa menjahit kemeja sendiri pun adalah pencapaian yang luar biasa. A milestone of a designer wanna be 😍.

Kak Frans dan Kak Nadin memang luar biasa... Nggak sia-sia ya dengerin mereka cerita Ratu Tarantula 🕷

***

Oh iya, ada kejadian konyol saat kita mengerjakan final project di lab.

Saat itu Cuma ada kita bertiga di lab jahit, aku, Farah dan Kinan, eh ada Diar juga di lab sebelah, + 1 orang Mbak dari Advance Fashion Course yang kita nggak tahu namanya siapa karena nggak ngisi lembar daftar pengguna lab.

Karena si Mbaknya  itu nggak ngobrol basa-basi atau say Hi jadinya kita anggurin aja sekalian hehe Satu-satunya interaksi si Mbaknya  adalah saat Farah stress mau pasang resleting, tapi ya udah gitu aja nggak ada yang lainnya, dia terus menjahit sambil sesekali chatting. Si Mbaknya itu pulang duluan, kita pikir dia udah selesai atau ada urusan yang bukan urusan kita.

Nggak berapa lama setelah si Mbaknya pergi, pintu lab diketuk oleh 3 orang satpam, kita kaget dong ‘masa sih kita diusir satpam gara-gara kelamaan di lab?’ tapi ternyata bukan...

👮👮👮 : Disini ada yang sakit?
👯👯👯 : Nggak ada pak? Emang siapa yang sakit?
👮👮👮 : Tadi ada yang nelpon ke pos satpam di depan katanya ada yang sakit?
👯👯👯 : Nggak ada pak. Mungkin di ruangan yang lain.
👮👮👮 : Tadi yang nelpon bilangnya di lab jahit, disini kan lab jahitnya?
👯👯👯 : Iya pak, tapi nggak ada yang sakit.
👮👮👮 : Tadi tuh ada yang nelpon ke pos satpam di depan katanya ada yang sakit, minta dijemput ambulance.
👯👯👯 : Hah? Ambulance?
👮👮👮 : Iya... Kita makanya kita kesini.
👯👯👯 : Ehh... apa yang tadi gitu ya?
👯👯👯 : Tadi disini emang ada anak Advance pak, tapi kita nggak tahu dia sakit apa nggak, soalnya biasa-biasa aja nggak gimana-gimana.
👮👮👮 : XXXX bukan namanya?
👯👯👯 : Nggak tahu pak, tadi kita nggak kenalan.
👮👮👮 : Dimana orangnya sekarang?
👯👯👯 : Tadi udah pulang pak!.
👮👮👮 : Oh... Terima kasih ya...
👯👯👯 : Iya pak...
👮👮👮 : Lagian ya kalau sakit mah minta dijemput keluarga bukan dijemput ambulance.
👯👯👯 : (Kita sih yes pak. Nggak tahu nih si Masnya...)

Setelah sadar dari ke-skip-an dan ke-cengo-an, kita akhirnya memutuskan untuk mengakhiri final project on the making hari itu, sebenarnya sih lebih karena nggak mau terlibat dengan hal-hal yang nggak diinginkan, ya kaya yang tadi itu.

Saat kita turun si Mbaknya itu ternyata masih ada dong, dia duduk di kursi panjang depan lobby sambil ngobrol dengan pak satpam yang tadi ‘main’ ke lab. Meski kita cuek bebek lewat di depannya, hati ini membathin ‘pasti dia nih... pasti dia... orang yang ditanyain pak satpam tadi’.

Keesokan harinya kita mendapatkan pencerahan tentang kejadian kemarin. Jadi begini ya dek ceritanya...

Saat mengerjakan final project di lab kemarin, ternyata si Mbaknya bilang (nge-chat) ke pacarnya ‘Yang... aku sakit perut...’ mungkin setelah itu si Mbaknya nggak buka-buka smartphone karena sedang menjahit jadi pacarnya khawatir. Nah, karena tingkat kekhawatiran  pacar si Mbaknya cukup tinggi, dia nelpon pos satpam minta tolong jemputin si Mbaknya  pake ambulance 😪.

Loh tahu darimana nomor pos satpam? Ehm... Masnya alumni ITB dek 😸.
Oalahh... Khawatir dan lebay emang beda tipis kali ya *eh 😫.

Kejadian tersebut mengajarkan bahwa... nomor darurat bukanlah nomor pos satpam mantan kampus. Gimana ya... KZL iya, kasihan iya, ingin ketawa juga iya... 😳 jadinya konyol kan. Tapi nggak apa-apa sih, menghibur... 😂

Meski hasil final project-nya nggak bagus-bagus amat kita puas kok, karena sesuatu yang dibuat dengan susah payah akan lebih dihargai 😂*ngeles... tapi ini serius loh, feel amazed sama diri sendiri karena nggak nyangka bisa sampai sejauh ini untuk jadi fashion designer, we are one step closer... 😍
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

As we all known, Mrs. Tuty Cholid is one of Indoneisan senior designer who is already joining in fashion business since 80’s.

Seperti yang kita ketahui, ibu Tuty Cholid adalah salah satu senior designer yang telah malang melintang di bisnis fashion sejak era 80an.

She started her professional career as a fashion designer after won a fashion design contest and the prize was a scholarship of fashion school in Paris France. Althought she already took Midwife School and Interior Design School before, her passion of fashion delivered her until being a fashion designer like today.

Ibu Tuty Cholid mengawali karirnya sebagai fashion designer setelah memenangkan lomba rancang busana yang berhadiah sekolah fashion di Paris Prancis. Meski sebelumnya sudah sempat mengenyam pendidikan di sekolah kebidanan dan desain interior, passion-nya terhadap fashion-lah yang mengantarkannya menjadi seorang fashion designer seperti saat ini.

As an early fashion designer in Indonesia, she said that they (fashion designer) need a long process to make people aware into fashion. Because at that time fashion is a tertier need, a luxurious things for a few society.

Sebagai salah satu designer awal di Indonesia, Ibu Tuty Cholid menuturkan bahwa diperlukan proses yang cukup panjang untuk bisa membuat masyarakat ‘melek’ fashion. Maklum saja, pada masa itu fashion dinilai sebagai kebutuhan tertier, suatu kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang.

When in Paris, she learnt that there is a 2 work which is had a prospective economic value, it’s craft and business industries.

Saat di Paris, Ibu Tuty Cholid mempelajari bahwa dalam ada 2 jenis pekerjaan  yang bernilai ekonomi jika dikembangkan dengan baik, yaitu craft dan industri bisnis.

Fashion designer is a specializing profession on fashion area, covering every visual attribute which is attached on our body, it can be a clothes, a bags, a shoes or an acessories.

Fashion designer merupakan profesi yang mengkhususkan diri pada bidang fashion mencakup segala macam atribut visual yang melekat pada tubuh manusia, baik itu berupa pakaian, tas, sepatu atau aksesoris lainnya.

Whereas crafter is a specializing profession on craftmanship of borderless range (because it’s too much), it can be a sculpture, a pottery, a crochet, a metal worker,  a sketcher or even a sushi maker.

Sedangkan crafter merupakan profesi yang mengkhususkan diri pada bidang keahlian tertentu yang ruang lingkupnya tak berbatas (karena saking banyaknya), seperti sculpture (seni patung), pottery (seni tembikar), crochet (seni rajut), metal worker (seni logam), sketcher (seni gambar) atau bahkan sushi maker (seni mengolah makanan).

She decided to entering fashion business after looking Indonesian textile business had a big step on the world. Her hard work on fashion business is paid off by international business expansion.

Ibu Tuty Cholid memutuskan untuk terjun dalam bisnis fashion sebagai apresiasinya di tengah industri tekstil Indonesia yang sedang menggeliat. Berkat keuletannya, bisnis fashion-nya sudah merambah ke mancanegara.

It’s not easy to be a survivor in fashion business, there are so many competitor and the technology always update. One of the key to survive on fashion business is by holding on the concept and the good concept never based on the market only.

Untuk bisa bersaing di bisnis fashion diperlukan upaya untuk tetap bisa survive, salah satu cara yang paling ampuh adalah dengan menggodok konsep produk. Dan konsep produk yang baik tidak mesti berorientasi pada market semata.

Because the essence of fashion designer is being a craft conceptor also trend maker (creating the trend). Market shouldn’t lead fashion designer, because fashion designer should be the leader of the market. It’s like ... Where are we going next year?

Karena esensi fashion designer adalah sebagai craft conceptor yang menciptakan tren (trend maker), bukan market yang mengarahkan fashion designer, namun fashion designer yang mengarahkan market. Mau dibawa ke arah mana tren tahun depan? Semacam itu lah ...

In fashion business there is 4 range of work, it is boutique, haute couture, mass production and enterpreunership.

Dalam bisnis fashion terdapat 4 range yang bisa diolah, yaitu butik (boutique), adi busana (haute couture), pabrik industri (mass production) dan kewirausahaan.

As a fashion designer we always want our business gaining into the next level by expansion out of our concept range, but it would be nice if we thinking wisely which range we should expansion, at least it should be match with our concept and handled well. Remember ... don’t be a greedy.

Sebagai fashion designer jika memungkinkan tentu kita meningkatkan level dengan mengekspansi bisnis pada range di luar range asli, namun ada baiknya difikirkan terlebih dahulu range mana yang sekiranya akan sesuai dengan konsep produk kita dan mampu ditengani. Ingat ya ... jangan serakah.

And one things, never aftraid to compete with other countries because Indonesian is a black horse in fashoon industries better than China, Vietnam and Thailand. Indonesia supplied US fashion need among 68% (data of 2000s), so there is no reasonfor not to compete in fashion business.

Satu hal lagi, jangan pernah takut untuk bersaing dengan negara lain karena Indonesia merupakan pemain yang diperhitungkan dalam industri fashion melebihi China, Vietnam dan Thailand. Indonesia bahkan mensuplai kebutuhan fashion US sebesar 68% (data sekitar tahun 2000an), maka tidak ada alasan untuk tidak ikut bersaing dalam bisnis fashion ini.

Nowadays, people still have a hunch about fashion by expecting fashion is a glamourous things, the only things they didn’t expecting is fashion is about business.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
KOFICE and Kriya FSRD ITB present YCIFI Global Fashion Mentorship which was held on 20th and 21th May 2017 at Gallery Soemardja ITB Bandung. YCIFI Global Fashion Mentorship is participated by YCIFI Basic Fashion Course batch 2, YCIFI Advance Fashion Course batch 2, YCIFI batch 1 alumnus and open for public only at day 1.

KOFICE dan Kriya FSRD ITB mengadakan acara YCIFI Global Fashion Mentorship yang diselanggarakan pada tanggal 20 dan 21 Mei 2017 di Galley Soemardja ITB Bandung. YCIFI Fashion Mentorship ini diikuti oleh peserta YCIFI Basic Fashion Course dan Advance Fashion Course batch 2, alumni batch 1 dan terbuka untuk umum hanya pada hari ke 1.

YCIFI Global Fashion Mentorship was opened by Angklung performance by Saung Angklung Udjo, they also taught us how to playing a song by Angklung together. The rest is opening speech from KOFICE and Kriya FSRD ITB representative

YCIFI Global Fashion Mentorship dibuka oleh pertunjukan Anglung oleh Saung Angklung Udjo yang juga mengajari kami bagaimana caranya memainkan lagu menggunakan Angklung bersama-sama. Kemudian pidato sambutan dari perwakilan KOFICE dan Kriya FSRD ITB.

At day 1, Global Fashion Mentorship was held at Ruang Seminar FSRD ITB on 2nd floor, the schedule is public lecture by Hyejin Hong from Studio K (Korean fashion designer) and Tuty Cholid (Indonesian senior fashion designer), they are talked about fashion business prospective from the designer view.


Pada hari ke 1, Global Fashion Mentorship diadakan di lantai 2 Ruang Seminar FSRD ITB, materi public lecture ini disampaikan oleh Hyejin Hong dari Studio K (fashion designer dari Korea) dan Ibu Tuty Cholid (senior fashion designer dari Indonesia), mereka berbicarca tentang prospek bisnis fashion dari sudut pandang designer.


After (a long) coffe break, we continue by Fashion Mentoring Seminar by The Goods Dept and Brilianto. It was nice to know The Goods Dept. presentation about The Revival of The Local Brand Movement and I was surprised to know him (Brilianto) was a banker before decided become a fashion designer and joining YCIFI Advance Fashion Course batch 1, very inspiring.

Setelah coffe break, acara dilanjutkan dengan Fashion Mentoring Seminar yang disampaikan oleh The Goods Dept and Brilianto. Menyenangkan bisa melihat presentasi dari The Goods Dept. tentang The Revival of The Local Brand Movement (gerakan yang membangkitkan brand lokal) dan agak sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa Brilianto dulunya bekerja di bank sebelum memutuskan untuk menjadi seorang fashion designer dan mengikuti YCIFI Advance Fashion Design Course batch 1. very inspiring.

  
Then we continued by Fashion Mentoring Seminar by Hyejin Hong (again) and Wizwid.com reprentative. They are talked about social media impact and what makes your brand interesting enough to be considering by e-commerce. The point is how to selling your product on e-commerce.

Kemudian dilanjutkan dengan Fashion Mentoring Seminar yang disampaikan oleh Hyejin Hong dan perwakilan dari Wizwid.com (e-commerce dari Korea). Mereka berbicara mengenai pengaruh media sosial pada brand dan apa yang membuat brand-mu cukup menarik untuk bisa dilirik oleh e-commerce. Intinya adalah bagaimana caranya menjual produk-mu di e-commerce.


Differently than YCIFI Advance Fashion Course batch 2 which has an opportunity to get Fashion Mentoring Seminar by Berrybenka and Lotte. We. YCIFI Basic Fashion Course batch 2 has an opportunity to get Fashion Mentoring Seminar by Qoo10 Indonesia and Shafira.

Berbeda dari peserta YCIFI Advance Fashion Course batch 2 yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti  Fashion Mentoring Seminar dari Berrybenka dan Lotte. Peserta YCIFI Basic Fashion Course batch 2 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Fashion Mentoring Seminar dari Qoo10 Indonesia (baca: Qyu~ten) dan Shafira.


After Fashion Mentoring Seminar, YCIFI Advance Fashion Course batch 2 had an opportunity to get Intensive Mentoring and Business Meeting by Hyejin Hong, Munsoo Kwon and buyer. Meanwhile, YCIFI Basic Fashion Course batch 2 only had an opportunity to get mentoring by Tuty Cholid at day 2.

Setelah Fashion Mentoring Seminar, peserta YCIFI Advance Fashion Course batch 2 mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Intensive Mentoring dan Business Meeting dengan Hyejin Hong, Munsoo Kwon dan beberapa buyer. Sedangkan untuk Peserta Basic Fashion Course batch 2 hanya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti mentoring dengan ibu Tuty Cholid di hari kedua.

At day 2, Global Fashion Mentorship was held at Ruang Seminar FSRD ITB on 2nd floor the schedule is public lecture by Hyejin Hong from Studio K (Korean fashion designer) and Munsoo Kwon (Korean fashion designer), they are talked about their experience as a fashion designer and how they built their brand.

Pada hari ke 2, Global Fashion Mentorship diadakan di lantai 2 Ruang Seminar FSRD ITB, public lecture ini disampaikan oleh Hyejin Hong dari Studio K (fashion designer dari Korea) dan Munsoo Kwon (senior fashion designer dari Korea), mereka berbicara tentang pengalamannya menjadi seorang fashion designer dan bagaimana mereka membangun brand.

Semacam prescon :)

~ FYI. No worries about the language trouble because the crew already prepared interprater for transleting by wireless receiver. 

~ FYI. Tidak perlu khawatir dengan kendala bahasa, karena panitia telah menyediakan interprater yang menerjemahkan langsung materi yang disampaikan melalui wireless receiver.

Here is some picture of  YCIFI Advance Fashion Course batch 1 final project for YCIFI Global Fashion Mentorship mini exhibition.  






After Hyejin left :(
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Setelah merampungkan sesi asistensi final project design, materi selanjutnya adalah mengenai Pattern and Sewing. Untuk mendukung materi Pattern and Sewing ini kita semua diminta untuk membawa buku pola dan pengggaris skala. Harus ya... harus!

Waw...

Eh. Belinya dimana sih?

Nggak ngerti juga deh belinya dimana, toko yang direkomendasikan admin via chat ternyata nggak sesuai dengan ekspektasi, stocknya kosyong bokk! Ada sih di Gramedia, tapinya mahal. Beruntungnya, kita masih punya teman kaya Adya yang paling rajin cek toko sebelah hehe. Nggak (mau) tahu gimana caranya ia menemukan toko yang menjual buku pola... dan open order! This is it... Senang berbisnis dengan anda.

Di YCIFI Basic Fashion Course batch 2 ini yang menjadi mentor untuk materi Pattern dan Sewing adalah Kak Frans dan Kak Nadine yang sebelumnya mengikuti YCIFI Advance Fashion Course batch 1.

Khusus untuk materi Pattern dan Sewing HARUS BANGET ya datang ON TIME, selain karena materinya padat dan cukup sulit bagi beginner yang belum pernah ikutan kelas fashion sepertiku, materinya ini bersifat kontinyu, yang artinya kalau ketinggalan ya wassalam... kaya insto live, Cuma bisa dilihat sekali dan nggak bisa diulang-ulang.

Ternyata membuat pattern itu sulit ya, pantes aja penjahit suka lama dan nggak bisa dikejar target kecuali kalau benar-benar sudah expert se-expert-expert-nya. Penjahit juga manusia kali, kadang suka moody dan malas apalagi kalau disodorkan design yang ‘njlimet. Huft.

Tapi dari materi Pattern & Sewing ini kita jadi ‘ngeh kalau pakaian-pakaian jadi yang ada di pasaran tidak memiliki pattern yang ideal. Ya iyalah, namanya juga mass production, orang-orang ingin yang simple dan cepat. Yang penting terjual, urusan cocok atau nggaknya di badan itu belakangan.

*Then, merasa pakaian mahal dengan design yang simple namun pattern-nya sesuai itu lebih worthy.

Untuk materi awal Pattern & Sewing, kita diajari bagaimana caranya mengukur badan client menggunakan manekin, kemudian (mencoba) untuk membuat bermacam outfit berdasarkan ukuran tersebut sesuai dengan silabus yang disusun oleh Kak Frans dan Kak Nadine, yang pada akhirnya dibilang sebagai project ambisius karena progress kita yang kurang  sesuai dengan ekspektasi mereka. 
Ehm... Ini kelas basic ya qaqa...

Meski di awal sempat keteteran, lambat laun kita akhirnya bisa mengikuti materi Pattern & Sewing dengan baik. Pattern yang diajarkan hanya basic pattern, kalau selanjutnya mau design yang ini itu tinggal memodifikasi basic pattern-nya saja.

Gampang banget ya ngomong haha

Oh iya, kita juga harus membuat pola kertasnya sesuai dengan pattern, tapi ini tidaklah sesulit membuat pattern karena kita tinggal menjiplak saja. FYI. usahakan agar mengerjakan semua tugasnya ya karena di akhir program YCIFI Basic Fashion Course ini akan dicek kelengkapannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sampai saat ini memang masih jarang ya film atau serial yang mengangkat issue tentang wanita paruh baya, padahal market target terbesar dari K-Drama (atau sinetron kalau di Indonesia) adalah wanita dengan rentang usia 30 tahun ke atas yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. 

Dear My Friends menuturkan kisah tentang para orang tua yang berjuang untuk bisa hidup mandiri dan menghadapi berbagai macam permasalahan ‘khas’ orang tua seperti dementia (pikun), kesepian, kekhawatiran, anak-anak, konflik keluarga dan CLBK 😁. 

Yang membedakan dengan K-Drama lainnya, Dear My Friends mengambil figur orang tua sebagai tema alih-alih mengambil figur wanita mandiri yang matang (dari segi usia) atau wanita innocent yang cuteness overload. Mengejutkan memang, namun siapa sangka figur orang tua yang jarang dilirik ini mampu memberikan kesegaran di dunia per-K-Drama-an.

Sebelum menonton Dear My Friends ada baiknya menyiapkan tissue terlebih dulu. I’m not kidding. Sejak episode pertama Dear My Friends ini sudah membuat hati berdesir, apalagi kalau bukan karena ingat orang tua di rumah. Lahh... Belum apa-apa udah cirambay.

Episode-episode selanjutnya akan membuat kita memikirkan ‘ohh... jadi ini ya yang dirasakan orang tua di rumah’ kemudian teringat dosa-dosa yang pernah diperbuat. Nobody’s perfect, so they are... Pepatah China mengatakan : Kamu harus memiliki anak untuk bisa memahami kasih sayang orang tua.

Jika kebanyakan kisah K-Drama tentang roller coaster kehidupan dengan kejutan di setiap tikungannya, kisah Dear My Friends tergolong biasa-biasa saja, tidak se’wow’ atau seindah FTV, namun karena biasa itulah kisahnya tampak dekat karena akrab di kehidupan nyata. Selain itu faktor pemeran utamanya yang merupakan aktris dan aktor senior menambahkan kesan bahwa Dear My Friends merupakan film yang berbobot.

Coba tebak hal apa yang akan (sering) dilakukan oleh para orang tua di hari tuanya? Bersantai? Mengurus cucu? Beribadah? Atau malah bekerja? Mereka mungkin akan melakukan semua hal tersebut, namun satu hal yang tak boleh dilupakan adalah mereka juga butuh hiburan, bersosialisasi dan bernostalgia. Apalagi kalau bukan reuni. Selalu ada cerita setelah reuni usai, entah itu update kabar terbaru atau sekedar ‘mengabsen’ siapa saja yang hadir.


Jang Nan-hee (Go Doo-shim) memaksa putri semata wayangnya Park Wan (Go Hyun-jung) untuk mengikuti reuni SMAnya, ia bahkan meminta agar Park Wan yang berprofesi sebagai penulis untuk menuliskan kisah mengenai dirinya dan teman-temannya. Na-hee sendiri adalah seorang wanita dengan kepribadian keras yang sehari-hari bekerja di restaurant miliknya. Meski kesal akhirnya Park Wan menuruti ibunya untuk pergi ke reuni yang diadakan di kedai milik Oh Choong-nam (Youn Yuh-jung), seorang wanita yang hidup melajang demi bekerja keras menghidupi seluruh keluarganya.

Turut hadir bersama mereka Joo Hee-ja (Kim Hee-ja), seorang wanita yang digosipkan mengunci suaminya di lemari sampai mati dan Moon Jeong-ah (Nan Moon-hee) seorang wanita pekerja keras yang ‘nrimo dengan keadannya, serta suaminya Kim Seok Gyun (Shin Goo) yang penggerutu yang pelit. Selain itu hadir juga (Nam Neung-mi) Gi Ja, seorang wanita pekerja keras yang gemar mengeluh. Dan yang tak boleh ketinggalan adalah Lee Yeong Won (Park Won-seok) seorang aktris senior yang sering gonta ganti pasangan.

Hampir 30 tahun lamanya Nan Hee bersitegang dengan Yeong Won mantan sahabatnya sebab jengkel tidak diberitahu perihal suaminya yang selingkuh dengan temannya yang lain Sook Hee. Meski pernikahannya terselamatkan namun bara masih menyelimuti hati Nan Hee. Berkali-kali teman-temannya berusaha mendamaikan keduanya, berkali-kali juga usaha mereka gagal.

That’s life hon! Sometimes a little flame of your past could burn yourself viciously than hell.

Setiap orang memiliki permasalahan hidupnya masing-masing namun tidak semua hal harus dipendam sendiri, kadang ada hal-hal yang harus dibagi agar bisa dicari solusinya. Itulah mengapa kita harus punya sahabat, teman dekat, BFF dan Girls Squad.

Berkali-kali Dear My Friends membuat terenyuh dengan sikap lugu para orang tua saat menghadapi situasi tak terduga, seperti saat Jeong A dan Hee Jaa terlibat dalam insiden tabrak lari dalam perjalanan ke panti jompo, yang bagi kita dianggap lumrah (meski termasuk masalah besar ya) namun bagi mereka merupakan hal yang paling menakutkan sehingga membuat keduanya dilanda paranoid.

Setiap orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya, namun tidak semua orang bisa memahami apa keinginan anaknya. Nan Hee dan Young Wan terkadang berselisih pendapat karena keduanya memiliki keyakinan yang berbeda, meski demikian mereka berdua tetaplah ibu dan anak yang saling menyayangi dengan caranya masing-masing.

Mungkin istilah CLBK terbilang so yesterday bagi generasi masa kini, namun cobalah untuk memaknainya beberapa puluh tahun yang akan datang, is that true? Maka jangan heran jika menemukan highschool lovebird kembali bersama setelah sekian tahun lamanya. Mungkin mereka sebenarnya jodoh namun waktunya belum tepat, kaya wisuda, bukan lulus tepat waktu namun lulus di waktu yang tepat.

Memasang CCTV di rumah untuk memantau orang tua memang terbilang extreme, apalagi di Indonesia. Tapi ya mau bagaimana lagi... itu adalah satu-satunya cara agar bisa memantau dari jarak jauh.


Dear My Friends ini cukup menyuarakan isi hati para orang tua di masa tuanya, sedih sih ... namun di sisi lain tidak mungkin disangkal, anak-anak pun ingin memiliki kehidupan masing-masing tanpa harus mengkhawatirkan orang tua mereka. Artinya, orang tua pun harus sanggup untuk hidup mandiri agar tidak membuat khawatir anak-anak mereka.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Paused Moments

Let's Get In Touch

  • Behance
  • Letterboxd
  • LinkedIn

Disclaimer

It is prohibited to copying any content from this blog without permission. Please let me know if your privacy has been violated through the content or find something that needs to be credited correctly.

Note

My post may contain affiliate links, which means I will earn a commission if you buy through the link. There is no compulsion as we have different preferences and needs. Thank you :)

Alone Alone Kelakone

2025 Reading Challenge

2025 Reading Challenge
Lestari has read 0 books toward her goal of 6 books.
hide
0 of 6 (0%)
view books

Archives

  • ►  2011 (7)
    • ►  May (1)
    • ►  Nov (6)
  • ►  2012 (19)
    • ►  Jan (1)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (8)
    • ►  Jun (2)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (1)
    • ►  Nov (1)
  • ►  2013 (12)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Oct (1)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Jan (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Aug (1)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (8)
  • ►  2015 (62)
    • ►  Jan (6)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  Jun (7)
    • ►  Jul (1)
    • ►  Aug (10)
    • ►  Sep (7)
    • ►  Oct (11)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (7)
  • ►  2016 (64)
    • ►  Jan (5)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (6)
    • ►  Jun (1)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (7)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (9)
    • ►  Nov (6)
    • ►  Dec (11)
  • ►  2017 (76)
    • ►  Jan (10)
    • ►  Feb (5)
    • ►  Mar (6)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (12)
    • ►  Jun (10)
    • ►  Jul (7)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (6)
  • ►  2018 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (7)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (5)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2019 (39)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (3)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (5)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (1)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2020 (48)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (2)
    • ►  Mar (7)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (2)
    • ►  Sep (3)
    • ►  Oct (7)
    • ►  Nov (3)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2021 (44)
    • ►  Jan (2)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (3)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (4)
    • ►  Nov (4)
    • ►  Dec (5)
  • ►  2022 (47)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (4)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (5)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (2)
    • ►  Oct (5)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (3)
  • ►  2023 (41)
    • ►  Jan (3)
    • ►  Feb (3)
    • ►  Mar (3)
    • ►  Apr (3)
    • ►  May (2)
    • ►  Jun (3)
    • ►  Jul (5)
    • ►  Aug (4)
    • ►  Sep (6)
    • ►  Oct (3)
    • ►  Nov (2)
    • ►  Dec (4)
  • ►  2024 (48)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (5)
    • ►  Apr (4)
    • ►  May (4)
    • ►  Jun (5)
    • ►  Jul (4)
    • ►  Aug (5)
    • ►  Sep (4)
    • ►  Oct (2)
    • ►  Nov (5)
    • ►  Dec (2)
  • ▼  2025 (21)
    • ►  Jan (4)
    • ►  Feb (4)
    • ►  Mar (2)
    • ►  Apr (2)
    • ►  May (1)
    • ►  Jun (4)
    • ►  Jul (2)
    • ▼  Aug (2)
      • Pirates of the Carribean Movies
      • Diam Itu (C)Emas

SERIES

Book Annual Post Quaranthings Screen Shopping Blogging 101 Hari Raya Hidden Gems Series

Friends

  • D. R. Bulan
  • Dari Kata Menjadi Makna
  • Ikan Kecil Ikugy
  • Jolee's Blog
  • Mazia Chekova
  • Noblesse Oblige
  • Perjalanan Kehidupan
  • Pici Adalah Benchoys
  • The Random Journal

Blogmarks

  • A Beautiful Mess
  • A Plate For Two
  • Berada di Sini
  • Cinema Poetica
  • Daisy Butter
  • Dhania Albani
  • Diana Rikasari
  • Dinda Puspitasari
  • Erika Astrid
  • Evita Nuh
  • Fifi Alvianto
  • Kae Pratiwi
  • Kherblog
  • Living Loving
  • Lucedale
  • Mira Afianti
  • Monster Buaya
  • N Journal
  • N. P. Malina
  • Nazura Gulfira
  • Puty Puar
  • Rara Sekar
  • What An Amazing World
  • Wish Wish Wish
  • Yuki Angia

Check This Too

  • Minimalist Baker
  • Spice The Plate

Thanks for Coming

Show Your Loves

Nih buat jajan

Community

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates